26 |
AGAMAWI DAN JAUH DARI ALLAH |
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah bahasa Inggris: “Hindsight is 20/20” (Jika melihat ke belakang, maka pandangan kita jelas dan sempurna.) Nilai “20/20” adalah standar optometris di Amerika Utara untuk menyatakan pandangan yang jelas. Jika pandangan matamu 20/20, itu berarti kamu tidak memerlukan kaca mata.
Melihat ke belakang berarti kita melihat kembali apa yang sudah terjadi. Ketika kita melihat ke belakang kita melihat serangkaian perbuatan yang seharusnya kita atau orang lain perbuat tapi terlambat. Melihat ke belakang seperti itu tidaklah terlalu berguna.
Tapi melihat ke belakang sangat berguna untuk mengerti cerita dan pesan yang sudah diungkapkan Allah selama berabad-abad. Kita menjadi bisa menanggulangi rintangan-rintangan besar dan membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Karena itulah Yesus memberi tahu murid-murid-Nya:
“Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Matius 13:16-17)
Sebagai orang-orang yang hidup setelah kedatangan Mesias yang pertama ke dunia, kita juga diberkati dengan bisa melihat sejarah, mempelajari Kitab Suci yang utuh, dan melihat rencana sempurna Allah dengan jelas.
Dengan mengingat ini dan menilai semua yang telah kita saksikan sepanjang penjelajahan Kitab Suci ini, mari kita kembali sekali lagi ke Kitab Permulaan.
MELIHAT KAIN DAN HABEL DENGAN PENGERTIAN BARU
Kitab Kejadian pasal empat menyatakan dengan jelas bahwa Kain dan Habel terlahir dengan masalah dosa. Ketika mereka dewasa, masing-masing berusaha menyembah Allah tapi hanya satu yang diterima Allah.
“TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.” (Kejadian 4:4-5)
Setelah mendengar cerita Yesus Sang Juruselamat orang berdosa, dengan pengertian Kitab Suci yang baru, kita dapat mengerti dengan mudah mengapa ribuan tahun sebelumnya, “TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan–Nya.”
Anak domba korban Habel menunjuk Yesus, Anak Domba Allah, yang mencurahkan darah-Nya bagi para pendosa. Sayur-sayuran Kain tidak menunjuk Yesus.
Habel melihat ke depan pada apa yang akan terjadi, sekarang kita melihat ke belakang pada apa yang telah Yesus lakukan bagi kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
“Darah Yesus … menyucikan kita dari pada segala dosa.” (1 Yohanes 1:7)
IMAN YANG MENYELAMATKAN
Allah mengampuni Habel sama seperti Dia mengampuni para pendosa jaman sekarang. Jika pendosa mengakui kesalahannya dan percaya kepada Tuhan dan penebusan-Nya, maka orang itu diampuni dan diberikan hadiah kebenaran Allah. Begitu juga dengan semua nabi dan orang percaya sepanjang masa.
Misalnya, seperti yang sudah kita ketahui, “percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6) Dengan berkata bahwa Abraham “percaya kepada TUHAN,” berarti Abraham yakin bahwa apa yang dikatakan Allah adalah benar. Abraham percaya pada Firman Allah. Iman-nya hanya kepada Allah saja.
Seperti nabi Abraham, Raja Daud juga percaya pada janji Allah. Dengan hati bersukacita Daud menulis, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu.” (Mazmur 32:1-2) Daud juga menyatakan, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:6)
Bagi orang-orang seperti Habel, Abraham, dan Daud, yang hidup sebelum kedatangan Yesus, hutang-hutang mereka ditutupi karena mereka menyerahkan kepercayaannya kepada TUHAN Allah dan rencana-Nya. Ketika Kristus mati, hutang dosa mereka selamanya dibatalkan dari buku catatan.
Sekarang kita hidup setelah jaman Kristus. Kabar baik Allah adalah jika kamu percaya pada apa yang telah Tuhan Yesus lakukan bagimu melalui kematian-Nya yang menggantikan dan kebangkitan yang memenangkan, Allah akan menghapus hutang dosamu dari buku catatan-Nya, memberimu kebenaran Kristus, dan menjamin bahwa kamu akan mendapatkan tempat “dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
Hal ini dan masih banyak hal lainnya akan menjadi milikmu jika kamu percaya.
Percaya kepada Tuhan Yesus berarti beriman penuh kepada-Nya dan pada apa yang telah dilakukan-Nya untukmu. Untuk lebih mengerti arti kepercayaan, bayangkan dirimu sendiri sedang berjalan ke dalam sebuah ruangan yang mempunyai banyak kursi di dalamnya. Beberapa kursi dengan jelas terlihat rusak. Ada yang terlihat goyah dan hampir patah. Beberapa kursi terlihat cukup bagus tapi setelah diperiksa dengan seksama, kamu melihat kursi-kursi itu mempunyai beberapa titik kelemahan dan tidak dapat dipercaya. Ketika kamu berpikir bahwa tidak ada kursi yang kokoh di ruangan itu, matamu tertuju pada satu kursi yang jelas terlihat kokoh dan dalam keadaan baik. Kamu berjalan ke arah kursi itu dan duduk di atasnya. Kamu percaya pada kursi itu. Kamu mengistirahatkan tubuhmu pada kursi itu. Kamu tahu bahwa kursi itu akan menahan bebanmu dan tidak akan membuatmu terjatuh.
Kristus Yesus tidak akan pernah mengecewakan orang-orang yang beristirahat kepada-Nya dan pada pekerjaan-Nya yang sudah selesai.
IMAN YANG MENGHANCURKAN
Kepercayaan hanya sekuat orang yang dipercayai. Semua orang mempunyai iman tapi tidak semua beriman pada hal yang sama.
Habel beriman pada Allah dan cara pengampunan serta kebenaran-Nya.
Kain beriman pada ide dan usahanya sendiri.
Kain dan semua orang yang menolak diagnosa dan penyembuhan Allah atas masalah dosa mereka dapat dibandingkan dengan seorang pawang ular yang saya tonton di televisi. Orang itu digigit seekor ular kobra besar tapi menolak suntikan anti racun yang seharusnya bisa menyelamatkan nyawanya. Dia pikir dia cukup kuat untuk menahan racun ular.
Orang ini mempunyai iman, iman yang kuat, iman yang sia-sia. Dia beriman pada dirinya sendiri bukan pada pengobatan dokter.
Pilihannya merenggut nyawanya.
Kitab Suci sudah menyatakan dengan jelas. Beriman pada usaha kita sendiri, bukan pada keselamatan Allah, “mengikuti jalan yang ditempuh Kain” akan mendapatkan “tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya.” (Yudas 1:11, 13) Ide Kain - bahwa seseorang bisa mendapatkan kebaikan Allah dengan usahanya sendiri - selalu berlawanan dengan rencana pembebasan Allah.
Tapi sampai sekarang kebanyakan orang bertahan dengan “jalan yang ditempuh Kain.”
TIMBANGAN MANUSIA
Suatu hari orang-orang Yahudi beragama bertanya kepada Yesus, “‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah’” (Yohanes 6:28-29). Orang-orang yang bertanya itu ingin “mengerjakan pekerjaan.”Yesus menyuruh mereka “percaya kepada Dia.”
Kebingungan orang-orang Yahudi itu tidaklah aneh.
Adik perempuan saya dan suaminya tinggal di Papua Nugini. Mereka dan rekan kerjanya membantu warga suku terpencil dan mengajar mereka tentang satu Allah yang benar dan pesan-Nya tentang kehidupan kekal. Berikut ini adalah catatan dari salah satu rekan kerja mereka yang menceritakan percakapan antara dia dan salah satu warga suku yang mendengar cerita tentang “Percakapan Allah” (nama yang diberikan orang Papua Nugini untuk Kitab Suci):
“Setelah mendengar tentang pengajaran Yesus sebagai “Roti Hidup,” [warga suku] berkata, ‘Terlalu gampang, saya sudah bekerja seumur hidup saya untuk berusaha dan dengan cara saya untuk masuk ke surga dan menjadi bersih di hadapan Allah, dan sekarang kamu mengatakan bahwa yang harus kami lakukan hanyalah percaya kepada Yesus?’
Saya memberitahunya untuk mendengar lagi apa yang Yesus katakan, ‘Akulah roti hidup.’ (Yohanes 6:35) Kemudian saya membacakan lagi Yohanes 6:29: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’ Dia juga membaca Yohanes 3:16: ‘Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.’ Saya bertanya apakah Allah memerlukan bantuan kita seolah-olah Dia tidak cukup kuat untuk menyelamatkan kita.
Dia tertawa, ‘Tentu saja tidak! Allah tidak memerlukan pertolongan kita.’
‘Jadi, berdasarkan Firman Allah, apakah Allah memerlukan perbuatanmu untuk menolong kamu masuk surga?’
Orang itu menggelengkan kepalanya dan merenung.”
Walaupun pesan Allah begitu jelas, orang-orang di seluruh dunia - dari orang suku terpencil sampai orang beradab anggota sinagoga, gereja, dan mesjid - berpegang pada konsep bahwa pada Hari Penghakiman, Allah akan menimbang perbuatan baik dan buruk mereka. Mereka membayangkan bahwa jika perbuatan baik mereka lebih dari 51%, mereka akan masuk ke Taman Firdaus tapi jika perbuatan buruk mereka lebih dari 51%, mereka akan dikirim ke neraka.
Sistem perbuatan baik melebihi perbuatan buruk tidak pernah digunakan dalam ruang sidang manusia di bumi. Juga tidak akan digunakan di ruang sidang Allah surgawi.
Pikirkan. Apakah kamu benar-benar mau Allah menghakimimu dan masa depan kekalmu berdasarkan perbuatan baik dan komitmenmu?
Syukurlah “teori timbangan” ini tidak ditemukan dalam Kitab Allah.
STANDAR ALLAH
Allah mensyaratkan kesempurnaan.
Hanya mereka yang menerima hadiah kebenaran Allah yang dapat berdiam bersama-Nya. Jika ditemukan setitik dosa di buku catatan pada Hari Penghakiman, kamu tidak akan bisa masuk ke Taman Firdaus. Allah mensyaratkan kebenaran yang sempurna.
Bagi Allah, dosa sama menjijikkannya seperti bangkai babi yang membusuk dalam rumah kita. Apakah dengan menyemprotkan parfum pada bangkai yang membusuk itu dapat menghilangkan kotoran dan baunya? Ritual keagamaanpun tidak dapat menghilangkan kotoran kita dan membuat kita menjadi layak bagi Allah.
Sebuah dosa tidak dapat ditoleransi Allah sama seperti setetes racun dalam teh tidak dapat kita toleransi. Apakah menambahkan air ke dalam teh yang beracun itu akan menghilangkan kualitasnya yang mematikan? Perbuatan baik kita pun tidak akan menyucikan dan menyelamatkan kita dari hukuman kekal.
Kita tidak berdaya menghilangkan hutang dosa kita dan membuat diri kita benar di hadapan Allah. Tapi syukur kepada Tuhan, kita mempunyai harapan. Dia menyediakan semua yang kita perlukan untuk hidup selamanya dalam hadirat-Nya yang suci dan sempurna.
IMAN DAN PERBUATAN
Kepada orang-orang yang percaya bahwa Yesus Kristus sudah membayar lunas hutang dosa kita, Allah berkata: “Karena kasih karunia[kebaikan yang tidak layak] kamu diselamatkan oleh iman [percaya pada apa yang telah Kristus lakukan bagimu]; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)
Tidak ada kesombongan di surga.
Keselamatan adalah “kasih karunia.” Keselamatan adalah “pemberian Allah.” Keselamatan adalah hadiah yang tidak layak kita terima tapi kita bersyukur dapat menerimanya, dan bukanlah medali yang harus diperoleh karena itu “jangan ada orang yang memegahkan diri.” Tapi tragisnya kebanyakan orang-orang beragama tetap bingung mengenai hal ini, seperti seorang koresponden di Timur Tengah yang menulis:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Yang paling penting dari iman adalah percaya kepada satu Allah yang benar, melakukan perbuatan baik, menghindari perbuatan jahat. Inilah keselamatan kita. |
Jika keselamatan dari hukuman kekal dan hak untuk berdiam bersama Allah tergantung pada usaha kita sendiri, bagaimana kita tahu bahwa kita sudah cukup berbuat baik atau sudah cukup menghindari perbuatan jahat untuk mendapatkan sebuah tempat di Taman Firdaus? Kita tidak akan pernah yakin dengan keselamatan.
Hampir tiga ribu tahun yang lalu nabi Yunus menyatakan: “Keselamatan adalah dari TUHAN.” (Yunus 2:9)
Puji Tuhan!
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)
Firman Allah menyatakan dengan jelas: Percaya bahwa perbuatan kita sendiri akan menyelamatkan kita dari hukuman dosa berarti menolak hadiah keselamatan dari Allah.
Jadi untuk apa kita melakukan perbuatan baik dan menghindari dosa? Ayat berikut ini memberi tahu kita:
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10)
Perbedaannya sudah jelas: Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik. Kita diselamatkan untuk berbuat baik.
“Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus … telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Titus 2:13-14)
Bagian prolog buku ini dimulai dengan komentar seorang tetua desa kepada teman saya, “Untuk perbuatan baik yang telah kamu lakukan, kamu pantas masuk surga ...”
Firman Allah memperlihatkan kesalahan pemikiran orang tersebut.
Tidak ada yang “layak masuk ke taman firdaus” hanya berdasarkan “perbuatan baik” mereka sendiri. Tapi mereka yang sudah menerima hadiah kehidupan kekal dari Allah akan berkeinginan untuk menghindari kejahatan dan melakukan hal yang baik untuk kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain.
BUAH BUKAN AKAR
Perbuatan baik tidak pernah menjadi persyaratan keselamatan, tapi harus selalu menjadi hasil keselamatan. Misalnya, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya:
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35)
Apakah mengasihi dan mempedulikan manusia seperti Yesus mengasihi dan mempedulikan mereka merupakan persyaratan awal keselamatan? Tidak. Jika ya, tidak ada satupun dari kita yang dapat masuk ke dalam Taman Firdaus karena Yesuslah satu-satunya yang bisa dengan sempurna dan terus menerus mengasihi orang lain.
Apakah mengasihi dan mempedulikan manusia menjadi ciri kehidupan orang-orang yang percaya? Tentu. “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Orang-orang kepunyaan Allah memperlihatkan iman mereka melalui cara mereka hidup. 1
Kita harus membedakan akar keselamatan dari buah keselamatan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus harus menyatakan rasa terima kasih mereka kepada Tuhan atas hadiah keselamatan (akar) dengan menjalankan kehidupan yang suci, mengasihi, tidak egois, dan disiplin (buah).
Orang-orang kepunyaan Allah tidak melakukan perbuatan baik untuk mendapatkan kebaikan-Nya; mereka melakukan perbuatan baik karena Dia sudah memberi mereka hadiah yang tidak mereka layak terima.
AGAMA YANG SALAH
Kain adalah penggagas agama “swalayan”. Dia tidak menghadap kepada Allah dengan menggunakan darah anak domba yang dikorbankan, tapi dia datang dengan ide dan usahanya sendiri. Doa-doa Kain juga terdengar kasar dan membuat Allah muak.
“Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.” (Amsal 28:9)
Hukum Allah mensyaratkan curahan darah anak domba atau korban lain yang pantas untuk menutup dosa. Karena Kain tidak menghadap Allah seperti yang disyaratkan, “juga doanya [yang sudah dilakukan] adalah kekejian [tindakan yang dibenci, cemar].” Kain mempunyai agama tapi agama yang salah. Persembahannya tidak menunjuk pada Juruselamat dan kematian-Nya di kayu salib. Karena itu:
“TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Firman TUHAN kepada Kain: ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?’” (Kejadian 4:4-7)
Dengan kasih setia Allah berbicara kepada Kain, memberinya waktu untuk bertobat - untuk berbalik dari perbuatannya yang tidak benar ke rencana Allah yang benar.
Kain hanya menjadi marah. Dia tidak akan menukar agamanya yang indah dan mengandalkan usaha sendiri dengan darah anak domba yang menjijikkan. Dalam nama Allah dia akan melakukan hal-hal dengan caranya sendiri!
Kemana perbuatannya itu membawanya?
AGAMA YANG BERMUSUHAN
“Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.” (Kejadian 4:8)
Kain, yang terlalu sombong untuk membunuh seekor anak domba sebagai persembahan penebus dosa, tidak terlalu sombong untuk membunuh saudaranya sendiri.
Kain menentukan langkah-langkah yang kemudian dipakai dalam sistem agama dan politik di masa mendatang yang menghina, memburu, bahkan menghukum orang-orang yang menolak tunduk pada hukum dan tradisinya.
Seperti Kain, banyak orang beragama di dunia saat ini yang menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk membela agama mereka. Tindakan mereka menyatakan pada dunia betapa tidak yakinnya mereka pada iman mereka dan betapa kecilnya kepercayaan diri mereka kepada Allah mereka untuk bisa melaksanakan tugas-Nya dengan baik.
Saya sudah lama saling bertulis surat dengan seorang pria yang hidup di Amerika. Dia menulis:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Orang terakhir yang menghujat Nabi Suci di depan wajah saya, harus menelan kedua gigi depannya sekitar tiga detik sesudahnya. Saya sangat senang karena jika nanti dia menghujat lagi, hujatannya tidak akan terdengar dengan jelas. Orang-orang Pagan harus pindah agama atau mati. Titik. |
Perkataan dan perbuatan orang ini sangat jauh berbeda dengan Tuhan Yesus yang berkata, “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” (Lukas 6:27-28) Dan di atas kayu salib, Yesus berdoa bagi mereka yang menyalibkan-Nya,”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34) 2
KAIN YANG TIDAK BERTOBAT
Kembali lagi ke cerita Kain, setelah dia membunuh saudaranya, Allah memberinya kesempatan untuk bertobat dari pikirannya yang salah dan caranya yang jahat.
“Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?’
Jawabnya: ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’
Firman-Nya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.’” (Kejadian 4:9-11) 3
Kain menolak mengakui dosanya atau dengan rendah hati datang kepada Allah dengan darah anak domba. Sebaliknya, “Kain pergi dari hadapan TUHAN.” (Kejadian 4:16)
Kain tidak pernah bertobat. Dia tidak tunduk pada jalan Allah, dia terus mengikuti idenya sendiri. Kain menjadi pendiri peradaban yang sukses tapi sebuah peradaban yang masyarakatnya menolak untuk benar-benar tunduk kepada Allah Sang Pencipta. 4 Seperti Kain, keturunan-keturunannya dengan cepat turun ke jalur yang menghancurkan diri sendiri dan jalur kehidupan dengan berpusat pada diri sendiri.
Kitab Kejadian pasal empat mencatat cerita tentang Lamekh, generasi keenam dari keturunan Kain. Seperti nenek moyangnya, Lamekh adalah orang yang sombong, penuh hawa nafsu, suka membalas dendam, dan pembunuh. Anak-anaknya mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni. Mereka tahu banyak hal tapi tidak mengenal Allah.
Orang-orang tidak hanya berpaling dari cara keselamatan Allah; mereka juga telah berpaling dari cara kehidupan Allah.
UMAT MANUSIA YANG TIDAK BERTOBAT
Setelah generasi kesembilan setelah Kain, TUHAN memberikan evaluasi atas umat manusia:
“Kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” (Kejadian 6:5)
Pada jaman nabi Nuh, hanya Nuh dan keluarganya yang masih percaya kepada Pencipta mereka. Penolakan manusia yang bersikeras untuk melakukan kehendak Allah mendatangkan banjir ke seluruh dunia. Dengan kasih setia, Allah menyediakan jalan untuk lari tapi hanya delapan orang yang mengambil kesempatan itu. Nuh dan istrinya beserta anak-anak mereka - Sem, Ham, dan Yafet - beserta istri-istri mereka, merekalah yang selamat karena percaya pada pesan Allah (Kejadian 6–8).
“Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.” (Ibrani 11:7)
Banyak ilmuwan jaman sekarang yang menghina catatan Kitab Suci tentang bencana banjir, 5 tapi tidak ada yang menyanggah bahwa banyak tanah kering di dunia dulunya pernah ditutupi air dan bahwa jutaan fosil laut telah ditemukan di padang gurun luas dan punggung-punggung bukit gunung. Tidak ada juga yang menyanggah adanya pelangi setelah hujan badai, namun mungkin ada orang yang menyangsikan makna pelangi sebagai janji Allah, yaitu bahwa Dia tidak akan pernah lagi menghancurkan seluruh dunia dengan banjir.
PEMBERONTAKAN DAN KEBINGUNGAN
Walaupun manusia diberkati dengan awal yang baru setelah penghukuman dengan banjir, beberapa generasi kemudian manusia kembali memberontak kepada Pencipta dan Pemilik mereka dan mengikuti ide mereka sendiri. Misalnya, Allah telah memberi tahu manusia untuk berpencar dan “penuhilah bumi.” (Kejadian 1:28; 9:1). Tapi apa yang mereka ingin lakukan? Mereka memilih untuk melakukan sebaliknya.
“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” (Kejadian 11:4)
Perhatikan rencana pemberontakan mereka yang berpusat pada diri sendiri. Mereka tidak mengikuti kehendak Allah yang baik dan sempurna bagi mereka, sebaliknya mereka mengikuti kebijakan sendiri dan mengagungkan nama mereka. Mungkin mereka berpikir bahwa dengan membangun “sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit” mereka akan selamat jika terjadi banjir lagi. Mereka seperti orang-orang beragama sekarang ini yang berharap lolos dari hukuman Allah dengan mengandalkan usaha keras mereka sendiri.
Allah menghentikan rencana manusia untuk tinggal bersama di satu tempat. TUHAN tahu bahwa rencana itu akan mengarah pada korupsi dan menghancurkan umat manusia. Ingat bahwa sampai saat itu “seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya” (Kejadian 11:1), kita lihat apa yang diperbuat Allah.
“Ia berfirman: ‘Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’
Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.” (Kejadian 11:6-9)
Karena manusia tidak bisa berkomunikasi lagi dengan yang lainnya, mereka meninggalkan menara yang belum selesai dibangun itu dan berpencar ke seluruh dunia, sama seperti maksud Allah semula. “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel.”
Babel berarti “kebingungan”.
Penolakan rencana Allah selalu mengarah pada kebingungan.
KESALAHAN KEBANYAKAN ORANG
Satu pelajaran yang bisa dipelajari dari orang-orang di jaman Nuh dan dari mereka yang berusaha membangun Menara Babel adalah:
Yang dilakukan kebanyakan orang itu salah.
Walaupun pendosa bisa menenangkan dirinya dengan pikiran bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama, tapi hukuman Allah tetap jatuh kepada mereka. Sampai saat ini banyak orang yang berpikir bahwa konsep mereka tentang Allah dan pesan-Nya pastilah benar karena banyak orang yang percaya hal yang sama.
Seorang pria yang tinggal di Britain mengirim pesan ini:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Jika kamu ingin menyelamatkan dirimu sendiri dari neraka, ikutilah agama yang berkembang paling cepat di dunia ... |
Jika pertumbuhan yang cepat dan jumlah yang banyak dapat menjadi bukti kebenaran maka keturunan Kain, orang-orang di jaman Nuh, dan para penghuni Babel juga benar. Tapi mereka salah - sangat salah.
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14)
RENCANA ALLAH YANG TIDAK BISA DIHENTIKAN
Dari cerita keluarga pertama, kita belajar apa yang terjadi setelah Kain membunuh Habel.
“Adam dan istrinya mendapat seorang anak laki-laki lagi. Kata Hawa, ‘Allah telah memberi aku anak laki-laki sebagai ganti Habel, yang telah dibunuh oleh Kain.’ Sebab itu Hawa menamakan anak itu Set. Set mempunyai anak laki-laki yang diberi nama Enos. Pada zaman itulah orang mulai menyebut nama TUHAN bila menyembah.” (Kejadian 4:25-26 BIS)
Keinginan dan rancangan Allah supaya orang percaya kepada-Nya tidak dapat digagalkan.
Nama Set berarti “memberi sebagai ganti.” Hawa mengerti bahwa Allah sudah memberi “keturunan lain” baginya untuk menggantikah Habel, yang telah dibunuh Kain. Keturunan perempuan yang dijanjikan akan dilahirkan melalui keturunan Set.
Maria, perawan yang menjadi ibu Yesus, adalah keturunan Set. Dia juga keturunan Abraham dan Daud, sama seperti yang dijanjikan Allah.
Sekeras apapun Satan berusaha menggagalkan rencana Allah, rencana yang telah dinyatakan TUHAN Allah “sebelum dunia dijadikan” terus berjalan.
Tidak ada sesuatupun atau siapapun yang bisa menghentikannya.
NAMA TUHAN
Sama seperti Habel, Set pun percaya kepada Allah dan cara pengampunan-Nya dan menyebut “nama TUHAN”. (Kejadian 4:26) Selama berabad-abad dalam dunia yang dipenuhi oleh orang-orang, seperti orang-orang di Babel, yang berusaha menciptakan nama untuk diri sendiri, selalu ada yang seperti Habel dan Set, yang mempercayai dan menyebut nama TUHAN.
Beberapa teman memberi tahu saya bahwa Allah mempunyai seratus nama tapi mereka hanya tahu sembilan puluh sembilan nama. Apakah satu nama yang hilang dari daftar mereka adalah “TUHAN menyelamatkan”?
Nama yang manakah itu?
Ya, nama itu adalah Yesus.
Tidak percaya pada nama itu - pada siapa Dia dan apa yang sudah Dia lakukan - berarti tidak tunduk kepada Allah.
Mari kita dengarkan doa rasul Paulus bagi orang-orang Yahudi yang beragama dan memberontak.
“Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. Sebab Kristus adalah penggenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya … Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan … Karena Kitab Suci berkata: ‘Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.’ Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” (Roma 10:1-4, 9, 11-13 [Yoel 2:32])
TIDAK BERHARGA ATAU BERHARGA?
Misalkan saya akan menulis sebuah cek bank senilai satu juta dolar untukmu. Cek itu terlihat bagus tapi tidak ada harganya. Mengapa?
Saya tidak memiliki sejumlah uang itu di bank!
Sekarang, bagaimana jika orang terkaya di dunia akan menulis cek sejumlah satu juta dolar untukmu?
Tidak masalah. Cek itu pasti berharga.
Bank yang menolak cek saya akan menerima cek orang kaya itu.
Dunia kita dipenuhi dengan orang-orang yang berusaha mendekati Allah melalui banyak nama, tapi dalam pandangan Allah yang suci yang telah mengirimkan Anak-Nya untuk menebus hutang dosa manusia, nama-nama itu tidak berharga dan tercemar dosa.
Seperti bank yang tidak menghargai cek $1.000.000 kepunyaan saya, Allah juga tidak akan memberikan pengampunan dan kehidupan kepada nama lain, selain Yesus.
“Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 4:12)
Apakah kamu mau hutang dosamu dihapuskan dari buku catatan Allah dan diberi hadiah kekayaan akan kebenaran-Nya? Apakah kamu mau menang atas kutukan dosa dan menikmati hubungan yang dekat dengan Penciptamu selamanya?
Hanya ada satu nama yang dapat melakukannya.
“Barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan.” (Yoel 2:32)
“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah Para Rasul 16:31)
Apakah kamu percaya sepenuh hati bahwa Tuhan Yesus Kristus telah menderita, mati, dan bangkit lagi untuk menghapus hukuman dosamu? Maka “kamu akan diselamatkan.”
HANYA DUA AGAMA
Kita memulai perjalanan kita dengan melihat bahwa di dunia kita sekarang ini ada lebih dari sepuluh ribu sistem agama.
Sebenarnya, hanya ada dua.
- Sistem pencapaian manusia yang memberitahumu untuk menyelamatkan dirimu sendiri.
- Sistem pemenuhan ilahi yang memberitahumu bahwa kamu memerlukan Juruselamat.
Selama kamu berusaha menyelamatkan dirimu sendiri, kamu bisa mempunyai agama atau nama apapun; tapi jika kamu tahu bahwa kamu memerlukan Juruselamat, hanya ada satu nama yang bisa memberi keselamatan.
Nama itu adalah Yesus.
“Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapatkan pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.” (Kisah Para Rasul 10:43)
1. Yakobus 2:18; Matius 5:13-16; Ibrani 11
2. Walaupun Allah memberi pemerintah hak untuk membela warga negaranya dan memberi mereka tanggung jawab untuk menggunakan “pedang” sebagai “hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat,” (Roma 13:1-4; Kejadian 9:6) menggunakan kekerasan untuk menyebarkan kebenaran Allah sangat bertentangan dengan contoh dan pengajaran Yesus, yang berkata,“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?” (Matius 5:43-47). Tapi Al-Qur’an berkata: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah [638] dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Al-Qur’an, sura 9:29)
3. “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” (1 Yohanes 3:11-12) Kekuatan yang mendorong Kain membunuh Habel adalah iblis dan iri hati (Bandingkan dengan Matius 27:18).
4. Bagaimana caranya menjawab tantangan klasik dari orang skeptis: “Dari mana Kain mendapatkan istri?” Kejadian 5 menyediakan jawabannya. Adam dan Hawa mempunyai “anak lelaki dan perempuan.” (Kejadian 5:4) Sudah jelas Kain menikahi salah satu adiknya – yang secara genetis belum memberikan pengaruh yang berbahaya. Nanti Allah akan melarang pernikahan di antara saudara-saudara sekandung. Dan apa yang terjadi dengan Habel setelah dibunuh? Tubuh Habel kembali ke tanah tapi jiwa dan rohnya kembali ke Taman Firdaus karena Allah sudah mengampuni dosa-dosanya dan menyatakannya benar karena imannya. Ibrani 11:4
5. Musa dan nabi-nabi lain menggambarkan banjir di seluruh dunia dan perubahan geologi di jaman Nuh: Kejadian 7–8; Mazmur 104:6-8; Ayub 22:16; Matius 24:37-39; 2 Petrus 2:5-6.