15 |
MASALAH GANDA |
Terdakwa yang Telah Lari Selama 38 Tahun Ditangkap Kembali, begitu judul berita pada bulan Mei 2006.
Beritanya mengabarkan tentang Smith yang lari dari penjara Kalifornia pada tahun 1968 ketika menjalankan hukuman karena perampokan.
Selama 38 tahun, dengan menggunakan nama gadis ibunya, dia berpindah-pindah tempat dan akhirnya tinggal dalam sebuah trailer di suatu daerah berhutan lebat di Amerika Tengah. Di sanalah pihak berwenang menemukannya.
“Dia melihat ke tanah sedikit, lalu menengadah dan berkata, ‘Ya, inilah saya,’” kata Detektif Sherif County Creek. “Dia tidak pernah bermimpi bahwa orang-orang akan terus mencarinya setelah sekian lama.” 1
Seperti Smith yang tidak bisa menghindari kegigihan tangan hukum, pelanggar hukum Allah pun tidak akan bisa terlepas dari tangan Hakim dan Pemberi Hukum yang Adil yang tanpa batas.
Dan siapakah para pelanggar hukum ini?
“Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4)
Semua orang yang tidak mematuhi hukum Allah yang baik dan sempurna adalah pelanggar hukum. Itulah yang dilakukan Lucifer. Itulah yang dilakukan Adam dan Hawa. Itulah yang kita lakukan juga.
Semua dosa berlawanan dengan Allah. Banyak orang yang melihat dosa mereka sebagai hal yang kecil tapi di pandangan Allah, semua pendosa yang tidak bertobat dan tak terampuni - seberapa “baik” dan rohaninya mereka - adalah pelaku kejahatan.
PENGEJAR FATAMORGANA YANG OPTIMIS
Beberapa waktu yang lalu seorang tetangga memberi tahu saya, “Saya orang yang optimis; saya pikir saya akan bisa masuk ke taman firdaus.”
Apakah rasa optimis dan usahanya sendiri dapat menyelamatkannya dari hukuman kekal ketika masa penghakiman tiba?
Ketika saya bepergian melalui Lembah Mati Kalifornia (salah satu padang pasir terpanas di dunia), saya melihat di kejauhan ada danau yang berkilauan tapi ketika saya mendekatinya, “danau” itu hilang. Di kejauhan saya melihat “danau” lain. Tapi ketika didekati “danau” itu hilang juga.
Itu adalah fatamorgana.
Fatamorgana diakibatkan oleh sinar cahaya yang dibiaskan melalui lapisan udara yang mempunyai suhu dan kepadatan yang berbeda. Danaunya terlihat nyata padahal tidak. Sama seperti pendosa yang merasa optimis mempunyai kesempatan untuk masuk ke taman firdaus tapi Kitab Suci menyatakan kebenarannya. Keturunan Adam “tidak mempunyai kekuatan” untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari penghakiman.(Roma 5:6)
Seperti orang tersesat di padang pasir panas yang telah menumpahkan persediaan airnya yang terakhir, umat manusia tidak berdaya untuk mendapatkan kembali kehidupan kekal yang hilang karena dosa.
“Sebab kita pasti mati, kita seperti air yang tercurah ke bumi, yang tidak terkumpulkan ….” (2 Samuel 14:14)
Orang tersesat itu mungkin melihat apa yang dipercayainya sebagai oasis yang dapat menyelamatkan kehidupan tapi “oasis” itu ternyata hanya gelombang panas. Manusia yang putus asa dan kekurangan air itu dengan tertatih-tatih mendatangi fatamorgana yang satu ke fatamorgana yang lain dan akhirnya dia mati.
Demikian juga optimisme, ketulusan, dan kepercayaan pendosa pada kemampuannya sendiri.
“Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” (Amsal 14:12)
Dalam usaha untuk mengatasi keadaan mereka yang cemar, jutaan manusia di seluruh dunia mengikuti jalan yang disangka lurus oleh mereka. Mereka melakukan ritual keagamaan, upacara pembasuhan tubuh, menghafal doa-doa, puasa makanan tertentu, memberikan sedekah, membakar lilin, melakukan doa dengan tasbih, mengulangi formula, dan melakukan apa yang mereka anggap sebagai perbuatan baik. Ada juga yang tunduk kepada pemimpin spiritual mereka, ada juga yang berharap bisa masuk ke dalam taman firdaus dengan mati sebagai martir atas hal yang mereka anggap suci dan adil.
Apakah mereka hanya mengejar fatamorgana?
CARA MEMANDANG DIRI SENDIRI YANG TEPAT
“Kebenaran itu seperti cabai yang pedas,” kata pepatah Wolof.
Walaupun kita menjadi tidak nyaman, Allah tetap memberi tahu kebenaran mengerikan tentang diri kita. Dia mengundang kita untuk jujur kepada-Nya atas dosa kita. Jika tidak jujur, kita akan seperti seorang tetangga, kenalan saya dan istri saya, yang sedang sangat sakit. Dia tidak mau mengakui kebutuhannya akan dokter yang tepat dan bersikeras bahwa dia akan sembuh. Beberapa minggu kemudian dia meninggal.
Ketika Mesias ada di dunia, Dia berkata pada sekelompok pemimpin keagamaan yang menganggap dirinya benar:
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar [mereka yang berpikir bahwa mereka benar], melainkan orang berdosa.” (Markus 2:17)
Walaupun Kitab Suci sudah dengan jelas menyatakan, banyak gereja, mesjid, dan sinagoga yang hanya memberi tahu orang-orang betapa baiknya mereka atau bahwa mereka hanya perlu sedikit berusaha. Mereka tidak mengajar tentang kebenaran Allah yang sempurna dan akibat dosa yang sesungguhnya.
Sebuah mesjid di Kanada menempelkan sebuah pesan di pintu masuknya:
KAMI MENERIMA SEMUA ORANG
DAN TIDAK MEMBERI TAHU SEORANG PUN BAHWA DIA PENDOSA
Allah telah menempelkan pesan yang berbeda di pintu masuk Taman Firdaus:
“TIDAK AKAN MASUK KE DALAMNYA
SESUATU YANG NAJIS”
(Wahyu 21:27)
Kitab Suci mengatakan: “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. ” (Roma 3:23) Allah tidak menerima seorangpun berdasarkan pahalanya dan Allah memberi tahu semua orang bahwa mereka adalah pendosa.
Hanya yang sudah disucikan dengan cara yang memenuhi standar keadilan dan kesucian Allah yang bisa masuk ke dalam Taman Firdaus.
CARA MEMANDANG ALLAH YANG TEPAT
Suatu hari Nabi Yesaya diberi penglihatan kesucian TUHAN yang absolut dan kemuliaan-Nya yang luar biasa. Yesaya menulis:
“Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim [malaikat khusus di sekeliling tahta Allah] berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!’ Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: ‘Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’” (Yesaya 6:1-5)
Kemegahan di sekeliling tahta Allah di surga begitu hebatnya bahkan malaikat yang sangat sempurna menutupi wajah dan kaki mereka. Para malaikat begitu terpesona akan kesucian dan kemuliaan Allah sehingga mereka tidak bisa duduk dalam hadirat-Nya. Yang mereka lakukan adalah terbang di sekeliling tahta-Nya sambil berkata, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!”
Mengapa kebanyakan orang tidak bisa melihat dosa sebagaimana adanya? Mungkin karena mereka belum pernah melihat Allah sebagaimana adanya Dia. Mereka tidak pernah merenungkan kesucian-Nya yang menyala-nyala. Yesaya adalah nabi yang suci tapi penglihatannya akan kemegahan Allah yang suci membuat dia sadar akan kecemaran dan kekotorannya. “Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir!” katanya. Dibandingkan dengan Allah, Yesaya sadar bahwa dia dan seluruh Bangsa Israel berada dalam keadaan yang menyedihkan!
Setelah itu Yesaya menulis: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri ... kami sekalian seperti orang najis, dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.>”(Yesaya 53:6; 64:6) Yesaya sadar tidak ada ritual pembasuhan tubuh atau usaha diri sendiri yang bisa membuatnya suci di hadapan TUHAN. 2 Menurut pendapat Sang Pencipta yang suci, “kami sekalian seperti orang najis.”
Nabi Ayub mengerti keadaan manusia yang cemar ketika dia bertanya, “Masakan manusia benar di hadapan Allah? ...Walaupun aku membasuh diriku dengan salju dan mencuci tanganku dengan sabun, namun Engkau akan membenamkan aku dalam lumpur, sehingga pakaianku merasa jijik terhadap aku.” (Ayub 9:2, 30-31) Dan nabi Yeremia menulis firman Allah ini: “Bahkan, sekalipun engkau mencuci dirimu dengan air abu, dan dengan banyak sabun, namun noda kesalahanmu tetap ada di depan mata-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH. ” (Yeremia 2:22)
Cara memandang Allah yang benar membuat kita bisa memandang diri sendiri dengan benar. Kurangnya pemikiran tentang Pencipta kita akan membuat kita menganggap diri sendiri lebih tinggi.
Seseorang yang berpakaian kotor dan penuh kuman mungkin menganggap dirinya bersih dan dapat diterima tapi anggapan itu tidak akan membuat dirinya bersih dan dapat diterima. Sama seperti pendosa yang membayangkan dirinya layak padahal bayangan itu tidak akan membuat dirinya layak.
Jika dibandingkan dengan kemuliaan dan kebenaran Allah, usaha terbaik kita “seperti kain kotor. ”(Yesaya 64:6)
SEBUAH PELAJARAN BAGI SEMUA
Salah satu tujuan Allah membentuk bangsa Israel adalah untuk mengajarkan hal-hal penting kepada semua bangsa. Walaupun TUHAN terus menerus setia kepada bangsa Israel, mereka terus menerus mengecewakan TUHAN. Allah ingin kita belajar dari mereka. “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. ” (1 Korintus 10:6).
Dalam Kitab Keluaran, kitab kedua dalam Kitab Taurat, Musa mencatat bagaimana bangsa Israel tidak melihat dosa sebagaimana Allah melihatnya. Dengan tangan yang kuat Allah membebaskan mereka dari berabad-abad masa perbudakan di Mesir. Tapi masih banyak yang tidak mereka mengerti tentang TUHAN dan karakter-Nya. Mereka beranggapan bahwa dengan cukup patuh mereka bisa lepas dari penghakiman Allah.
Bangsa Israel begitu percaya diri sehingga mereka memberi tahu Musa,
“Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan.” (Keluaran 19:8)
Mereka tidak melihat dirinya sebagai pendosa tak berdaya dan mereka tidak mengerti persyaratan Allah tentang kebenaran tak bercela. Mereka lupa bahwa hanya diperlukan satu dosa saja untuk memisahkan Adam dan Hawa dari Pencipta mereka. Untuk membantu bangsa Israel melihat dosa-dosanya dan merasakan rasa malu, Allah memberi mereka ujian yang berisi sepuluh hal.
Kitab Suci menggambarkan bagaimana TUHAN turun ke Gunung Sinai dalam kuasa dan kemuliaan. “Ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. ” (Keluaran 19:16) Kemudian Suara Allah mengeluarkan sepuluh peraturan:
SEPULUH PERINTAH
- “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”Menyembah siapapun selain TUHAN adalah dosa. Tidak mengasihi Allah setiap saat setiap hari dengan sepenuh hati, pikiran, dan kekuatan kita adalah dosa. (Keluaran 20) 3
- “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun ... jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.” Tidak terbatas hanya dengan membungkukkan badan di hadapan patung atau memujanya. Segala sesuatu yang menggantikan tempat Allah adalah pelanggaran terhadap hukum ini.
- “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan.”Jika kamu menganggap dirimu tunduk kepada satu Allah yang benar tapi tidak mau mengenal-Nya dan mematuhi Firman-Nya, itu berarti kamu menyebut nama-Nya yang suci dengan sembarangan.
- “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat ... jangan melakukan sesuatu pekerjaan.”Allah mensyaratkan bangsa Israel untuk berhenti bekerja di setiap hari ketujuh untuk menghormati-Nya.
- ”Hormatilah ayahmu dan ibumu.”Tidak patuh sepenuhnya adalah dosa. Bagi anak yang tidak menghormati ataupun bersikap buruk terhadap orang tuanya merupakan pelanggaran dari perintah ini.
- “Jangan membunuh.” Allah juga berkata, “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.” (1 Yohanes 3:15) Membenci sesama manusia sama dengan pembunuhan. Allah melihat ke dalam hati dan mensyaratkan kasih yang tidak egois sepanjang waktu.
- “Jangan berzinah.” Hukum ini tidak saja mengacu pada penggunaan tubuh yang tak bermoral tapi juga pada keinginan kotor yang ada dalam pikiran dan hati. “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. ” (Matius 5:28)
- “Jangan mencuri.”Mengambil lebih dari hakmu, mencontek dalam ulangan, berbuat curang dalam pajak, atau tidak bekerja dengan setia kepada atasanmu adalah segala bentuk pencurian.
- “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.”Membuat pernyataan tentang seseorang atau sesuatu yang tidak sepenuhnya benar adalah dosa.
- “Jangan mengingini ... apapun yang dipunyai sesamamu.”Sangat menginginkan sesuatu yang merupakan milik orang lain adalah dosa. Kita harus puas dengan apa yang kita punyai.
BERSALAH!
Setelah TUHAN mengumumkan kesepuluh perintah ini, Kitab Suci menulis, “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.”(Keluaran 20:18)
Mereka tidak lagi sombong berkata “segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan!”
Mereka telah gagal dalam ujian.
Bagaimana denganmu? Bagaimana hasil ujianmu?
Jika nilaimu dalam ujian sepuluh perintah kurang dari 100% (yang berarti kepatuhan tanpa cela 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sejak hari kamu dilahirkan sampai detik ini), berarti kamu, sama seperti anak-anak Israel dan saya, telah gagal dalam ujian.
“Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10)
Dalam bab pertama buku ini kita melihat bahwa Kitab Suci bukan hanya buku yang paling banyak dijual tapi juga buku yang paling dihindari. Salah satu alasan ketidakpopulerannya adalah karena Kitab Suci memperlihatkan dosa kita dan menelanjangi kesombongan kita. Kitab Suci mengatakan:
“Engkau berkata: ‘Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.’” dan “Di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa.” (Wahyu 3:17; Pengkhotbath 7:20)
Perintah Allah tidak membuat kita senang dengan diri sendiri. Memang bukan itu tujuannya.
MENGAPA SEPULUH PERINTAH?
Apa tujuan perintah TUHAN? Jika tidak ada seorang pun yang bisa mengikuti standar Allah, mengapa Dia repot-repot membuat Perintah-Nya diketahui orang?
Satu alasan jelas mengapa Allah memberikan Perintah ini adalah untuk menyediakan standard moral yang jelas supaya ada keteraturan dalam masyarakat. Setiap peradaban yang kurang sepakat tentang apa yang benar dan yang salah akan dikuasai anarki atau tiran. Allah tahu umat manusia memerlukan peraturan dalam masyarakat. Tapi Allah mempunyai alasan lain yang lebih penting dengan memberikan Sepuluh Perintah.
TUHAN memberikan Hukum-Nya supaya “tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” (Roma 3:19-20)
TIGA FUNGSI SEPULUH PERINTAH:
- Perintah Allah menutup mulut orang-orang yang menganggap dirinya baik. “Tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.” Sepuluh Perintah memberi tahu kita: Walaupun kamu menganggap diri sendiri sangat baik, kamu tidak akan pernah bisa memuaskan standar kebenaran Allah yang sempurna. Kamu adalah pelanggar hukum yang bersalah. Jangan sombong! 4
- Perintah Allah memperlihatkan dosa kita.“Oleh Hukum Taurat orang mengenal dosa.” Perintah Allah seperti sinar X. Radiografi dapat melihat tulang yang patah tapi tidak bisa memperbaikinya. Sama seperti “tidak seorangpun yang dapat dibenarkan [dinyatakan cukup baik] di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Sepuluh Perintah seperti cermin yang memperlihatkan pendosa wajahnya yang kotor. Cermin itu hanya bisa memperlihatkan wajahnya yang kotor tapi tidak bisa menghapusnya. Perintah Allah memperlihatkan dosa dan kecemaran kita tapi tidak bisa menghapusnya.
Beberapa tahun yang lalu saya menjelaskan tujuan Perintah Allah kepada seorang guru matematika SMP Katolik Roma di Senegal. Pengungkapan yang mengejutkan baginya. Dengan suara yang frustasi dia berkata, “OK, jadi Sepuluh Perintah mengajarkan bahwa kita adalah pendosa tak berdaya di hadapan Allah yang suci dan yang harus menghakimi dosa dan bahwa kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri dengan melakukan perbuatan baik atau berdoa dan puasa. Jadi bagaimana kita bisa dibuat layak bagi Allah? Apa pemecahannya?”
- Perintah Allah menunjukkan pemecahan Allah. Seperti teknisi sinar X di rumah sakit yang mengarahkan kita kepada dokter handal yang bisa memperbaiki tulang yang patah, Perintah dan Nabi-nabi memberi tahu kita bahwa hanya “Sang Dokter” yang bisa “menebus kita dari kutuk hukum Taurat. ” (Galatia 3:13) Kita akan mendengar tentang-Nya sebentar lagi. 5
TOLONG!
Jika kamu akan tenggelam dan ada seseorang di dekatmu yang bisa menyelamatkanmu, apakah kamu terlalu sombong untuk berteriak minta tolong?
Menyadari ketidakberdayaanmu dalam menyelamatkan diri sendiri dari hukum dosa yang mematikan bukanlah kekalahan tapi tahap pertama dari kemenangan. Manusia memerlukan bantuan - bantuan yang hanya dapat diberikan oleh Allah.
Mungkin kamu pernah mendengar pepatah: “Allah hanya menolong mereka yang menolong dirinya sendiri.” Memang pepatah itu benar dalam beberapa aspek kehidupan tapi dalam keadaan kita yang penuh dosa dan mati secara spiritual, lawan katanyalah yang tepat: Allah menolong mereka yang sadar bahwa mereka tidak bisa menolong diri mereka sendiri.
Allah menolong mereka yang mengaku bahwa mereka membutuhkan Juru Selamat.
Sebuah pepatah Afrika populer berkata, “Walaupun sebongkah kayu cukup lama tenggelam di dalam air, kayu itu tidak akan berubah menjadi buaya.”
Manusia juga tidak bisa mengubah sifat alaminya yang cemar dan dia juga tidak bisa membuat dirinya sendiri benar.
TERCEMAR
Pikirkan tentang Adam. Allah memberikannya satu perintah:
Jangan makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Jika Adam dan Hawa mematuhi Pencipta dan Pemilik mereka maka mereka akan hidup selamanya dan bertumbuh dalam hubungan yang indah dengan-Nya. Tapi bukan itu yang terjadi.
Nenek moyang kita telah berbuat dosa dan hubungan mereka dengan Allah menjadi rusak. Sebagai pendosa mereka sekarang berusaha sembunyi dari Allah. Mereka merasa malu dan berusaha menutupi ketelanjangan mereka dengan daun ara. Tapi Allah mencari mereka, memperlihatkan mereka kasih setia dan keadilan-Nya, dan kemudian mengeluarkan mereka dari hadirat-Nya. Jika Dia tidak memberikan jalan untuk kembali, mereka akan dikeluarkan selamanya. Mereka tetap tercemar dan terkutuk di hadapan Pencipta mereka dan Hakim yang suci.
Sebuah pertanyaan yang penting: Berapa banyak dosa yang Adam dan Hawa lakukan sebelum Allah mengusir mereka dari Taman Eden yang sempurna? Hanya satu dosa. Tidak ada “perbuatan baik” yang pernah mereka lakukan atau usaha sendiri yang akan mereka lakukan yang dapat membalikkan akibat satu dosa.
“Baik” adalah standar Allah yang biasa. Ketika Adam berbuat dosa, dia tidak lagi “baik” menurut pendapat Allah. Dia telah menjadi seperti segelas air murni yang diberi setetes sianida. Jika kamu mempunyai segelas air beracun, walaupun ditambahkan air murni apakah racunnya akan hilang? Tidak. Begitu juga sejumlah perbuatan baik tidak dapat menghilangkan masalah dosa kita. Dan walaupun perbuatan baik bisa menghilangkan dosa, kenyataannya adalah kita tidak punya “air murni,” maksudnya tidak ada perbuatan yang benar-benar baik yang bisa ditambahkan kedalam sifat alami kita yang berdosa.
Menurut pendapat Allah, usaha terbaik kita telah tercemar.
Jiwa Adam telah tercemar dosa, sama seperti Hawa. Dan begitu juga dengan kita. Kita semua berasal dari sumber tercemar yang sama. Nabi Daud memberi tahu kita keputusan Allah:
“TUHAN memandang ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia ... Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” (Mazmur 14:2-3)
MASALAH GANDA KITA
Sebuah cerita yang sudah berumur seabad bercerita tentang seorang pria dalam penjara Inggris yang telah dikutuk mati. Suatu hari pintu selnya terbuka dan datanglah penjaga penjara.
“Berbahagialah!” kata si penjaga penjara, “Sang Ratu telah mengampunimu.”
Si penjaga penjara kaget karena pria itu tidak menunjukkan emosi apapun.
“Hei, aku bilang, berbahagialah!” ulang si penjaga penjara, sambil mengangkat sebuah kertas, “Ini surat pengampunanmu. Sang Ratu telah mengampunimu!”
Lalu pria itu menyingkapkan bajunya dan menunjuk sebuah tumor yang terlihat mengerikan sambil berkata, “Saya mengidap kanker yang akan membunuh saya dalam beberapa hari atau minggu. Jika Sang Ratu tidak bisa menghilangkan kanker ini juga, pengampunan yang saya terima tidaklah berguna.”
Pria itu tahu bahwa dia membutuhkan lebih dari pengampunan atas kejahatannya; dia juga memerlukan hidup yang baru.
Setiap anggota umat Adam sama seperti pria yang terkutuk itu. Menjadi pendosa karena pilihan dan menjadi pendosa sejak lahir, kita mempunyai dilema ganda: Kita memerlukan pengampunan atas kejahatan kita terhadap Allah dan kita memerlukan kehidupan yang benar dan kekal dari Allah yang akan melayakkan kita untuk hidup dalam hadirat-Nya yang suci.
Sebagai kesimpulan, inilah masalah ganda kita:
- DOSA: Kita adalah pendosa yang bersalah. Hanya Allah yang bisa membersihkan kita dari dosa kita dan menyelamatkan kita dari hukuman kekal.
Kita membutuhkan pengampunan Allah.
- MALU: Kita telanjang secara spiritual. Hanya Allah yang bisa mengenakan kita pakaian dengan kebenaran-Nya dan memberi kita hidup kekal.
Kita membutuhkan kesempurnaan Allah.
Dosa dan aib kita membutuhkan pengobatan ganda yang tidak bisa kita buat sendiri. Kabar baiknya adalah Allah telah menyediakannya bagi kita.
1. Associated Press, 20 Mei 2006 www.abclocal.go.com/ktrk/story?section=nation_world&id=4189656
2. Ritual pembasuhan adalah bagian dari Perjanjian Lama (lihat Imamat). Ritual itu dimaksudkan untuk mengajar pendosa bahwa mereka tidak bersih dihadapan Allah. Karena Ia sudah menyediakan pembasuhan penuh dan kebenaran melalui Mesias, Allah tidak memerlukan ritual seperti itu lagi. Baca Kisah Para Rasul 10 dan Kolose 2. Sampai sekarang masih banyak agama yang menekankan ritual pembasuhan di luar. E-mail ini datang dari seorang Muslim di London: “Semua orang bukan Muslim, termasuk orang Kristen, adalah kotor … Umat Muslim sangat bersih dan dekat dengan Allah karena mereka membasuh .…”
3. Setelah Allah menyatakan Perintah-Perintah (Keluaran 20) secara lisan, Ia memanggil Musa untuk naik ke atas gunung dan memberikan dua loh batu yang Allah pakai untuk menuliskan Perintah-perintah (Keluaran 24:12; 31:18). “Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu” (Keluaran 32:16).
4. Lihat Lukas 18:9-14; Efesus 2:8-9.
5. Mesias adalah satu-satunya yang memegang teguh hukum Allah dan yang bisa berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku” (Mazmur 40:9). Hukum itu menunjukkan kita kepada-Nya. “hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24). Pemecahan dari Allah untuk masalah dosa manusia secara kuat dituliskan dalam Roma 3:20-27.