10 |
CIPTAAN ISTIMEWA |
Dalam dua bab sebelumnya kita merenungkan salah satu pernyataan terbesar sepanjang masa: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1) Ada satu pernyataan besar lagi:
“Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya." (Kejadian 1:27)
Allah merancang manusia untuk menjadi mahkota ciptaan-Nya.
DALAM RUPA ALLAH
“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia: laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:26-27)
Allah menciptakan manusia menurut “gambar-Nya” bukan berarti bahwa manusia pertama seperti Allah dalam segala hal. Allah tidak ada duanya.
“Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya” berarti bahwa manusia akan memiliki sifat alami Allah. Manusia dirancang untuk menggambarkan karakter Allah. Allah memberikan manusia pertama karakteristik yang memungkinkan mereka menikmati hubungan yang berarti dengan-Nya.
Allah memberkati manusia dengan kecerdasan, memberi mereka kemampuan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan besar, beralasan yang masuk akal, dan memahami kebenaran yang dalam tentang Sang Pencipta.
Allah menciptakan mereka dengan emosi sehingga mereka mempunyai perasaan seperti sukacita dan empati.
Dia juga memberi mereka kemauan yang mencakup kebebasan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan berkonsekuensi kekal.
Selain itu Dia menganugerahi mereka dengan kemampuan untuk berkomunikasi - berbicara, bergerak, dan bernyanyi. Dia juga memampukan mereka untuk membuat rencana jangka panjang dan melakukan rencananya dengan kreatifitas yang luar biasa. Terutama sekali adalah Dia mempercayakan mereka jiwa dan roh kekal sehingga mereka bisa memuja dan menikmati hubungan dengan Sang Pencipta dan Pemilik selamanya.
Kapasitas seperti itu memisahkan umat manusia dari kerajaan hewan.
Allah menciptakan manusia bagi diri-Nya. Allah yang “adalah kasih” (1 Yohanes 4:8) menciptakan laki-laki dan perempuan bukan karena Dia memerlukan mereka tapi karena Dia menginginkan mereka. Manusia akan menjadi penerima dan memantulkan kasih-Nya.
TUBUH MANUSIA
Dalam Kitab Kejadian pasal satu hanya terdapat sejarah singkat bagaimana Allah menciptakan dunia tapi dalam pasal dua terdapat rinciannya, terutama dalam hal penciptaan manusia.
“TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.” (Kejadian 2:7)
Walaupun TUHAN menciptakan langit dan bumi tanpa memakai bahan apapun, Dia memilih untuk menciptakan manusia pertama dari debu tanah. Ahli biologi jaman sekarang memastikan bukti ini: “Tubuh kelihatannya hampir tidak mengesankan. Kedua puluh elemen yang membentuknya terdapat dalam debu tanah bumi.” 1
Walaupun tubuh manusia tersusun dari elemen yang sangat sederhana, diperlukan keahlian khusus untuk menggabungkan sel hidup yang berjumlah 75.000.000.000.000 buah - masing-masing mempunyai peranan tersendiri.
Sel adalah unit kehidupan yang paling dasar. Sel sangat kecil sehingga hanya bisa dilihat melalui mikroskop yang berkekuatan besar tapi didalam sel tersebut terdapat jutaan bagian. Setiap sel terdiri dari untaian jalinan DNA mikroskopik, kode genetik dari bentuk manusia mendasar, sepanjang dua meter.
Bill Gates, master perangkat lunak komputer yang terkenal, menyatakan, “DNA manusia seperti rencana komputer tapi jauh lebih maju dari semua perangkat lunak yang pernah diciptakan.” 2 Dalam tubuh manusia ada sedikitnya 200 tipe sel yang berbeda. Beberapa membentuk cairan seperti darah; yang lain membentuk jaringan lunak dan organ, sementara yang lain membentuk tulang yang keras. Beberapa sel mengikat bagian-bagian tubuh sementara yang lain mengatur fungsi tubuh, seperti sistem pencernaan dan reproduksi. 3
Pikirkan struktur tubuh dan bagian-bagiannya: tulang tengkorak dengan 206 tulang yang terikat dan dilengkapi dengan ligamen, tendon, otot, kulit, dan rambut; atau sistem peredaran darah dengan pembuluh darah, arteri, dan darah yang mengirimkan bahan-bahan kehidupan. Lalu ada perut, usus, ginjal, dan hati. Ada juga sistem syaraf rumit yang terhubungkan dengan otakmu. Dan jangan lupa pompa setia yang disebut jantung dan bahwa Allah telah memberimu mata, telinga, hidung, mulut, dan lidah, termasuk pita suara, tonjolan-tonjolan pengecap, dan gigi! Kaki dan tangan juga berguna! Dan apakah kamu pernah berterima kasih kepada Allah karena sudah memberimu ibu jari? Coba pegang sapu atau palu tanpa menggunakan ibu jari! Kuku-kuku jari ada gunanya juga.
Tidak aneh Nabi Daud menulis,
“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14)
JIWA DAN ROH
Walaupun tubuh manusia begitu luar biasa, bukan itu yang menyebabkan manusia menjadi istimewa. Hewan, burung, dan ikan mempunyai tubuh yang luar biasa juga. Keunikan manusia terletak pada jiwa dan roh kekal. Jiwa dan rohlah yang membedakan manusia pertama sebagai mahluk spesial yang dibuat “menurut gambar Allah.”
Setelah Allah selesai membentuk tubuh manusia dari debu tanah, Dia “menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.” (Kejadian 2:7) Tubuh yang Allah ciptakan bagi Adam hanyalah tempat atau tenda dimana Allah meletakkan jiwa dan roh kekal.
Allah memberikan manusia tubuh untuk bisa menyadari keberadaan dunia di sekelilingnya, memberikan jiwa untuk bisa menyadari keberadaan dirinya sendiri, dan memberikan roh untuk bisa menyadari keberadaan Allah.
Tubuh dikendalikan jiwa,
Jiwa dikendalikan roh,
Dan roh dikendalikan Allah. 4
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24)
DICIPTAKAN KARENA SUATU ALASAN
Sang Pengrajin Ahli menciptakan manusia dengan kesatuan berlipat tiga yang mencakup “roh, jiwa, dan tubuh” (1 Tesanolika 5:23) dan memungkinkan manusia untuk menikmati persahabatan yang dekat dengan Sang Pencipta. Allah telah memberikan manusia kehidupan dan sudah menjadi kehormatan istimewa manusia untuk hidup bagi kesukaan dan pujian Sang Pencipta dan Pemilik.
“Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku ... umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyuran-Ku.” (Yesaya 43:7,21)
Manusia diciptakan bagi kemuliaan Allah.
Bumi diciptakan bagi umat manusia tapi manusia diciptakan bagi Allah. Sang Pencipta bermaksud agar manusia pertama mengenal, menikmati, dan mengasihi-Nya selamanya. Kamu dan saya termasuk juga.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:30)
LINGKUNGAN YANG SEMPURNA
Setelah Allah menciptakan Adam, Dia merancang dan menanami sebuah taman yang indah yang dinamakan Taman Eden.
“Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.” (Kejadian 2:8-10)
Taman Eden, yang mungkin terletak di tanah yang sekarang dikenal sebagai Irak 5, adalah sebuah taman yang luas dengan kesukacitaan tanpa akhir, dipenuhi dengan pemandangan, suara, dan wewangian yang indah. Sebuah taman yang dialiri sungai dengan air yang bergemerlapan. Pohon-pohon buah yang enak ditanam di tepiannya. Ada banyak jenis buah-buahan untuk dinikmati, bunga-bunga harum untuk dihargai, pohon-pohon tinggi, dan padang rumput yang rimbun untuk dipandangi, binatang, burung, dan serangga untuk dipelajari, hutan-hutan untuk dijelajahi, emas dan batu permata untuk ditemukan. Sungguh, Allah telah menyediakan bagi “segala sesuatu untuk dinikmati.” (1 Timotius 6:17)
Allah juga menanam dua pohon khusus di tengah-tengah taman: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kata Eden berarti kesukaan. Allah telah menciptakan tempat yang begitu indah bagi kesukaan manusia tapi kesukaan terbesar bagi manusia seharusnya adalah menikmati kebersamaan dengan Sang Pencipta.
Tidak ada yang lebih indah dari pada mengenal kepribadian Allah dan bersama-Nya. “Di harapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mazmur 16:11)
TUGAS YANG MEMUASKAN
Pada saat taman telah siap, ALLAH meletakkan manusia didalamnya. Allah tidak bertanya kepada Adam apakah dia suka tinggal disana. Allah adalah Pencipta manusia dan karena itu Dia adalah Pemilik manusia. TUHAN tahu apa yang terbaik bagi manusia dan tidak perlu bertanya kepada siapapun untuk apa yang akan dilakukan-Nya.
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15)
Allah memberikan Adam dua tanggung jawab dalam rumah barunya.
Pertama, dia perlu “mengusahakan” taman tapi tanpa keringat, kerja keras, dan lelah. Tugas itu adalah tugas yang menyenangkan karena segalanya baik. Tidak ada duri yang dapat menusuk dan tidak ada rumput liar yang perlu dicabut.
Kedua, Adam diberikan tanggung jawab untuk “memeliharanya.” Apakah dalam pernyataan ini ada sesuatu yang jahat dan bahaya yang bersembunyi di alam semesta ini?
Pertanyaan ini akan segera dijawab
HUKUM YANG SEDERHANA
Karena manusia adalah orang dan bukan boneka, Allah dengan terus terang memberikan Adam satu hukum yang harus dipatuhi.
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’” (Kejadian 2:16-17)
Allah memberikan manusia perintah ini sebelum Dia menciptakan perempuan. Dia telah menunjuk Adam untuk menjadi kepala bagi umat manusia dan Allah mengangkat Adam untuk bertanggung jawab atas satu hukum ini.
PEREMPUAN PERTAMA
Selanjutnya, Allah menciptakan seorang perempuan. Suatu mahluk yang spesial!
“TUHAN Allah berfirman; ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia ...' Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.’ (Kejadian 2:18, 21-25)
Allah melakukan tindakan operasi yang pertama dengan mengambil dari bagian samping Adam. Dia menciptakan seorang istri yang indah, penuh kasih, dan yang secara pribadi diberikan-Nya kepada Adam.
Adam sangat bersuka cita karena Allah telah menyediakan baginya “sang penolong,” seorang pendamping yang dekat dan penuh kasih! Almarhum Matthew Henry, cendekiawan kitab suci, menulis, “Wanita terbuat dari bagian samping Adam; bukan dibuat dari kepala untuk memerintahnya, bukan dari kaki untuk diinjak-injaknya, tapi dari bagian samping yang setara dengannya, dibawa lengannya untuk dijaga, dan dekat jantungnya untuk dikasihi.” 6
Seperti laki-laki, sang perempuan dibuat menurut gambar dan rupa Allah - diciptakan untuk menggambarkan karakter TUHAN dan menikmati kesatuan roh dengan-Nya selamanya. Walaupun Sang Pencipta menciptakan keteraturan yang pasti dan peran yang jelas bagi laki-laki dan perempuan, Dia juga menyatakan bahwa nilai mereka sama dan sama pentingnya.
Saat ini, bertolak belakang dengan maksud Allah, banyak masyarakat yang memperlakukan perempuan seperti barang. Saya pernah melihat orang-orang merayakan kelahiran seorang bayi laki-laki dan menunjukkan kekecewaannya ketika seorang bayi perempuan dilahirkan. Beberapa laki-laki memperlihatkan bahwa mereka lebih peduli dan menyayangi hewan ternak dari pada istri mereka. Beberapa masyarakat mengikuti ekstrim yang lain dan memilih untuk tidak mempedulikan peran dan tanggung jawab yang jelas antara laki-laki dan perempuan yang telah Allah tugaskan kepada mereka masing-masing. Kedua tindakan ekstrim tersebut merendahkan perempuan.
PERNIKAHAN PERTAMA
Perhatikan siapa yang meresmikan upacara pernikahan pertama.
TUHAN lah pelakunya. Kitab Suci mengatakan, “Dibawa-Nya kepada manusia itu.” Sejak awal Sang Pencipta langsung terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diciptakan bagi-Nya. Dialah yang menyatakan bahwa: “seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Kata yang digunakan dalam bahasa Ibrani untuk “satu” adalah echad, menunjukkan kesatuan. Allah merancang pasangan pertama ini untuk saling menikmati dan melayani satu sama lain dan untuk menikmati dan melayani-Nya, selamanya dalam kesatuan yang sempurna. Dia ingin laki-laki dan perempuan itu menjadikan Sang Pencipta dan Pemilik sebagai inti kehidupan mereka - baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Sayangnya, dalam dunia sekarang ini, kebanyakan orang tidak mempedulikan rancangan asli Allah tentang pernikahan dan tidak tahu betapa semakin indahnya hubungan antara satu laki-laki dan satu perempuan seiring dengan berjalannya waktu. Akibatnya mereka gagal menggambarkan hubungan yang saling mengasihi, setia, tidak egois, dan saling menghibur yang telah sejak awal Allah maksudkan bagi laki-laki dan istrinya.
Penciptaan pernikahan antara laki-laki dan perempuan oleh Sang Pencipta menggambarkan hati Allah yang penuh dengan kasih tak terukur. Allah bermaksud menggambarkan pertalian pernikahan sebagai hubungan spiritual dengan Allah yang semakin intim, lebih indah, dan bertumbuh seperti yang telah Allah lakukan dengan mengundang manusia untuk menikmati-Nya dari sekarang sampai pada kekekalan.
Apakah kamu menyadari bagaimana Sang Pencipta pernikahan menjelaskan pernikahan?
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Dan Kitab Suci menambahkan: “Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.”
Rencana Allah akan pernikahan adalah sepasang manusia dipersatukan tujuan dan tubuhnya tanpa rasa malu. Bahkan dalam rencana yang lebih jauh Allah berencana manusia tidak merasa malu menikmati kesatuan hubungan spiritual dengan-Nya sampai pada kekekalan.
UMAT MANUSIA DIBERI KEKUASAAN
Setelah Allah memberikan sang perempuan kepada sang laki-laki, Dia berkata kepada mereka secara langsung dan pribadi. Sepertinya Allah terlihat oleh manusia pertama karena Kitab Suci mengatakan “TUHAN Allah yang berjalan-jalan dalam taman itu.” (Kejadian 3:8)
Sekarang bayangkan Allah membawa mereka ke atas gunung yang tinggi dan memperlihatkan ciptaan Sang Pencipta yang mulia dan pertama ...
“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’ Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.’” (Kejadian 1:28-29)
Allah memberikan Adam dan Hawa 7 serta keturunannya tanggung jawab atas ciptaan-Nya. Dia memberi mereka kehormatan dan tanggung jawab menjadi “pasangan umat manusia yang pertama.” Dia menganugerahi mereka “kekuasaan” atas segala ciptaan. Kekuasaan berarti “wewenang” dan kendali. Adam dan Hawa serta keturunannya dimaksudkan untuk menikmati, memelihara, dan memimpin dunia dengan bijaksana. Mereka dimaksudkan untuk memanfaatkannya bukan merusaknya.
Sang Pencipta merancang ciptaan untuk seiring dengan umat manusia. Pada mulanya bumi bekerja sama dengan kebutuhan dan keperluan manusia. Adam dan Hawa tidak pernah harus memikirkan dari mana asal makanan mereka. Yang harus mereka lakukan hanyalah menggapai dan memetik buah-buahan lezat dari pohon buah-buahan yang banyak jumlahnya. Tidak ada tanah yang keras, rumput liar dan duri, penyakit dan kematian. Semua ciptaan diserahkan kepada Adam dan Hawa. Manusia mempunyai kekuasaan.
Ciptaan harus tunduk kepada manusia selama manusia tunduk kepada Sang Pencipta
ALLAH DAN MANUSIA BERSAMA-SAMA
Sejak awal TUHAN Allah menginginkan manusia untuk hidup bersekutu yang dekat dan indah dengan Allah. Karena itulah Dia memberi Adam dan Hawa pikiran dan hati (kecerdasan dan emosi) yang digunakan untuk mengerti dan mengasihi-Nya dan kebebasan untuk memilih (keinginan) yang dipakai untuk menentukan apakah akan mempercayai dan mematuhi-Nya atau tidak. Hal memilih sangat diperlukan karena kasih dan kesetiaan yang sejati tidak dapat dipaksakan. Tuhan yang Berdaulat ingin Adam dan Hawa bertanggung jawab atas pilihan mereka.
Jangan salah: walaupun Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta tidak memerlukan apapun dan siapapun, Dia sangatlah menikmati hubungan.
Sama seperti kita yang ingin dikenal dan dikasihi, Allah juga ingin dikenal dan dikasihi oleh orang-orang yang diciptakan-Nya bagi-Nya. Sudah bagian dari sifat alami-Nya yang menginginkan hubungan pertemanan dalam tingkatan hati dengan mereka yang Dia ciptakan “menurut gambar-Nya.”
Saya mendengar orang-orang berkata, “Saya adalah hanyalah budak Allah!” Memang suatu hak istimewa yang luar biasa untuk melayani Allah sebagai pelayan yang bersedia bekerja bagi tuannya tapi Kitab Suci menyatakan dengan jelas: Allah tidak pernah berencana manusia menjadi “hamba melainkan anak.” (Galatia 4:7) “Hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.” (Yohanes 8:35) Secara manusiawi Allah yang menyatakan kehendak hati-Nya, memberi tahu kita bahwa Dia telah berencana bagi semua yang percaya kepada-Nya:
“Aku akan menjadi Bapamu dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Maha kuasa.” (2 Korintus 6:18)
Allah tidak berhenti dengan hanya menyamakan kasih-Nya bagi kita seperti kasih orang tua kepada anaknya. Sang Pencipta membawa perumpaan pada tingkatan lain, membandingkan ikatan dan kedalaman kasih-Nya kepada manusia dengan kasih seorang pria kepada pengantinnya.
“Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku! ... Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.Aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.’” (Hosea 2:15,19-20)
Bayangkan hubungan yang paling memuaskan antara dua pribadi di dunia dan kemudian renungkan ini: Allah mengundang kita untuk mengalami hubungan dengan-Nya dan hubungan itu sangat tidak terbatas indahnya, lebih indah dari hubungan terindah manusia yang mungkin terjadi di dunia.
Terpisah dari hubungan pribadi dengan Sang Pencipta, hidupmu tidak akan lengkap dan tidak memuaskan. Tidak ada harta benda, kesukaan, reputasi, manusia, atau doa di dunia ini yang bisa mengisi kekosongan dalam jiwamu. Hanya TUHAN yang dapat mengisi ruang kosong dalam hatimu yang dirancang bagi-Nya.
“Dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.” (Mazmur 107:9)
Inilah pikiran mendasar yang tidak boleh dilewatkan: Satu Allah yang benar tidak menyukai ritual keagamaan tapi Dia menyukai hubungan murni dengan mereka yang percaya kepada-Nya.
Dalam berbagai tingkatan Allah sudah dan akan terus menikmati hubungan dengan:
- DIRINYA SENDIRI. Selama kekekalan, kasih dan persekutuan telah mengalir antara Bapa yang Kekal, Anak yang Kekal, dan Roh Kudus yang Kekal. Misalnya, Kitab Suci mencatat Sang Anak berkata kepada Bapa, “Bapa .... Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” (Yohanes 17:24)
- MALAIKAT. Dia menciptakan mahluk malaikat untuk mengenal dan mengasihi-Nya, dan menghargai kemuliaan-Nya yang mengagumkan selamanya. “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.” (Ibrani 1:6)
- MANUSIA. Allah menciptakan manusia untuk mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan Sang Pencipta dari pada yang dapat dinikmati malaikat. Raja Daud menulis: “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” (Mazmur 8:4-6) Allah ingin bersama manusia. Tapi pertama-tama manusia harus diuji.
HARI 7: PENCIPTAAN SELESAI
Narasi penciptaan menyimpulkan dengan sepenggal informasi yang penting ini:
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.” (Kejadian 1:31; 2:1-2)
Pekerjaan kreatif Allah telah selesai. Sekarang saatnya untuk bersuka cita dalam segala hal yang telah Dia ciptakan. TUHAN tidak beristirahat di hari ketujuh karena Dia tidak lelah. Sang Tunggal yang sudah ada sejak dulu yang bernamakan “AKU” tidak pernah lelah. Allah beristirahat - berhenti bekerja - karena pekerjaan kreatifnya telah selesai.
TUHAN Allah merasa puas.
Semuanya sempurna.
Bayangkan sebuah dunia yang sempurna yang dihuni oleh dua orang yang sempurna yang telah diberikan hak istimewa untuk menikmati hubungan yang semakin bertumbuh dengan Sang Pencipta. Itulah keadaan planet kita pada mulanya.
Tapi sekarang dunia kita yang sudah tua ini sama sekali jauh dari sempurna. Dunia dilingkupi kejahatan dan kecabulan, kesedihan dan rasa sakit, kemiskinan dan kelaparan, kebencian dan kejahatan, penyakit dan kematian.
Apa yang terjadi pada dunia Allah yang sempurna?
Ini adalah bagian dari cerita selanjutnya.
1. Guinness, Alma E. ABC’s of The Human Body. Corporate Author: The Reader’s Digest Association, 1987, hal. 22.
2. Gates, Bill. The Road Ahead. NY: Penguin Group, 1995, hal. 188.
3. Untuk menggambarkan kebenaran spiritual yang lebih besar, Kitab Suci menggambarkan sistem tubuh manusia yang serasi: “... seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya ….” (Efesus 4:16)
4. Pemikiran-pemikiran ini disadur dari penjelasan John Phillips yang luar biasa tentang Kitab Kejadian (Phillips, John. Exploring Genesis. Chicago: Moody Press, 1980). Catatan: Kitab Suci membedakan antara roh, jiwa, dan tubuh. Lihat 1 Tesalonika 5:23; Ibrani 4:12-13; Yohanes 4:24.
5. Pendapat yang menyatakan bahwa Taman Eden berada di daerah Irak didasarkan pada informasi geografi dalam Kitab Kejadian 2:13-14. Catatan: Beberapa orang menunjuk Taman Eden sebagai taman firdaus tapi Kitab Suci tidak menyatakan demikian. Taman Eden yang ada di dunia ini berbeda dengan Taman Firdaus di surga.
6. Henry, Matthew. Matthew Henry’s Commentary. Grand Rapids, MI: Zondervan, 1960, hal. 7.
7. Adam (Adamah) adalah bahasa Ibrani untuk laki-laki, yang secara harafiah berarti “bumi merah” karena dia dibuat dari tanah. Hawa (chavvah) berarti “hidup” – “sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.” (Kejadian 3:19-20)