9
TIDAK ADA YANG SEPERTI DIA
“Allahmulah Allah ... Allah yang besar,kuat, dan dashyat ...”
Nabi Musa (Ulangan 10:17)

PERHATIAN: Perjalanan berikut ini akan membawa kita keluar dari wilayah nyaman. Pikiran akan direntangkan dan hati akan diuji. Tapi mereka yang berhasil melalui bagian ini akan diperlengkapi dengan baik dalam menghadapi tantangan yang ada di depan.

ALLAH ITU ALLAH

Sebagian besar dari kita percaya bahwa Allah itu lebih besar dari pada yang kita bayangkan.

Ketulusan kepercayaan kita akan diuji.

Pada penciptaan hari keenam, setelah Allah menciptakan kerajaan hewan, Dia berkata: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” (Kejadian 1:26)

Pada bab berikutnya kita akan merenungkan beberapa sifat yang Allah berikan kepada laki-laki dan perempuan pertama supaya mereka dapat merefleksikan sifat dan rupa-Nya tapi pertanyaan lain harus dijawab terlebih dulu.

Karena Allah itu Tunggal, mengapa Dia berkata, “Baiklah Kita menjadikan ...”? Mengapa Dia tidak mengatakan, “Aku akan menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Ku”? Mengapa Allah kadang-kadang menyebut diri-Nya Kita? 1

Beberapa orang menganggap Allah menggunakan kata Kita sebagai pernyataan “bentuk jamak dari keagungan”, seperti seorang raja akan menyebut dirinya sendiri “kita”. Walaupun keagungan Allah dalam hal kekuasaan dan kemuliaan tidak ada bandingannya, tata bahasa Ibrani tidak menyediakan dasar yang pasti supaya “bentuk jamak dari keagungan” ini dapat diterima.

Orang lain percaya Allah sedang berbicara kepada para malaikat ketika Dia berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,” walaupun dalam bacaan tidak disebutkan malaikat; selain itu manusia tidak diciptakan berdasarkan gambaran malaikat.

Yang jelas terlihat setelah membaca Kitab Suci dan meneliti bentuk tata bahasa dengan seksama adalah Sang Pencipta memilih menjelaskan diri-Nya dalam bentuk jamak dan tunggal.

JAMAK: “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita’”

TUNGGAL: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya.(Kejadian 1:26-27)

Gambaran Allah tentang diri-Nya dalam bentuk jamak dan tunggal sesuai dengan siapa Dia sekarang dan siapa Dia dari mulanya.

Kompleksitas dan besarnya ketunggalan Allah melebihi penjelasan dangkal kebanyakan orang tentang kata “tunggal”. Sang Tunggal yang Tak Terbatas tidak akan dimengerti oleh manusia.

Allah itu Allah.

“Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.”(Mazmur 90:2)

KETUNGGALAN ALLAH YANG KOMPLEKS

Kitab Allah dibuka dengan kalimat:

“Pada mulanya ALLAH [Elohim – kata benda jamak maskulin] menciptakan[kata kerja tunggal konjugasi]… Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Allah berfirman, ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.” 2

ALLAH menciptakan segala sesuatu dengan Firman dan Roh-Nya.

Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.” (Mazmur 33:6)

FIRMANNYA

Bagi semua orang yang mau belajar tentang sifat kompleks sang Pencipta, Kitab Suci menyediakan cukup banyak informasi. Misalnya, Kitab Injil Yohanes dibuka dengan kalimat:

“Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah,
Dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia ….” (Yohanes 1:1-3)

Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya, “Firman” adalah pernyataan keluar dari dalam pikiran Allah. Seperti kamu adalah satu dengan perkataan dan pikiranmu, Allah juga Satu dengan Firman-Nya. “Firman” dinyatakan “bersama-sama dengan Allah” (terpisah dari-Nya)dan “adalah Allah” (bersatu dengan-Nya).

Perlu diteliti juga penggunaan kata ganti “Ia” dan “Dia” yang digunakan sebagai kata ganti “Firman”.

ROHNYA

Tuhan Allah menjelaskan Firman-Nya dalam cara yang berbeda dan pribadi, Dia juga menjelaskan Roh-Nya dalam cara yang berbeda dan pribadi juga.

“Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta,
dan Engkau membaharui muka bumi.” (Mazmur 104:30)

Oleh nafas-Nya langit menjadi cerah.” (Ayub 26:13)

“Kemana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu?
ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (Mazmur 139:7)

Roh Kudus ...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu.” (Yohanes 14:26)

Seperti Firman (yang melahirkan ciptaan), Roh Kudus (yang menjalankan perintah Firman) adalah Satu dengan Allah.

ALLAH ITU BESAR

Kebanyakan monoteis setuju dengan kutipan dari salah satu doa-doa Raja Daud: Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami.” (2 Samuel 7:22)

Tapi banyak orang yang dengan cepat menyatakan, “Allah itu besar! Allah itu Allah, tidak ada yang seperti Dia!” dengan cepat pula menolak wahyu Allah tentang sifat-Nya yang tunggal dan jamak.

Karena “tidak ada yang seperti Dia,” apakah kita harus kaget jika Sang Maha Kuasa mengungkapkan diri-Nya sendiri secara lebih besar dan lebih kompleks dari yang bisa kita bayangkan? Allah mendorong kita untuk berpikir hal yang benar tentang Dia.

“Engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau.”(Mazmur 50:21)

ALLAH ITU TUNGGAL

Orang Yahudi ortodoks secara teratur mengulang doa yang dikenal dengan sebutan Shema dalam bahasa Ibrani, yang menyatakan: “Adonai Eloheynu, Adonai echad,” yang berarti, “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.” Doa ini berasal dari Kitab Taurat: "Dengarlah [Shema], hai orang Israel: TUHAN[YHWH]itu Allah kita, TUHAN itu esa[echad]!” (Ulangan 6:4)

Dalam bahasa Ibrani kata yang digunakan untuk menggambarkan ketunggalan Allah adalah echad. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan senyawa kesatuan seperti sekelompok anggur. Di bagian lain dalam Kitab Suci echad diterjemahkan “unit” untuk mengacu pada seorang kapten dan tentaranya. 3 Pada bab selanjutnya kata echad akan muncul lagi ketika laki-laki dan perempuan pertama menjadi echad, yaitu satu daging”.(Kejadian 2:24) Dengan melihat ayat-ayat yang menggunakan kata Ibrani ini, jelaslah bahwa istilah yang digunakan Allah untuk menggambarkan ketunggalan-Nya dapat mencakup lebih dari satu kesatuan.

Dalam Perjanjian Lama ada beberapa ayat yang mengacu pada dan menguatkan pernyataan ketunggalan Allah yang jamak. 4 Ini adalah salah satunya:

Dari dahulu ... Aku ada di situ. Dan sekarang Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya.” (Yesaya 48:16)

Siapakah “Tuhan Allah”?

Siapakah “Roh-Nya”?

Siapakah “Aku” yang dikirim oleh “Tuhan Allah dan Roh-Nya”?

Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dengan jelas ketika kita menjelajahi Kitab Suci.

TIGA KESATUAN YANG KITA SEPAKATI

Kata unity (kesatuan) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin unus, yang berarti “satu.” Banyak orang menolak konsep Allah sebagai tiga kesatuan yang kekal tapi hanya sedikit yang menyangkal tiga kesatuan yang mengisi kehidupan keseharian kita.

Misalnya, waktu membentuk tiga kesatuan dengan adanya masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Ruang terdiri dari tinggi, panjang,dan lebar.

Manusia terdiri dari roh, jiwa,dan tubuh.

Matahari juga merupakan tiga kesatuan. Walaupun bumi hanya mempunyai satu matahari, kita menggunakan kata bentuk bintang matahari,

sinar matahari,

dan panas matahari.

Apakah itu berarti ada tiga matahari? Tidak. Matahari tidak pernah ada tiga, hanya ada satu. Tidak ada pertentangan tentang matahari yang hanya satu dan sebagai tiga kesatuan. Begitu juga dengan Allah. Sinar dan panas matahari berasal dari matahari, begitu juga dengan Firman Allah dan Roh yang berasal dari Allah. Tapi ketiganya SATU, bahkan matahari juga satu.

Tentu saja gambaran dunia tidak cukup menjelaskan kompleksitas satu Allah yang benar. Tidak seperti matahari, Allah itu adalah Mahluk pribadi, penuh kasih, dan bisa dikenal. Tapi penjelasan seperti itu bisa membawa kita pada hal yang mendasar karena kita sepakat ada tiga kesatuan dalam bentuk ciptaan dan kita juga sepakat bahwa Sang Pencipta melebihi ciptaan-Nya.

“Orang yang membangun rumah harus mendapat kehormatan lebih besar dari pada rumah itu sendiri. Memang setiap rumah ada yang membangunnya, tetapi yang membangun segala sesuatu adalah Allah sendiri.” (Ibrani 3:3-4 BIS)

Jika ciptaan Allah dipenuhi dengan kesatuan yang kompleks, apakah kita harus kaget jika Allah sendiri adalah kesatuan yang kompleks? Jika dengan pengetahuan ilmiah yang ada kita tidak dapat sepenuhnya menjelaskan dunia dimana kita hidup, seberapa banyak yang dapat kita jelaskan tentang Sang Tunggal yang menciptakan dunia ini?

Allah itu Allah.

Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya dan lebih luas dari pada samudera.” (Ayub 11:7-9)

Ketika kita meneliti “rahasia Allah,” kita akan diberikan hak istimewa untuk menemukan dan mengalami salah satu sifat alami Allah yang paling luar biasa:

“Allah adalah kasih.”(1 Yohanes 4:8)

SIAPA YANG ALLAH KASIHI?

Kasih Allah adalah bentuk kasih yang dalam yang tidak dapat dimengerti yang mengalir dari hati Bapa dan dinyatakan dalam cara yang praktis. 5 Karena Allah adalah kasih, kasih-Nya tidak tergantung pada keindahan penerimanya.

“Betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah!”(1 Yohanes 3:1)

Pikirkan ini. Kasih memerlukan penerima. Saya tidak sekedar berkata, “Saya mengasihi,” tapi saya bisa berkata, “Saya mengasihi istri saya, saya mengasihi anak-anak saya, saya mengasihi tetangga saya,” dan seterusnya.

Kasih memerlukan obyek.

Jadi siapa yang Allah kasihi sebelum Dia menciptakan mahluk hidup spesial sebagai obyek kasih-Nya? Apakah Dia perlu menciptakan malaikat dan manusia? Tidak. Pencipta kita cukup dengan diri-Nya sendiri. Dia menciptakan mahluk roh dan manusia bukan karena Dia membutuhkan mereka tapi karena Dia menginginkan mereka. Perbedaannya cukup penting.

Seperti yang sudah kita pelajari: Allah berfirman.

Perkataan hanya bisa berarti dalam suatu hubungan. Kepada siapa Dia berfirman sebelum Dia menciptakan malaikat dan manusia? Apakah Dia perlu menciptakan mahluk lain supaya ada yang mengerti perkataan-Nya? Tidak, semua yang Allah “perlukan” ada dalam diri-Nya sendiri. Dia tidak memerlukan apapun. Allah mencukupi diri-Nya sendiri dan puas dengan diri-Nya sendiri. Tapi sudah sifat alami-Nya yang ingin bicara dan diajak bicara, dikasihi dan mengasihi.

Hal ini membawa kita pada kebenaran lain: Allah itu senang berhubungan.

Kasih dan perkataan hanya bisa berarti dalam suatu hubungan. Dengan siapa Allah menikmati hubungan sebelum Dia menciptakan mahluk lain?

Jawabannya ada dalam kesatuan Allah yang kompleks.

Pada saat kekekalan, sebelum Allah menciptakan malaikat atau manusia, Allah, yang senang memiliki hubungan, sudah puas dan mempunyai hubungan kasih dan komunikasi yang intim dalam diri-Nya sendiri - dengan Firman dan Roh-Nya.

MENGUPAS LAPISAN-LAPISAN

 Sebuah e-mail datang menanggapi pemikiran yang dalam tentang sifat alami Allah yang jamak dan interpersonal:

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Allah mengirimkan nabi-nabi untuk memberi tahu kita bahwa Dia hanya ada satu. Jadi, mengapa kamu tidak mendengar dan menerima Firman-Nya? Mengapa kamu harus mengupas setiap lapisan dan mengenalinya satu per satu padahal kamu hanya perlu menyatukan mereka semua?

Kita memang tidak akan pernah mengerti semua hal tentang Sang Pencipta yang tidak terbatas tapi bukankah kita harus mengerti apa yang telah Allah ungkapkan tentang diri-Nya dalam sabda-Nya kepada para nabi-Nya? Jika kita akan memikirkan Allah, kita harus memikirkan-Nya secara akurat!

Kebanyakan dari kita setuju bahwa Allah itu SATU. Tapi apa yang telah diungkapkan oleh ALLAH YANG SATU itu tentang diri-Nya? Apa yang bisa kita ketahui tentang Dia melalui Kitab Suci saat kita “mengupas setiap bagiannya?”

Kita menemukan Allah sebagai pribadi, bisa dikenal, dan dapat dipercaya yang menjadi SATU dengan Firman dan Roh-Nya.

Dalam keagungan-Nya yang tidak terbatas, Allah telah menyebut diri-Nya sebagai Bapa, Firman-Nya sebagai Putra, dan Roh-Nya sebagai Roh Kudus. Inilah ketiga pribadi yang ada dalam satu Allah yang benar.

Mari kita lihat beberapa ayat dalam Kitab Suci yang “mengupas” kebenaran ini.

ANAK ALLAH

Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa Firmanyang sudah bersama dengan Allah sejak permulaan disebut juga Anak Tunggal Allah.

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah ... Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakannya ... Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 1:1, 18; 3:18)

Di Senegal kadang-kadang orang bereaksi pada istilah “Anak Allah” dengan mengucapkan, “Astaghferullah!”Istilah bahasa Arab ini mengandung arti: “Semoga Allah memaafkanmu karena sudah mengucapkan penghujatan!” (Penghujatan dapat dijabarkan sebagai “penghinaan kepada Allah”). Suatu ketika saya menjawab teguran mereka dengan mengutip peribahasa mereka sendiri: “Sebelum kamu menampar mulut gembala, kamu harus tahu apa yang disiulkannya.” Mereka tertawa dan kemudian saya memberi tahu mereka, “Sebelum kamu menolak istilah 'Anak Allah',kamu harus tahu apa yang dikatakan Allah tentang hal itu.”

Dalam Kitab Suci terdapat lebih dari ratusan ayat yang mengacu langsung kepada “Anak” Allah tapi dari ayat-ayat tersebut tidak ada yang menyiratkan “lebih dari satu Allah,” atau yang menyatakan bahwa Allah “mengambil istri dan mempunyai anak,” itu yang dikatakan sebagian orang. Pemikiran seperti itu bukan hanya penghujatan tapi juga mengungkapkan dangkalnya pemahaman mereka akan Kitab Suci. 6

Allah mengundang kita untuk memikirkan pikiran-Nya.

“Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancanganku dari rancanganmu.”(Yesaya 55:9)

Beberapa tahun yang lalu seorang usahawan Senegal yang terkenal terbunuh dalam kecelakaan mobil. Surat kabar nasional Senegal melaporkan bahwa para pekerja usahawan itu yang berjumlah dua ribu orang “sudah seperti anaknya sendiri,” dan memujinya dengan sebutan “putra Senegal yang hebat.” 7 Apakah ungkapan tersebut menyiratkan bahwa negara Senegal mempunyai hubungan dengan seorang wanita dan menghasilkan seorang anak? Tentu saja tidak! Orang-orang Senegal tidak mempunyai masalah dalam menghormati warga negara tercinta dengan sebutan ini. Mereka mengerti apa arti ungkapan “anak Senegal”. Mereka juga tahu yang bukan artinya.

Istilah “anak” digunakan dalam berbagai cara. Dalam Al-Qur’an dan orang-orang Arab orang-orang yang bepergian dengan berjalan kaki disebut sebagai “anak jalanan” (ibn al-sabil [Sura 2:177, 215]), kita mengerti apa maksudnya. Ketika Allah yang Maha Kuasa menyebut Firman-Nya sebagai Putra-Nya, kita juga harus mengerti apa maksudnya.

Janganlah kita mengejek nama dan istilah yang dimuliakan Sang Pencipta.

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan ...”(Ibrani 1:1-3)

Allah ingin kita tahu bahwa Dia sudah “berbicara kepada kita melalui Anak-Nya.” Dia juga ingin kita mengerti bahwa Anak-Nya adalah Firman yang menciptakan dan menopang segala yang ada di langit dan bumi. Dalam Kitab Suci terjemahan bahasa Arab gelar sang Anak adalah “Firman Allah” diterjemahkan menjadi “Kalimat Allah”, suatu gelar yang dipakai dalam Kitab Suci dan Al-Qur’an untuk menyatakan Mesias. Dalam perjalanan kita selanjutnya kita akan mengamati hal ini lebih lanjut.

ROH ALLAH

Seperti Allah adalah Satu dengan Anak-Firman-Nya, begitu pula Dia Satu dengan Roh Kudus-Nya.

Roh Kudus Allah diikutsertakan baik dalam penciptaan dunia dan penulisan Firman yang diwahyukan oleh Allah. Kalimat kedua dalam Kitab Suci menyatakan ketika Allah menciptakan dunia, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Dan di tempat lain Kitab Suci menyatakan: “tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:21)

Beberapa orang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah malaikat Gabriel. Ada juga yang meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Roh Allah adalah nabi. Kesimpulan seperti itu bukan dari sabda yang ditulis para nabi. Malaikat dan manusia adalah mahluk ciptaan. Roh Kudus tidak diciptakan, “Roh yang kekal.” (Ibrani 9:14) 8

Roh Kudus adalah “Roh Kebenaran” (Yohanes 14:17) yang membantu Allah menjalankan tujuan-Nya dalam dunia. Dia adalah “Penolong” (Yohanes 14:16) yang mengungkapkan Allah melalui cara yang akrab dan melalui pengalaman kepada mereka yang percaya pada pesan Allah. Banyak orang sekarang ini mengetahui tentang Allah tanpa mengenal-Nya. Pengetahuan seperti itu tidak memuaskan Allah ataupun manusia. Roh Kuduslah yang membuat manusia bisa menikmati hubungan yang pribadi dengan Allah. Nanti, kita akan belajar tentang Roh Kudus Allah yang luar biasa. 9

Bagaimana perjalanannya? Terlalu berlebihan? Konsep-konsep ini tidak mudah dipahami. Beberapa orang menganggap agama dan pengertian mereka akan Allah pastilah benar “karena sangat mudah.” Penjelasan mereka tentang Allah mungkin saja sederhana tapi Allah tidak sederhana.

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.”(Yesaya 55:8)

SELAMANYA SATU

Kitab Suci sudah jelas. Tidak pernah ada suatu saat dalam kekekalan dimana Bapa, Anak, dan Roh Kudus tidak ada. 10 Mereka selalu SATU sejak dahulu. Dalam konteks sejarah manusia, Kitab Suci mengungkapkan Bapa sebagai Sang Tunggal yang berbicara dari surga, Putra sebagai Sang Tunggal yang berbicara di dunia, dan Roh Kudus sebagai Sang Tunggal yang berbicara ke dalam hati. 11Masing-masing mempunyai peran yang berbeda tapi tetap SATU.

Disaat pengetahuan manusia akan wahyu Allah tentang diri-Nya sendiri semakin bertumbuh, mereka akan mulai menikmati kekayaan Sang Tunggal yang adalah kasih dan yang menunjukkan kasih-Nya yang tidak terbatas dalam cara yang praktis.

Kasih hanya bisa berarti dalam suatu hubungan. Bapa, Anak, dan Roh Kudus selalu menikmati hubungan interaktif dengan kasih dan kesatuan sempurna. Dalam Kitab Suci Sang Anak mengatakan “Aku mengasihi Bapa”dan “Bapa mengasihi Anak.” Kitab Suci menyatakan juga bahwa “buah Roh ialah kasih.” (Yohanes 5:20; 14:31; Galatia 5:22)

Hubungan manusia terbaik - seperti kesatuan antara suami dan isteri, atau hubungan antara ayah, ibu, dan anak - mengalir dari siapakah Allah itu. Hubungan duniawi seperti itu, bahkan dalam hubungan yang terbaik, tidak menggambarkan dengan jelas kesatuan dan kasih Allah yang mengagumkan. Sang Pencipta adalah sumber, pola, dan tujuan asli dari segala sesuatu yang baik.

“Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8)

Bagian terbaik dari “Allah itu kasih” adalah Dia mengundangmu dan saya untuk menikmati hubungan yang dekat dengan-Nya selamanya! Dia hanya ingin kita mempercayainya walaupun Dia tidak dapat sepenuhnya dijelaskan.

ALLAH DAPAT DIPERCAYA

Pikirkan kembali apa yang sudah kita pelajari tentang Allah dari enam hari penciptaan. Dalam persamaan matematika akan terlihat seperti:

    Hari 1: Allah itu suci

+ Hari 2: Allah itu maha kuasa

+ Hari 3: Allah itu baik

+ Hari 4: Allah itu setia

+ Hari 5: Allah itu kehidupan

+ Hari 6: Allah itu kasih


= ALLAH YANG DAPAT DIPERCAYA

Bukankah aneh betapa kita dengan cepatnya mempercayai orang yang kekurangan kualitas-kualitas diatas, tapi kita tidak mau mempercayai Sang Tunggal yang memilikinya dengan sempurna?

Ketika saya memasukkan sebuah surat ke dalam kotak surat, saya percaya petugas pos akan mengirimkan surat itu. Seberapa banyak lagi sehingga saya bisa mempercayai Sang Pencipta-Penopang-Pemilik alam semesta dalam memegang janji-Nya?

“Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat ... barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.” (1 Yohanes 5:9-10)

NAMA PRIBADI ALLAH

Allah ingin kita untuk mengenal, mempercayai, dan menyebut nama-Nya.

“Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Allah.”(Mazmur 9:10)

Banyak orang berpikir bahwa nama Allah hanyalah “Allah” - atau Elohim (bahasa Ibrani) atau Allah (bahasa Arab 12) atau Alaha (bahasa Aram) atau Dieu (bahasa Perancis) atau Dios (bahasa Spanyol) atau Gott (bahasa Jerman), atau istilah umum lainnya dalam bahasa masing-masing.

Memang Allah itu Allah (Mahluk Tertinggi) tapi apakah “Allah” nama-Nya? Bukankah akan menjadi seperti saya menyebut nama saya “Manusia”? Saya memang manusia tapi saya juga mempunyai nama yang pribadi. Allah itu Allah tapi Dia juga mempunyai nama-nama yang dinyatakan-Nya dan Dia mengundang kita untuk menyebut-Nya sebagai Seseorang dengan menggunakan nama-nama tersebut.

Banyak orang yang membayangkan Allah sebagai suatu sumber energi yang tidak dapat dikenal seperti gravitasi dan angin atau seperti “Kekuatan” yang digambarkan dalam cerita-cerita fiksi ilmiah terkenal. Itu bukanlah konsep yang dinyatakan dalam Kitab Suci.

Allah adalah Kepribadian Tertinggi yang menginginkanmu mengenal-Nya secara pribadi.

Konsep Allah sebagai kepribadian bukan hanya berdasarkan Kitab Suci tapi juga masuk akal. Seperti manusia yang bukan hanya sebuah bola energi kosmis, Sang Tunggal yang menciptakan segala hal juga tidak begitu. Dia adalah Mahluk Pribadi yang mempunyai nama.

Nama pribadi Allah yang utama dinyatakan pertama kali dalam Kitab Kejadian pasal 2.

“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit.”(Kejadian 2:4)

Apakah kamu melihat nama yang dipakai Allah untuk menyatakan diri-Nya?

Namanya adalah “TUHAN.” Setidaknya seperti itulah kata yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Untungnya, Allah mahir segala bahasa dan tidak memaksa kita untuk memanggil nama-Nya dalam bahasa tertentu. Dia mengundang kita untuk menyebut nama-Nya dalam bahasa ibu kita, di setiap waktu, di setiap tempat, ke arah manapun kita menghadap, dalam bahasa hati kita.

AKU

Dalam bahasa Ibrani nama pribadi Allah yang utama, “TUHAN”,ditulis dalam empat konsonan: YHWH. Jika ditambahkan huruf vokal, maka pengucapannya adalah YaHWeH atau YeHoWaH. Nama itu berasal dari kata kerja “adalah” dalam bahasa Ibrani dan yang secara harafiah berarti AKULAHatau DIALAH”.Ini mengajarkan bahwa Allah adalah Sang Tunggal Kekal yang sudah ada sejak dulu. Nama pribadi Allah ini digunakan lebih dari 6.500 kali dalam Perjanjian Lama, lebih banyak dari nama-nama Allah yang lain.

Dengar apa yang dinyatakan Allah ketika Musa, yang telah dibesarkan dari antara orang Mesir yang menganut politeis, menanyakan Allah siapa nama-Nya.

“Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firman-Nya; ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”(Keluaran 3:14)

Hanya mahluk pribadi yang bisa menyebut “aku”. Allah ingin kita mengerti bahwa Dia adalah Seorang Pribadi yang Sempurna. Namanya Akulah Aku.

Dia adalah Sang Tunggal yang ada.

Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan bukan apa-apa bagi-Nya. Keberadaan-Nya melampaui batasan waktu dan tempat.

Dia tidak membutuhkan apapun diluar diri-Nya sendiri.

Kamu dan saya memerlukan udara, air, makanan, tidur, tempat tinggal, dan hal lain untuk tetap hidup tapi Dia tidak memerlukan apapun. Dia adalah Sang Tunggal yang berpikir dan ada dengan kuasa-Nya sendiri. Dia adalah Sang Akulah Aku yang Agung - TUHAN. (Catatan: Dalam Kitab Suci bahasa Indonesia setiap kali nama TUHAN ditulis dalam huruf besar, kata asli dalam bahasa Ibrani untuk kata TUHAN adalah YHWH, yang berarti Sang Tunggal Kekal yang sudah ada sejak dulu.)

Allah tidak bergantung pada manusia untuk menjelaskan-Nya.

Dia adalah Sang Tunggal yang menjelaskan diri-Nya sendiri.

RATUSAN NAMA

Dalam keberadaannya yang kekal sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, TUHAN mempunyai ratusan nama dan gelar. Nama Allah menggambarkan karakter-Nya. Setiap gelar dimaksudkan untuk membantu kita lebih mengerti tentang siapa Allah dan seperti apakah Dia itu. Misalnya, Dia disebut:

Pencipta Langit dan Bumi, Sumber Hidup, Yang Maha Tinggi, Terang yang Sesungguhnya, Yang Kudus, Hakim yang Adil, Tuhan yang Memberi, Tuhan yang menyembuhkan, Tuhan Kebenaran Kita, Tuhan Sumber Damai, Tuhan Gembalaku, Allah Sumber Kasih dan Damai Sejahtera, Allah Sumber Segala Kasih Karunia, Sumber Keselamatan yang Kekal, Allah yang Dekat ...

Apapun pengertian kita tentang Sang Pencipta, masing-masing kita harus dengan rendah hati mengakuti bahwa Dia adalah Allah dan tidak ada yang seperti Dia. Walaupun Dia tidak dapat sepenuhnya dijelaskan atau dimengerti, Dia ingin kita mengenal nama-Nya dan mempercayai-Nya, mengasihi-Nya, dan hidup selamanya dengan-Nya. Karena tujuan inilah maka pada hari penciptaan keenam Allah berkata:

“Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.”(Kejadian 1:26)

Apa maksud-Nya? Bagaimana bisa seorang manusia yang terlihat dapat memiliki rupa Allah yang tidak terlihat?


1. Contoh lain dalam Kitab Suci dimana Allah menyebut diri-Nya sendiri dengan kata “Kami” dan “Kita”: Kejadian 3:22; 11:7; Yesaya 6:8 (Catatan: Dalam Al-Qur’an, “Allah” terus menerus berbicara dalam bentuk jamak. Diperlihatkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang dikutip dalam bab 3 SATU ALLAH SATU PESAN.)

2. Kejadian 1:1-3 Dalam bagian pembukaan Kitab Kejadian tidak dijelaskan keberadaan Allah sebagai tiga kesatuan tapi cara penulisannya sangat sesuai dengan penjelasan yang kemudian diungkapkan dalam Kitab Suci. Ayat-ayat itu menjelaskan keterlibatan ketiga Orang ketuhanan dalam penciptaan.

3. Ketika Daud menjadi Raja atas Israel, Kitab Suci berkata: “berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi satu gabungan[echad], dan bersiap-siap di puncak sebuah bukit.” (2 Samuel 2:25) Kata yang sama digunakan untuk menyatakan: “TUHAN itu satu” dan digunakan untuk menggambarkan kesatuan dalam kejamakannya.

4. Banyak ayat-ayat dalam Perjanjian Lama memastikan kesatuan Allah yang majemuk: Kejadian 17:1-3; 18:1-33. Allah muncul di hadapan Abraham dalam bentuk jasmani. Ini adalah pertemuan langsung, bukan penglihatan atau mimpi. Kejadian 35:9-15; Keluaran 3:1-6; 6:2-3; 24:9-11; 33:10-11. Bandingkan Keluaran 33:11 dengan 33:20. Musa berbicara langsung dengan salah satu Orang ketuhanan (Anak), tapi dia diperbolehkan melihat wajah Orang lain dalam ketuhanan (Bapa). Majemuk? Ya. Allah adalah Allah. Lihat Yohanes 1:1-18. Ada ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang tidak dapat dimengerti dengan benar selain konsep kesatuan Allah yang jamak. Mazmur 2; Mazmur 110:1 (Bandingkan Matius 22:41-46); Amsal 30:4; Yesaya 6:1-3 (Bandingkan Yohanes 12:41); Yesaya 26:3-4; Yesaya 40:3-11; Yesaya 43:10-11 (Yesaya 7:14; 9:6-7); Yesaya 48:16; Yesaya 63:1-14; Yesaya 49:1-7; Yeremia 23:5-6; Daniel 7:13-14; Hosea 12:3-5; Mikha 5:2; Maleakhi 3:1-2, dan lain-lain.

5. Lukas 15:11-32; Baca juga Surat Pertama Yohanes.

6. Baca Mazmur 2 dimana Daud menunjuk Mesias sebagai Anak Allah. Renungkan juga beberapa nama dan gelar lain bagi Anak. Dia disebut: “pintu,” (Yohanes 10) tapi itu bukan berarti bahwa Ia adalah pintu yang terbuat dari kayu atau besi. Dia juga disebut: “Roti Hidup,” (Yohanes 6) tapi itu bukan berarti bahwa Ia adalah sebongkah roti. “Anak Allah” tidak berarti bahwa Allah mempunyai seorang istri dan anak. Baca Yohanes, pasal 1, 3, dan 5.

7. Le Soleil, 14 Maret 1984: «Bienfaiteur sincère, il considérait ses 2.000 employés comme ses enfants et partageait leur problèmes, leur soucis et leur joie. Le ‘Vieux’ comme l’appelaient familièrement et tendrement son personnel, était un grand fils du Sénégal.» (Terjemahan: “Sebagai seorang pengasih, dia menganggap ke-2000 pegawainya sebagai anak-anaknya, saling berbagi masalah, perhatian, dan sukacita. ‘Orang tua’, nama yang diberikan dengan kasih oleh pegawainya, adalah anak hebat dari Senegal.”)

8. Seperti Allah sendiri, Roh Kudus tidak akan dipaksa masuk ke dalam bentuk manusia kita yang pasti. Salah satu nabi Allah, yang memberitahukan sekilas pandang tentang Surga, menggambarkan Roh Kudus itu seperti tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” (Wahyu 4:5) Nabi lain menggambarkan-Nya sebagai Yang memberikan tujuh kualitas yang hanya berasal dari Allah:“Roh TUHAN … roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN.” (Yesaya 11:2)

9. Ketika Anak Allah berada di dunia, Ia berjanji kepada murid-murid-Nya, “Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan.” (Yohanes 14:26) Kalimat ini menunjukkan kesatuan sempurna yang sudah selalu ada antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Seperti Bapa dan Anak, Roh Kudus juga adalah Mahluk Pribadi (“Dia...”) Lebih banyak cerita tentang Roh Kudus, lihat bab 16, 22, dan 28. Akan lebih baik jika kamu membaca Surat Rasul dan Kisah Para Rasul dalam Kitab Suci, perhatikan dengan seksama peran Roh Kudus.

10. Kitab Injil mencatat perkataan Anak kepada Bapa tentang “kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” Kita juga mendengar Anak berkata: “Bapa… Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” (Yohanes 17:5,24) Lihat juga Mikha 5:2; Yesaya 9:6. Mengenai Roh Kudus, salah satu gelarnya adalah “Roh yang kekal.” (Ibrani 9:14)

11. Keluaran 20:22; Ibrani 12:25; Lukas 3:22; 5:24; Yohanes 1:1-18; 3:16-19; 17:22; Kisah Para Rasul 5:3; 7:51: Galatia 4:6; dan lain-lain.

12. Dalam bahasa Arab, istilah Allah, menurut arti aslinya, sama dengan istilah Allah dalam bahasa Indonesia. Baik dalam Perjanjian Lama seperti dalam Kitab Kejadian 1:1: “Pada mulanya Allah menciptakan ...”, atau dalam Perjanjian Baru seperti dalam Kitab Yohanes 1:1: “ada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”, kata biasa untuk Allah dalam bahasa Arab adalah Allah, yang berarti Mahluk Tertinggi. Penting dimengerti bahwa Mahluk Tertinggi mempunyai nama pribadi yang ingin dikenal. “Allah” bukan nama pribadi dan tidak cocok bagi Allah, walaupun banyak orang percaya akan hal itu. Nama God juga bukan nama pribadi dan cocok, walalupun banyak orang yang berpikir begitu.