8 |
SEPERTI APAKAH ALLAH |
“Orang yang bijaksana ... mendirikan rumahnya di atas batu.” (Matius 7:24) |
Perjalanan dimulai dari Kitab Allah yang pertama - dengan salah satu pernyataan terbesar sepanjang masa:
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1)
Tidak ada usaha untuk membuktikan keberadaan Allah. Dia sudah ada.
Jika kamu berjalan di sepanjang pantai yang terpencil dan menemukan jejak kaki baru di pasir, secara naluriah kamu menyimpulkan bahwa kamu tidak sendiri. Kamu tahu bahwa jejak itu tidak tercipta sendiri. Kamu tahu angin dan air tidak membuatnya. Seseorang pasti telah membuat jejak itu.
Kamu tahu itu.
Tapi banyak orang yang menantang bahwa mereka tidak tahu bahwa pasir tempat ditemukannya jejak kaki itu dan orang yang membuat jejak itu, dibuat oleh Seseorang. Untuk menjelaskan ciptaan terpisah dari Sang Pencipta, manusia telah membuat banyak teori terperinci, ada yang membayangkan serangkaian penyebab yang terjadi miliaran tahun yang lalu. Tapi ketika mereka sampai pada apa yang mereka sebut dengan “permulaan,” mereka sama sekali belum menemukan jawaban atas pertanyaan awal: Apa penyebabnya?
Kitab Suci mengatakan: “Apa yang dapat diketahui manusia tentang Allah sudah jelas di dalam hati nurani manusia, sebab Allah sendiri sudah menyatakan itu kepada manusia. Semenjak Allah menciptakan dunia, sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu keadaannya sebagai Allah dan kuasanya yang abadi, sudah dapat difahami oleh manusia melalui semua yang telah diciptakan. Jadi manusia sama sekali tidak punya alasan untuk membenarkan diri.”(Roma 1:19-20 BIS)
Alasan mendasarnya: rancangan tidak terjadi tanpa perancang.
Seperti jejak kaki, mobil dan komputer yang adalah buatan manusia, begitu pula dengan kaki, sel dan susunan bintang yang mempunyai mekanisme. Jika diteliti dengan mata telanjang atau dengan menggunakan mikroskop atau teleskop, susunan alam semesta yang tidak kecil dan rumit ini memerlukan Pencipta dan Penopang.
Seperti jejak kaki adalah hasil orang yang menciptakannya, begitu juga alam semesta adalah hasil Penciptanya.
“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberikan pekerjaan tangan-Nya.” (Mazmur 19:2)
Jadi, siapakah Pencipta alam semesta? Bagaimana kita tahu seperti apakah Dia? Kita bisa tahu karena Dia sudah membuat diri-Nya diketahui. 1
KEKAL
Sebelumnya kita sudah membaca sebuah e-mail yang dengan sinis bertanya, “Siapa yang menciptakan Allah? Saya lupa.” Jawabannya adalah tidak ada. Allah itu kekal. Kalimat “Pada mulanya ALLAH ...”menunjukkan bahwa Sang Pencipta tidak seperti siapapun dan apapun.
“Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.” (Mazmur 90:2)
Masa lalu, masa sekarang dan masa depan bukanlah masalah bagi Allah. Dia adalah “Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (Wahyu 4:8)
Dia tidak dibatasi waktu dan tidak dapat dimengerti.
Tidak ada satu ciptaanpun yang bisa mengetahui segala hal tentang Alah. Dia adalah “Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya.” (Yesaya 57:15)
Dia tidak pernah berubah. “Engkau tetap sama, tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.” (Mazmur 102:28)
LEBIH BESAR
Allah lebih besar dari segala yang bisa kita bayangkan.
Sang Tunggal tidak pernah berusaha membuktikan keberadaan-Nya karena keberadaan-Nya sudah nyata, jadi Dia tidak berusaha menjelaskan keberadaan-Nya karena pikiran kita yang terbatas tidak akan sanggup mengerti yang sudah ada terpisah dari waktu, tempat, dan materi.
Ketika saya masih kecil, saya ingat melihat ke langit dan berpikir apakah saya bisa pergi ke atas cukup jauh untuk mencapai langit-langit dan batas alam semesta. Yang tidak saya pikirkan adalah ruangan tak terbatas yang ada di balik langit-langit!
Beberapa hal hanya bisa dimengerti dengan mempercayai apa yang telah diungkapkan Sang Pencipta.
Iman pada Firman Allah yang konsisten dan sudah terbukti adalah kunci kebijaksanaan dan pengetahuan.
“Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia ... Karena iman kita mengerti bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” (Ibrani 11:6, 3)
Ilmu modern memastikan bahwa “apa yang terlihat tidak terbuat dari apa yang bisa kita lihat.”Ahli fisika memberi tahu kita bahwa sebuah materi terbuat dari atom yang tak terlihat, yang terdiri dari elektron, yang berputar mengelilingi nukleus yang terdiri dari proton dan neutron, yang terdiri dari quark, yang terdiri dari ...? Umat manusia sudah menemukan begitu banyak hal tapi hanya sedikit yang kita ketahui! Orang yang bijaksana mengetahui batas kecerdasan manusia.
Apa yang tidak akan pernah bisa diyakini atau disangkal oleh ilmuwan adalah “bahwa alam semesta dibentuk dengan perintah Allah.” Kita hanya bisa tahu hal ini melalui indera keenam yang Allah berikan kepada kita: iman.
“Hanya dengan iman kita mengerti” tema dan pertanyaan kehidupan terbesar. Alasannya sudah jelas:
“Allah itu lebih dari pada manusia.” (Ayub 33:12)
Jadi apa lagi yang sudah diungkapan Sang Tunggal tentang diri-Nya?
TIDAK TERBATAS
Dia maha kuasa. “Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!” (Yeremia 32:17) Pencipta melebihi ciptaan-Nya. Dia diatas dan melebihi segala sesuatu yang dapat kita bayangkan.
Dia maha mengetahui. “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku ...” (Mazmur 139:2) Sang Pencipta mengetahui segala sesuatu - masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dia tidak semakin bijaksana dari waktu ke waktu. “Kebijaksanaan-Nya tidak terhingga.” (Mazmur 147:5)
Dia ada dimana-mana. “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (Mazmur 139:7) Sang Tunggal yang tidak terbatas bisa berada denganmu disaat Dia juga berada dengan saya. Disaat Dia sedang berbicara kepada malaikat-malaikat di surga, Dia juga bisa sedang berbicara dengan manusia di bumi.
Dia tidak terbatas.
ROH
Ada satu lagi informasi penting tentang Sang Tunggal yang tak terbatas:
“Allah itu Roh.” (Yohanes 4:24)
Allah adalah Roh yang tidak terlihat, tidak terbatas, dan pribadi yang berada di banyak tempat dan pada waktu yang sama. Walaupun Dia tidak memerlukan tubuh, Dia sanggup dan bebas menyatakan diri-Nya sesuai kehendak-Nya. Kitab Suci melaporkan beberapa kejadian dimana Allah menampakkan diri kepada laki-laki dan perempuan dalam cara yang unik dan terlihat - “berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya.” (Keluaran 33:11)
Allah Sang Roh Tertinggi ingin dikenal, dipercayai, dan dipuja oleh mahluk spiritual yang telah diciptakan-Nya untuk itu.
“Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:23-24)
BAPA SEGALA ROH
Salah satu gelar Allah adalah “Bapa segala roh.” (Ibrani 12:9)
Sebelum Dia menciptakan bumi 2, Allah membuat jutaan mahluk roh yang mempunyai kekuatan yang luar biasa dan mengagumkan yang disebut malaikat. Dia menciptakan mereka untuk hidup bersama-Nya di rumah surgawi-Nya. Malaikat berarti “pembawa berita” atau “pelayan.” Allah, yang bermaksud mempunyai sebuah kerajaan dengan subyek-subyek yang penuh kasih yang bisa menghabiskan kekekalan, menciptakan roh-roh itu untuk mengenal, memuja, mematuhi, melayani, dan menikmati-Nya selamanya.
“Aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, ... jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa.” (Wahyu 5:11)
Sejak awal, Allah menciptakan malaikat sebanyak yang Dia mau karena para malaikat tidak dirancang untuk bereproduksi. Roh-roh ini tidak setingkat dengan Allah dalam hal apapun walaupun mereka mempunyai kesamaan dengan Sang Pencipta. Allah memberi mereka kecerdasan yang tinggi. Mereka juga diberi emosi, kehendak dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan-Nya. Seperti Penciptanya, malaikat tidak terlihat oleh manusia kecuali mereka dikirim untuk melakukan sebuah misi dimana mereka harus terlihat. 3
Dalam kerajaan dimana mahluk-mahluk spiritual diciptakan, Allah adalah satu-satunya Roh yang tidak diciptakan, tanpa batas, maha kuasa, dan maha mengetahui.
DIATAS SEMUA
“Satu Roh ... satu Tuhan ... satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang diatas semua ...” (Efesus 4:4-6)
Walaupun Sang Tunggal yang “diatas semua” tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, ada suatu tempat di alam semesta ini tempat Dia tinggal dan memerintah. “TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.” (Mazmur 103:19) Ketika Raja Salomo memikirkan kebesaran dan begitu dekatnya Allah, dia mengucapkan doa ini kepada Sang Pencipta:
“Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang membatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau.” (1 Raja-raja 8:27)
Dalam Kitab Suci ada tiga surga yang berbeda. Dua surga yang terlihat manusia; satu surga yang tidak terlihat.
Ada surga atmosfir - langit biru diatas kita.
Ada surga antar bintang - ruang hitam dimana Allah menempatkan planet dan bintang
Dan ada surga diatas segala surga - tempat terang dimana Allah berdiam. Rumah surgawi Sang Pencipta dan alam para malaikat disebut juga surga tertinggi, surga ketiga, rumah Bapa, tempat kediaman-Nya, Taman Firdaus atau hanya Surga. 4
“TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.” (Mazmur 33:13-15)
ALLAH ITU TUNGGAL
Ayat pertama dalam Kitab Suci memastikan bahwa hanya ada satu Allah: “Pada mulanya Allah.”
Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama dan Baru sama-sama menyatakan: “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4) “Ada satu Allah.” (Roma 3:30)
Allah itu TUNGGAL.
Dia tidak mempunyai saingan. Dia tidak ada bandingannya.
Dalam istilah teologi disebut monoteisme: kepercayaan pada satu Allah. Monoteisme sangat jauh berbeda dibandingkan dengan politeisme (kepercayaan pada banyak dewa dewi) dan panteisme (kepercayaan bahwa ilah adalah segalanya dan segalanya adalah ilah). Politeis dan panteis mengaburkan perbedaan antara Pencipta dan Ciptaan-Nya. Karena itu, mereka menyangkal bahwa Allah adalah pribadi yang memiliki ciri-ciri.
KOMPLEKS
“Pada mulanya Allah” adalah kebenaran mendasar tapi bukan kebenaran yang sederhana.
Sang Tunggal yang Tak Terbatas tidaklah sederhana. Dia kompleks. Ketunggalannya adalah ketunggalan dengan banyak dimensi.
Kata Ibrani yang digunakan untuk “Allah” adalah kata benda jamak maskulin Elohim. Tata bahasa Ibrani mempunyai bentuk kata benda tunggal, ganda (hanya dua), dan banyak (tiga atau lebih banyak dari tiga). Elohim adalah bentuk kata benda yang berarti tiga tapi memiliki arti yang tunggal.
Allah tunggal yang benar adalah Allah yang kompleks dan mempunyai kapasitas yang tidak terbatas. Tiga kalimat pertama dalam Kitab Suci menyatakan:
“Pada mulanya ALLAH [bentuk kata benda jamak] menciptakan [kata kerja tunggal] langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan ROH ALLAH melayang-layang di atas permukaan air. BERFIRMANLAH ALLAH: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.” (Kejadian 1:1-3)
Pernyataan pembukaan dalam Kitab Allah memberi tahu kita bagaimana Dia melakukan pekerjaan penciptaan. Dia melakukannya dengan Roh dan Firman-Nya.
Pertama, Roh Allah sendiri dikirim turun dari surga untuk menjalankan perintah-Nya. Seperti seekor merpati turun ke sarangnya, “Roh Allah melayang-layang” di dunia yang baru diciptakan. Kata Ibrani yang digunakan untuk “Roh” adalah ruach: roh, udara atau energi. Roh Allah ini adalah keberadaan Allah sendiri yang memberikan energi.
“Engkau mengirim Roh-Mu [ruach], mereka tercipta.” (Mazmur 104:30)
Selanjutnya, Allah berfirman. Sepuluh kali Kitab Kejadian mengatakan: “Berfirmanlah Allah ...” Ketika Allah berfirman, apa yang diperintahkan-Nya terjadi.
“Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya [ruach] ‘segala tentaranya.’” (Mazmur 33:6)
Allah menciptakan dunia dengan Firman dan Roh-Nya.
BERKOMUNIKASI
Bukti bahwa Allah menciptakan segala sesuatu hanya dengan berfirman mengajarkan kita hal lain tentang Allah.
Dia berkomunikasi.
Sebelum ada ciptaan, ada komunikasi.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.” (Yohanes 1:1-2)
Istilah “Firman” berasal dari kata Logos dalam bahasa Yunani yang berarti: pernyataan pikiran. 5Dalam Kitab Suci, Logos adalah gelar pribadi Allah. Allah dan Firman-Nya adalah Satu.
Segala sesuatu diciptakan dengan Firman.
Hanya dengan berpikir Allah bisa menciptakan dunia dan dalam waktu singkat segala sesuatu berada di tempatnya dan berfungsi dengan baik. Tapi bukan itu yang dilakukan-Nya. Dia mengekspresikan pikiran-Nya. Dia berfirman.
Firman menciptakan dunia dalam enam hari yang teratur.
Apakah Sang Agung memerlukan enam hari untuk menyelesaikan tugasnya?
Tidak, Sang Tunggal yang tidak dibatasi waktu tidak memerlukan waktu sama sekali. Tapi, dengan menciptakan dunia dengan cara ini, Allah tidak hanya menciptakan tujuh hari dalam seminggu 6, Dia juga memberikan kita pengenalan akan kepribadian dan karakter-Nya. Hal ini penting karena Allah yang tidak dikenal, tidak akan bisa dipercaya, dipatuhi, atau dipuja.
Mari kita lihat, dengar dan pelajari dari kejadian penciptaan, seperti yang dilaporkan oleh Sang Pencipta sendiri.
HARI 1: TERANG DAN WAKTU - ALLAH ITU SUCI
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.” (Kejadian 1:3-5)
Pada hari pertama Allah membawa terang ke tempat kejadian penciptaan. Dia juga menciptakan waktu sehingga bumi berotasi selama 24 jam: waktu astronomi yang mengatur siang dan malam. Allah belum menciptakan matahari, bulan, dan bintang sampai nanti di hari keempat.
Ada masa ketika ilmuwan mempertentangkan keberadaan terang sebelum adanya matahari yang secara ilmiah tidak tepat. Sekarang hal ini bukanlah masalah lagi. Sekarang bahkan ilmuwan yang tidak percaya pada catatan penciptaanpun menyatakan bahwa cahaya sudah ada sebelumnya dan terpisah dari matahari. 7
Dengan menyediakan terang (Hari 1) sebelum menciptakan pembawa terang bagi bumi (Hari 4), Sang Pencipta memperlihatkan bahwa Dia adalah Sumber Terang yang tidak diciptakan - baik secara jasmani maupun spiritual. Terpisah dari-Nya hanya ada kegelapan.
Disaat kita menjelajahi Kitab Suci, kita akan terus menerus bertemu dengan Sumber Terang dan pada puncaknya di Taman Firdaus dimana orang-orang kepunyaan Allah “tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka.” (Wahyu 22:5)
Cahaya tetap menjadi rahasia bahkan bagi mereka yang paling pintar. Ahli fisika mengetahui sedikit tentang apa yang dilakukan cahaya tapi hanya mengerti sedikit tentang apakah cahaya itu. Dalam ilmu pengetahuan, cahaya adalah hal yang mutlak. Cahaya mengalir sejauh 300.000 km (186.000 mil) per detik. Dalam ilmu fisika, ketika Albert Einstein menemukan E = mc2 (energi sama dengan masa dikalikan kecepatan cahaya dipangkat dua), dimulailah masa atom-nuklir yang luar biasa dan menakutkan. Cahaya tidak dipengaruhi lingkungan. Cahaya dapat bersinar dalam buangan sampah yang bau tapi cahaya itu tetap murni. Cahaya tidak dapat hidup berdampingan dengan kegelapan. Cahaya menyingkirkan kegelapan.
Allah, Sumber Terang, adalah Mahluk Tertinggi yang Mutlak. Kemegahannya yang luar biasa menakutkan setiap mahluk hidup yang tidak diperlengkapi untuk berdiam dalam keberadaan-Nya.
Allah itu murni dan suci.
Kata suci berarti: terpisah, dikhususkanatau yang berbeda. Allah itu berbeda. Tidak ada yang seperti Dia. Malaikat yang ada di sekeliling tahta-Nya yang bersinar di Surga terus menerus menyerukan, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN!” (Yesaya 6:3) Kesucian adalah satu-satunya karakteristik Allah yang diulangi tiga kali dalam Kitab Suci - sebagai penekanan. Dia itu suci, “bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.”(1 Timotius 6:16)
Allah tidak dapat berdampingan dengan kejahatan. Dia memisahkan terang dari kegelapan. Hanya mahluk yang murni dan benar yang bisa hidup dengan-Nya.
“Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (1 Yohanes 1:5-6)
Hari pertama penciptaan menyatakan bahwa Allah itu suci.
HARI 2: UDARA DAN AIR - ALLAH ITU AGUNG
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ ... Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.” (Kejadian 1:6-8)
Hari kedua penciptaan berfokus pada dua elemen dimana semua organisme hidup bergantung: udara dan air.
Kata cakrawala dalam bahasa Ibrani mengacu pada atmosfir dan awan yang terbentang luas di atas kita dan tempat di mana bintang-bintang terlihat. Pikirkan komposisi gas yang seimbang dan sempurna di atmosfir yang terbuat dari oksigen dan nitrogen, uap air dan karbon dioksida, ozon dan yang lainnya. Ubah campurannya dan kita akan mati. Allah tahu apa yang dilakukan-Nya.
Pikirkan bertriliun-triliun ton uap air yang tertahan di atmosfir di atas kita. Kebijaksanaan dan kekuatan seperti apa yang diperlukan untuk menciptakan dan menjaga campuran yang sempurna antara air dan udara - hanya melalui perkataan?
“Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.”(Mazmur 33:9)
Seperti hari penciptaan lain, hari kedua mengingatkan kita bahwa Sang Pencipta itu maha kuasa.
HARI 3: TANAH DAN TANAMAN - ALLAH ITU BAIK
“Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian ... Allah melihat bahwa semuanya itu baik.Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi ...Allah melihat bahwa semuanya itu baik.’” (Kejadian 1:9-12)
Di hari yang ketiga Allah memisahkan tanah dari lautan dan menciptakan tanaman dengan perkataan-Nya. “Dan Allah melihat semuanya baik.” Dia menempatkan air di planet kita dengan jumlah yang tepat. Dia tidak pernah perlu menambahkan jumlahnya sejak hari itu. 8
Allah merancang setiap tanaman dan pohon untuk menghasilkan biji dan mengeluarkan sayuran dan buah-buahan “berdasarkan jenisnya.” Mengapa Allah membuat semua makanan ini? Dia membuatnya karena Dia “membentuk bumi ... untuk didiami.”(Yesaya 45:18) Bumi itu unik di dalam sistem tata surya. Hanya bumilah yang dirancang untuk menopang dan memperkaya kehidupan.
Pikirkan beberapa keuntungan yang bisa kita ambil dari tanaman misalnya: oksigen yang diperlukan, sayuran yang menyehatkan, buah-buahan yang enak, bayangan pepohonan yang menyegarkan, kayu-kayu yang berguna, obat-obatan yang diperlukan, bunga-bunga yang berwarna warni dan harum, pemandangan yang indah, dan masih banyak yang lainnya.
Dalam hal makanan, Allah bisa langsung membuatkan kita makanan jadi untuk dimakan - seperti pisang, biji-bijian, dan beras. Kita bisa hidup dari makanan itu. Tapi bukan itu yang Allah lakukan. Para ilmuwan memperkirakan ada dua miliar jenis tanaman di dunia kita yang bisa dimakan oleh manusia dan hewan.
Dalam Kitab Kejadian pasal satu, tujuh kali Allah menyatakan bahwa ciptaannya “baik.” Dalam Kitab Suci, angka tujuh menunjukkan kesempurnaan. Segala sesuatu yang Allah ciptakan sangatlah baik.
Karena Dia sangat baik.
“Allah ... memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”(1 Timotius 6:17)
Hari ketiga mengajarkan kita bahwa Allah itu baik.
HARI 4: TERANG SURGAWI - ALLAH ITU SETIA
“Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun ...Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.’”(Kejadian 1:14-16)
Hari keempat mengungkapkan Allah yang teratur. Dialah Sang Tunggal “yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam.”(Yeremia 31:35) Di malam hari susunan bintang-bintang yang pasti menjadi peta yang dapat diandalkan oleh orang-orang yang bepergian melalui jalan darat dan laut. Pada siang hari matahari dapat diandalkan sebagai penentu hari dan tahun. Bulan mengatur penanggalan bulan dan waktu pasang air laut.
Seperti matahari dan bintang, bulan menjadi saksi yang terus menerus menyatakan bahwa Sang Tunggal yang menciptakannya dapat diandalkan. Allah menyebut bulan sebagai “saksi yang setia di awan-awan.”(Mazmur 89:38) Dilihat dari belahan bumi manapun, bulan selalu menghadap bumi dan tidak pernah memperlihatkan bagian belakangnya. 9 Dengan tepat bulan menjadi besar dan menyusut. Bulan selalu setia karena Sang Tunggal yang menciptakannya setia.
Karena Allah setia, ada yang tidak bisa dilakukan-Nya. Dia tidak bisa melawan sifat alami-Nya dan tidak bisa mengabaikan hukum-Nya. “Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya ... Allah tidak mungkin berdusta.” (2 Timotius 2:13; Ibrani 6:18) Banyak orang berpikir bahwa Allah begitu “hebat” sehingga Dia bisa melakukan hal yang berlawanan dengan karakternya atau mengingkari perkataan-Nya. Bukan itu arti “kehebatan” Allah.
Berubah-ubah bukanlah karakter-Nya - tapi kesetiaan. Seperti susunan planet dan bintang-bintang yang pasti, Sang Pencipta dan Penolang dapat diandalkan.
Kamu dapat mempercayai-Nya.
“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”(Yakobus 1:17)
Hari penciptaan keempat menjadi saksi bahwa Allah itu setia.
HARI 5: IKAN DAN BURUNG – ALLAH ITU HIDUP
Pada hari yang kelima, dengan kebijaksanaan dan kuasa-Nya yang tidak terbatas Allah menciptakan segala jenis mahluk untuk mengisi lautan dan angkasa, memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa bergerak dengan efisien dalam lingkungan mereka masing-masing - ikan bergerak dalam air dengan menggunakan insang dan sirip, burung di udara mempunyai tulang yang ringan dan bulu.
“Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.’ Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” (Kejadian 1:20-21)
Perhatian kalimat, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup.” Kata “berkeriapan” berarti “dijejalkan, dipenuhi.” Ahli mikrobiologi memberi tahu kita bahwa setetes air kolam mengandung jutaan mikroorganisme hidup dan banyak yang serumit binatang yang lebih besar! Mahluk terbesar di samudera, ikan paus biru, hanya makan plankton - tanaman dan hewan yang sangat kecil yang mengapung di lautan.
Samudera adalah kumpulan keajaiban mahluk hidup ciptaan Allah.
Hal yang sama dapat dikatakan tentang bermacam-macam burung yang terbang di angkasa.
Perhatikan juga kalimat, “segala jenis”.Kata ini diulang sepuluh kali dalam Kitab Kejadian pasal satu, menyatakan kestabilan setiap organisme yang hidup. Sang Pemimpin Kehidupan memerintahkan setiap tanaman dan mahluk hidup untuk bereproduksi sesuai dengan “segala jenis”-nya. Hipotesa manusia tentang evolusi berlawanan dengan hukum alami yang tak berubah ini. Biarpun terjadi keberagaman, mutasi dan adaptasi dari setiap mahluk hidup, tapi tidak ada yang bisa “berevolusi” melebihi batasan jelas yang sudah ditetapkan Sang Pencipta. Catatan fosil adalah saksinya.
Allah sendiri adalah Pencipta dan Penopang energi unik yang disebut kehidupan. Terpisah dari-Nya hanya ada kematian.
“Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup.”(Yohanes 1:3-4)
Mahluk hidup yang banyak jumlahnya yang diciptakan pada hari kelima mengajarkan bahwa Allah adalah kehidupan.
HARI 6: HEWAN DAN MANUSIA – ALLAH ITU KASIH
Di awal hari keenam Sang Pencipta menciptakan puluhan ribu hewan mamalia, hewan melata, dan serangga yang mengagumkan.
“Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat semuanya itu baik.” (Kejadian 1:25)
Allah menciptakan semuanya, baik yang besar maupun yang kecil, dan memberikan setiap hewan pengetahuan intuitif yang diperlukan untuk hidup dan bisa mendukung kehidupan alam, masing-masing menghasilkan keturunan sesuai jenisnya, masing-masing mengurus anaknya.
Ketika Allah menciptakan kerajaan hewan, semulanya “baik.” Tidak ada yang jahat dan tidak ada pertumpahan darah. Hewan dirancang untuk hidup hanya dari tanaman. Allah berkata, “Kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” (Kejadian 1:30) Dalam rantai makanan tidak ada hewan makan hewan. Tidak ada keganasan dan ketakutan. Kebaikan Allah terlihat dari segala hal. Seekor singa akan merumput bersebelahan dengan domba, burung dan kucing akan saling menikmati keberadaan satu sama lain. Dunia adalah tempat yang sangat damai.
Setelah Allah menciptakan hewan, tibalah saatnya untuk menciptakan karya terbesar-Nya: laki-laki dan perempuan. Allah berencana manusia akan menjadi subyek yang setia kepada-Nya dalam kerajaan kemuliaan, suka cita, dan kasih yang kekal.
Bagi Sang Pencipta, kasih melebihi perbuatan-Nya. Dia adalah kasih.
“Allah adalah kasih.”(1 Yohanes 4:8)
Daya kreasi Allah di hari keenam menyatakan bahwa Allah itu kasih.
“BAIKLAH KITA”
Karena Allah itu kasih, Dia menciptakan dunia yang indah bagi orang-orang yang akan menjadi obyek dan penerima kasih-Nya. Masih di hari keenam:
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ...’” (Kejadian 1:26)
Tunggu! Tunggu dulu!! Apa itu? Apakah Allah benar-benar berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”?
Karena Allah itu TUNGGAL, siapakah “KITA”?
Kepada siapa Dia berbicara?
1. Usaha ahli kosmologi untuk mengetahui sejarah alam semesta didasarkan pada “gabungan penelitian dan teori.” (Loeb, Abraham. “The Dark Ages of the Universe,” Scientific American, November 2006) Pengetahuan mereka didasarkan pada penelitian dan teori tapi pengetahuan orang yang percaya pada Kitab Suci didasarkan pada penelitian dan wahyu – wahyu yang mempunyai tanda tangan ilahi (seperti yang sudah diteliti dalam bab 5 dan 6 SATU ALLAH SATU PESAN). Allah sudah mengungkapkan kebenaran-Nya supaya kita tahu kebenarannya.
2. Kitab Ayub 38:6-7 menyatakan bahwa malaikat-malaikat mengamati dan bersukacita ketika Allah menciptakan dunia. Kitab Ayub adalah kitab yang puitis, malaikat-malaikat digambarkan sebagai “bintang-bintang fajar” dan “anak-anak Allah.” Kedua ungkapan ini tidak menunjukkan mahluk yang berbeda. Penggambaran ganda ini adalah sebuah contoh keserasian, ciri khas puisi Ibrani. Lihat juga Ayub 1:6; 2:1.
3. Lebih dari setengah dari 66 kitab dalam Kitab Suci mengacu pada malaikat-malaikat. Contoh: Kejadian 3:24; 16:7-11; 18:1-19:1; 1 Raja-raja 19:5-7; Mazmur 103:20-21; 104:4; Daniel 6:22; Ibrani 1:4-7,14; 12:22; Matius 1:20; 2:13,19-20; 22:30; 26:53; Lukas 1 & 2; 2 Tesalonika 1:7, Wahyu 5:11; 18:1; 22:6-16, dan lain-lain. (Wahyu menggunakan kata “malaikat” atau “malaikat-malaikat” sebanyak lebih dari 70 kali).
4. Ulangan 10:14; 2 Korintus 12:2,4; Yohanes 14:2; Mazmur 33:13; 115:3; 1 Raja-raja 8:39
5. Vine, W.E., M.A. An Expository Dictionary of New Testament Words. Westwood, NJ: Fleming H. Revel Company; 1966, hal. 229.
6. Enam hari penciptaan dan hari ketujuh untuk beristirahat mengajar manusia tentang siklus waktu pasti ilahi yang diteliti di seluruh dunia saat ini. Tidak seperti hari, bulan, dan tahun, minggu tidak berhubungan dengan ilmu perbintangan. Tapi dirancang oleh Allah.
7. Orang-orang yang mendukung dugaan big bang berteori bahwa cahaya sudah ada sebelum matahari dan bumi 9.000.000.000 tahun sebelumnya! (Loeb, Abraham.“The Dark Ages of the Universe,” Scientific American; November 2006, hal. 49.)
8. Ketika nanti kamu minum air putih, mungkin kamu harus berkata kepada Penciptamu, “Terima kasih!” Selain kenyataan bahwa H2O (air) dapat memuaskan dahaga kita dan membuat kita tetap hidup, air adalah sesuatu yang benar-benar luar biasa. Air adalah satu-satunya cairan yang mengembang ketika dibekukan, karena itu kepadatannya berkurang dan bisa mengapung. Jika air mempunyai sifat seperti benda lain dan mengental ketika dibekukan, maka air itu akan tenggelam ke dasar lautan, danau, dan sungai. Sebagian besar air beku itu tidak akan mencair dan pada akhirnya air segar akan terikat dan membeku di dasar perairan. Sungguh pemikiran yang bagus dari Pencipta kita!
9. Sisi gelap bulan pertama kali dilihat oleh manusia pada 24 Desember 1968, ketika pesawat luar angkasa Apollo 8 mengitari bulan. Menariknya, pada hari yang sama ketiga astronotnya membaca Kitab Kejadian pasal 1 yang kegiatannya disiarkan ke bumi dari luar angkasa. (Reynolds, David West. Apollo: The Epic Journey to the Moon. NY: Harcourt, Inc., 2002, hal. 110-111)