20 |
PENGORBANAN YANG BERDAMPAK BESAR |
Keluarga berkumpul.
Binatang yang terikat diletakkan di tanah.
Orang-orang tua dan muda meletakkan tangan mereka di atas domba atau di atas tangan sang ayah yang memegang pisau.
Pisau diayunkan dan tercurahlah darah hewan ke tanah.
Pengorbanan selesai - sampai tahun depan.
Pada hari Idul Adha, “Perayaan Korban,” umat Muslim mengacu pada kejadian dalam Kitab Suci sekitar empat ribu tahun yang lalu ketika Allah menyediakan seekor domba jantan untuk menggantikan kematian anak Abraham. 1 Untuk mengakhiri cerita klasik itu Al-Qur’an menulis dengan singkat: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor SEMBELIHAN YANG PALING BERARTI.” (Sura 37:107)
Untuk mengerti pentingnya cerita dramatis ini, kita harus kembali ke Kitab Kejadian.
ABRAHAM
Abraham 2 dilahirkan sekitar tahun 2000 SM di tanah Ur, sekarang Irak. Seperti semua keturunan Adam, Abraham dilahirkan dengan dosa alami. Walaupun Abraham tumbuh diantara orang-orang yang memuja dewa pagan, dia percaya kepada satu Allah yang benar. Abraham tidak berpendapat sama dengan kebanyakan orang jaman sekarang yang berpikir bahwa mereka harus setia pada agama yang dianut orang tuanya.
Seperti Habel, Abraham datang ke hadapan Allah dengan mempersembahkan curahan darah hewan korban.
Ketika Abraham berumur tujuh puluh lima tahun dan istrinya berumur enam puluh lima tahun, TUHAN datang kepadanya dan berkata:
“Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 12:1-3)
Allah berjanji akan membuat Abraham menjadi “sebuah bangsa yang besar” dan melalui bangsa itu Dia akan menyediakan keselamatan bagi semua kelompok manusia di dunia. Bangsa ini akan menjadi “besar” bukan ukurannya tapi kepentingannya. Untuk menyatakannya, Abraham dan Sarah diperintah Allah untuk pindah ke tanah yang Dia janjikan kepada keturunannya - walaupun mereka belum punya keturunan.
Bagaimana reaksi Abraham atas janji Allah yang sepertinya tidak mungkin ini? Dia percaya kepada Allah dan mematuhi-Nya. Dia keluar dari rumah bapanya dan pergi ke tanah Kanaan, yang sekarang adalah Israel dan Palestina.
IMAN ABRAHAM
Ketika Abraham tiba di Kanaan, TUHAN berkata, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu. Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.”(Kejadian 12:7)
Janji Tuhan itu mengejutkan. Tanah Kanaan dihuni oleh begitu banyak kelompok manusia yang berbeda. Bagaimana bisa Abraham dan keturunannya memilikinya? Dia dan istrinya tidak mempunyai anak.
Bayangkan sepasang orang tua dari tempat yang jauh datang ke negaramu. Ketika mereka tiba, kamu memberi tahu mereka, “Suatu hari nanti kamu dan keturunanmu akan memiliki seluruh negera ini!” Orang tua itu akan tertawa dan berkata, “Lucu sekali! Saya tidak punya keturunan! Saya sudah tua; tidak punya anak dan istri saya tidak bisa mengandung dan kamu mengatakan bahwa saya akan mempunyai keturunan yang banyak dan memiliki negaramu? Apakah kamu tidak keliru?”
Ini adalah janji mengejutkan dari Allah kepada Abraham. Dan bagaimana reaksi Abraham? Kitab Suci berkata bahwa dia “percaya kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6) Karena iman Abraham yang seperti iman anak kecil yang percaya akan janji Allah, Allah menyatakan bahwa dia benar. Setelah Abraham mati, dia akan hidup selamanya di Taman Firdaus bersama TUHAN.
Kata “percaya” dalam bahasa Ibrani asli adalah aman, asal mula kata “Amin!” yang berarti: “Terjadilah!” atau “Dapat dipercaya dan benar!”
Jangan lewatkan ini: Percaya kepada TUHAN berarti mendengar yang dinyatakan-Nya dan menanggapinya dengan “Amin!” sepenuh hati. Iman seperti yang dimiliki anak kecil bisa menyambung dengan Allah. Apakah kita menerima Firman Allah sebagai kebenaran akan terlihat melalui tindakan kita. Iman Abraham sudah dibuktikan dengan kenyataan bahwa dia memilih jalur yang sulit, berbalik dari iman keluarganya untuk mengikuti TUHAN.
“‘Percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’” (Yakobus 2:23)
Abraham adalah sahabat Allah karena dia percaya pada Firman Allah. Ini tidak berarti bahwa Abraham selalu percaya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Allah telah menyatakan bahwa dia benar dengan sempurna tapi dalam kehidupan sehari-hari Abraham kurang sempurna.
Kitab Suci tidak menutupi dosa dan kekurangan para nabi.
ISMAIL
Abraham dan Sarah tinggal di tanah Kanaan dengan hidup dalam tenda pindah dari satu tempat ke tempat lain. Setelah beberapa lama Abraham mempunyai banyak hewan ternak.
Sudah sepuluh tahun berlalu sejak Allah menjanjikan Abraham menjadi bangsa yang besar. Sekarang dia berumur delapan puluh enam dan istrinya berumur tujuh puluh enam dan mereka masih belum punya anak. Bagaimana Abraham bisa menjadi bangsa yang besar jika dia tidak punya anak? Abraham dan istrinya memutuskan untuk “menolong” Allah memenuhi janji-Nya.
Mereka tidak menunggu TUHAN melaksanakan rencana-Nya menurut waktu-Nya tapi mereka mengikuti pikiran mereka sendiri dan budaya lokal. Sarah memberikan hamba perempuan Mesirnya kepada Abraham supaya mempunyai anak. Hagar mengandung anak Abraham yang diberi nama Ismail.
Tiga belas tahun kemudian, ketika Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun, Allah yang Maha Kuasa datang kepadanya dan memberitahunya bahwa Sarah, istrinya, akan mempunyai seorang anak.
“Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: ‘Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?’ Dan Abraham berkata kepada Allah: ‘Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!’ Tetapi Allah berfirman: ‘Tidak, melainkan istrimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.’” (Kejadian 17:17-21)
ISHAK
Allah menepati janji-Nya. Sarah, di usianya yang sudah tua, mengandung anak Abraham yang diberi nama Ishak.
“Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.” (Kejadian 21:8-9)
Ismail tidak menghargai rencana Allah untuk memakai Ishak membangun sebuah bangsa yang akan dipakai TUHAN untuk menyatakan kebenaran-Nya dan menawarkan keselamatan kepada dunia. Sebaliknya, Ismail mempermainkan saudara tirinya. Ketegangan meningkat sampai Abraham harus mengusir Ismail dan Hagar. Ini adalah pengalaman yang menyedihkan bagi Abraham karena dia mengasihi anaknya, Ismail.
“Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: ‘Janganlah sebal hatimu karena hal anak [Ismail] dan budakmu itu [Hagar] ... sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak’ ...Allah menyertai anak itu [Ismail], sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang istri baginya dari tanah mesir.” (Kejadian 21:12, 20-21)
Seperti yang telah TUHAN janjikan, Ismail menjadi bapa orang-orang besar yang diberkati Allah dalam banyak hal. Tapi TUHAN telah menyatakan dengan jelas kepada Abraham bahwa “dalam Ishak”-lah Dia akan memenuhi janji-Nya untuk menyediakan keselamatan bagi dunia.
ISRAEL
Kemudian Ishak menikah dan mempunyai dua orang anak kembar, Esau dan Yakub. Allah memberikan Yakub nama baru, kata-Nya, “Israel, itulah yang akan menjadi namamu.”(Kejadian 35:10) Yakub mempunyai dua belas anak, yang menjadi nenek moyang dari dua belas suku di Israel, yang pada masa Musa, Allah menjadikannya sebuah bangsa. TUHAN menyebut keturunan-keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub ini sebagai orang-orang pilihan-Nya. 3
Mengapa Dia memilih mereka? Apakah mereka lebih baik dari bangsa lain? Tidak, bahkan Allah memberi tahu Israel bahwa mereka adalah “yang paling kecil dari segala bangsa.” (Ulangan 7:7). TUHAN memilih orang-orang Ibrani yang lemah dan diremehkan ini supaya tidak ada orang yang memegahkan diri atas rencana Allah.
Begitulah cara kerja yang disukai TUHAN Allah.
“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1 Korintus 1:27-29)
SALURAN KOMUNIKASI
Allah membentuk bangsa baru ini sebagai saluran untuk mengkomunikasikan pesan-Nya sampai ujung bumi. Allah menciptakan “saluran komunikasi” jauh sebelum ada radio dan televisi tapi kegunaannya tidak kurang efektif. Pekerjaan hebat dari satu Allah yang benar di tengah bangsa ini akan terdengar sampai ke seluruh dunia. Misalnya Kitab Suci mencatat kesaksian seorang perempuan Kanaan: “Kami mendengar bahwa TUHAN telah mengeringkan air laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir ... TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah”(Yosua 2:10-11).
Lebih lanjut, Tuhan akan memilih nabi-nabi yang menulis Kitab Sucidari bangsa ini.
Yang terpenting adalah melalui bangsa ini Allah akan menyediakan Keturunan yang akan menjadi saluran berkat bagi dunia. Seperti yang sudah kita pelajari (di bab enam belas), Keturunan ini adalah Keturunan perempuan yang dijanjikan yang datang dari surga dilahirkan oleh seorang perawan Yahudi yang miskin.
Setuju atau tidak, bangsa kuno ini adalah saluran komunikasi yang dibuat oleh Allah untuk mengirimkan kebenaran dan berkat kekal-Nya kepada setiap bangsa di dunia. Dan semuanya dimulai ketika TUHAN memberi tahu Abraham untuk meninggalkan rumah bapanya dan pergi ke tanah Kanaan.
Ada dua bagian dalam perjanjian Allah kepada Abraham:
1) “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau ...”
2) “Dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Kasih Allah tidak terbatas hanya untuk satu kelompok khusus saja. Dia tidak hanya ingin memberkati Abraham atau Israel. Hatinya yang penuh belas kasih ingin menggapai “semua kaum di muka bumi.” Perjanjian Lama dipenuhi cerita tentang Allah menggunakan bangsa Israel yang kecil dan keras kepala ini untuk menawarkan kemuliaan-Nya kepada semua bangsa dan kelompok bahasa di dunia. 4 Tujuan Allah untuk memberkati semua bangsa melalui bangsa yang dianggap hina ini harus selalu diingat ketika Kitab Suci bercerita tentang TUHAN menjaga bangsa Israel dari mereka yang berusaha membasmi mereka. Allah membela mereka bukan karena mereka lebih baik dari bangsa lain tapi karena mereka adalah saluran yang dipakai oleh-Nya untuk menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya serta menyediakan keselamatan bagi dunia. Dengan melindungi keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah melindungi berkat-berkat-nya bagi “semua kaum di muka bumi.”
Selain itu, reputasi TUHAN Allah menjadi taruhannya. Dia sudah bersumpah atas nama-Nya yang agung akan memberkati semua bangsa melalui bangsa yang lemah dan direndahkan ini. 5
Allah akan melakukan dengan tepat apa yang dijanjikan-Nya - demi kehormatan nama-Nya. Apakah kita akan melakukan hal yang sama jika reputasi kita, atau kehormatan keluarga kita, menjadi taruhannya?
ALLAH MENGUJI ABRAHAM
p class="paragraph">Sekarang marilah kita kembali ke cerita tentang pengorbanan Abraham yang berdampak besar.Begini keadaannya: Abraham sudah sangat tua. Ismail diusir bertahun-tahun sebelumnya. Hanya Ishak, anak Abraham, yang ada di rumah.
Allah akan menguji iman Abraham sampai ke tingkat yang ekstrim. TUHAN Allah akan memberi contoh dan nubuat kepada dunia tentang rencana-Nya menyelamatkan anak-anak Adam dari hukuman kematian akibat dosa.
“Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: ‘Abraham.’
Lalu sahutnya: ‘Ya Tuhan.’
Firmannya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’” (Kejadian 22:1-2)
Allah mengarahkan Abraham untuk pergi ke punggung bukit gunung tertentu dan di sana dia akan membunuh dan membakar anaknya yang terkasih di atas altar! Permintaan yang mengerikan! Ini adalah permintaan Allah yang belum pernah terjadi dan tidak akan pernah dilakukan-Nya lagi kepada manusia. Karena Ishak - seperti keturunan Adam lainnya - mempunyai hutang dosa maka hukuman yang adil baginya adalah: kematian.
“Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.” (Kejadian 22:3)
Abraham percaya kepada Allah walaupun tidak mudah. Selama tiga hari yang menegangkan Abraham, anaknya, dan dua orang pelayannya berjalan dan setiap langkah membawa mereka semakin dekat ke tempat pelaksanaan.
“Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: ‘Tinggallah kamu disini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.’” (Kejadian 22:4-5)
Abraham memberi tahu pelayannya, “Kami kembali kepadamu.”
Bagaimana Abraham dan anaknya bisa “kembali” jika Ishak harus dibunuh dan dibakar di atas altar? Di bagian lain Kitab Suci tersedia jawabannya. Karena Allah berjanji membuat Ishak menjadi bangsa yang besar, Abraham percaya bahwa ketika dia mempersembahkan anaknya, Allah akan membangkitkannya kembali. 6 Abraham telah belajar bahwa TUHAN Allah selalu memegang janji-Nya!
ALLAH MENYEDIAKAN PENGGANTI
“Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” (Kejadian 22:6)
Ketika ayah dan anak itu berjalan ke atas gunung, Ishak berkata,
“‘Bapa.’
‘Ya, anakku.’
Bertanyalah ia: ‘Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?’
Sahut Abraham: ‘Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.’
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’
Sahutnya: ‘Ya Tuhan.’
Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.’
Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar.” (Kejadian 22:7-13a)
TUHAN ikut campur. Anak Abraham dibebaskan dari hukuman mati!
Abraham berbalik dan di kejauhan, di punggung bukit gunung yang sama, dia melihat ada yang bergerak. Apakah itu ...? Mungkinkah ...? Ya! Puji Tuhan! "Seekor domba jantan ... yang tanduknya tersangkut dalam belukar."
Dengan memegang “hukum korban keselamatan”-Nya Allah menyediakan pengganti. “Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.” (Kejadian 22:13b)
Mengapa anak Abraham lepas dari hukuman mati yang membayanginya? Domba jantan itu telah mati sebagai “pengganti anaknya.”
Allah sudah menyediakan pengganti.
TUHAN MENYEDIAKAN YANG DIPERLUKAN
“Dan Abraham menamakan tempat itu: ‘TUHAN menyediakan yang diperlukan’. Dan sampai sekarang pun orang mengatakan Di atas gunung-Nya Tuhan menyediakan yang diperlukan.” (Kejadian 22:14 BIS)
Mengapa setelah Abraham menyembelih domba jantan menggantikan anaknya, dia menamakan tempat ini “Di atas Gunung-Nya Tuhan Menyediakan Yang Diperlukan”?
Mengapa Abraham tidak menamaikan, Tuhan Telah Menyediakan Yang Diperlukan?
Dengan mengatakan “TUHAN menyediakan yang diperlukan”, nabi Abraham menyatakan kejadian di masa depan yang akan terjadi hampir dua ribu tahun kemudian. Karena di punggung bukit gunung yang sama inilah (dimana Yerusalem kemudian akan dibangun) TUHAN akan menyediakan korban lain - bukan hanya membebaskan satu manusia dari kematian tapi menyediakan tebusan penuh dan terakhir bagi seluruh dunia.
Apakah kamu ingat apa yang dikatakan Abraham kepada anaknya Ishak ketika mereka berjalan ke atas gunung tempat pengorbanan akan dilakukan? Dia berkata,
“Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Apa maksud Abraham? Apakah Allah sudah menyediakan seekor anak domba untuk mati menggantikan anak Abraham? Tidak, Dia tidak menyediakan seekor anak domba. Allah menyediakan seekor domba jantan. Jadi apa maksud nabi Abraham ketika dia berkata bahwa Allah menyediakan “anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya”?
Jawaban yang luar biasa akan segera muncul tapi pertama perlu diceritakan beberapa cerita dulu.
1. Idul Adha adalah hari libur Islam yang paling penting. Hari itu merujuk pada kejadian di masa lalu ketika Allah menyediakan korban seekor domba jantan bagi Abraham untuk menggantikan anaknya. Umat Muslim percaya bahwa anak yang akan dikorbankan adalah Ismail, bukan Ishak – walaupun Al-Qur’an sendiri tidak pernah menyatakan bahwa korban itu adalah Ismail sedangkan dalam Kitab Suci sudah jelas dikatakan bahwa korban itu adalah Ishak. Korban Ied dilakukan oleh semua umat Muslim di seluruh dunia. Ini juga dilakukan sebagai ritual terakhir dalam perjalanan Haji ke Mekah. Para pelaku perjalanan keagamaan menuntaskan Haji dengan mencurahkan darah binatang (biasanya domba atau sapi) setelah melakukan doa shalat Ied. Kebanyakan umat Muslim percaya bahwa ritual ini memberikan mereka “kelahiran baru” dan jika mereka melakukannya dengan benar, dosa mereka akan dihapuskan. Tapi umat Muslim juga tahu bahwa ritual ini tidak dapat memberikan jaminan keselamatan karena mereka langsung melakukan dosa lain setelah melakukan Haji dan korban Ied. (Untuk melihat sudut pandang dalam Kitab Suci, baca Ibrani pasal 10 dan Yohanes pasal 3.)
2. Abram adalah nama pertama Abraham. Tapi karena kurangnya tempat dalam SATU ALLAH SATU PESAN maka hal ini tidak dibahas. Lihat Kejadian 17. Untuk keseluruhan cerita Abraham baca Kejadian 11-25; baca juga Roma 4, Galatia 4, dan Ibrani 11.
3. Ulangan 7:6-7; 14:2
4. Beberapa contoh dimana Allah menggunakan bangsa Israel untuk memberkati orang bukan Yahudi: Yusuf menyelamatkan jutaan orang Mesir (Kejadian 37–50). Naomi, anak Abraham, menjadi berkat bagi dua orang wanita Moab, Orpah dan Rut (Perjanjian Lama Kitab Rut). Nabi Elia menjadi berkat bagi janda Sidon (1 Raja-raja 17; Lukas 4:26). Yunus, walaupun enggan, menyampaikan pesan keselamatan pada bangsa Niniwe (Yunus). Raja Salomo menjadi berkat bagi Ratu Sheba dari Arab (1 Raja-raja 10; Lukas 11:31). Daniel memberkati bangsa Babel (Daniel 1–6). Ester dan Mordekai membawa berkat atas Kerajaan Persia (Esther) ...
5. Kejadian 12:2-3; 22:16-18; Ibrani 6:13-20; Yohanes 4:22; Kisah Para Rasul 1–10, dan lain-lain.
6. “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: ‘Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.’ Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali” (Ibrani 11:17-19).