17 |
SIAPAKAH DIA INI? |
“Rusa yang berlari tidak melahirkan keturunan yang menggali lubang.” —Peribahasa Wolof |
Seperti rusa menghasilkan keturunan yang mempunyai karakteristik seperti rusa, pendosa juga menghasilkan keturunan yang mempunyai karakteristik pendosa. Jika tergantung hanya pada dirinya sendiri, manusia tidak mempunyai cara untuk mematahkan siklus dosa. Dan ketidakmampuan itu sangat nyata.
ORANG-ORANG BERDOSA
Bayangkan industri perfilman Amerika. Setiap tahun Hollywood menghasilkan dan mengekspor film-film laris yang memperlihatkan para pahlawannya yang mempunyai sifat egois, tak bermoral, murtad, berbahasa kotor, melalukan kekerasan, balas dendam, dan berbohong. Mengapa penulis cerita sengaja memasukkan karakteristik berdosa dalam “tokoh baik” yang digambarkan dalam film mereka? Mengapa tidak membuat film yang memperlihatkan “pahlawan” yang baik, adil, tidak egois, mengampuni, dan jujur? Itu karena umat manusia sudah tercemar dosa. Setiap karakter yang dibuat manusia juga sudah tercemar. Dan pencemaran itu tidak hanya di Hollywood.
Sifat alami manusia yang cenderung berbuat dosa terlihat dalam banyak hal. Misalnya jika kamu berasal dari dunia Arab, kamu mungkin mengenal seorang tokoh literatur yang berumur seabad bernama Juha. Cerita rakyat tentang Juha dan keledainya membuat kita tersenyum. Ratusan cerita pendek lucu telah ditulis tentang karakter pintar ini yang kata-katanya dan cara-caranya telah dikarakterisasikan dengan pandai dan lucu - dan seringkali diikuti sifat mementingkan diri sendiri, suka mengejek, berpikiran kotor, suka membalas dendam, pembohong, dan suka ingkar janji. Pikirkan! Bahkan tokoh ciptaaan kita pun sudah tercemar! Ada satu contoh sederhana dari cerita tentang Juha:
Seorang teman mendatanginya.
“Kamu sudah berjanji,” kata temannya, “untuk meminjamkan saya uang. Sekarang saya datang untuk meminjamnya.”
Juha berkata, “Teman, saya tidak meminjamkan uang saya kepada siapapun tapi saya akan memberikan janji saya sampai kamu puas!” 1
Ada persamaan antara kita dan Juha yang fiksi, kita juga suka membuat janji tanpa bermaksud menepatinya. Kita seperti Juha yang memiliki sifat alami manusia yang berdosa.
Tapi ada satu Orang dalam sejarah 2 yang menepati semua janji-Nya. Dia selalu berkata tentang kebenaran. Dia tidak pernah menipu, mengejek, mengancam, atau membalas dendam.
Namanya Yesus.
“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam.” (1 Petrus 2:22-23)
YANG TIDAK BERDOSA
Kehidupan Yesus begitu kontras dengan budaya dunia yang dikuasai dosa. Hanya Dia manusia yang terlahir tidak berdosa. Dia “telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”(Ibrani 4:15) Tidak ada pikiran kotor yang pernah terlintas dalam pikiran-Nya. Tidak ada kata-kata kotor terucap dari bibir-Nya. Yesus bertumbuh bersama saudara-saudara tirinya dalam rumah sederhana di Nazaret. 3 Dia terbiasa mematuhi Sepuluh Perintah dan hukum-hukum Allah lainnya - baik yang terlihat maupun yang tidak. Walaupun secara fisik tubuh Yesus sama seperti kita, Dia tidak mempunyai sifat alami yang cenderung berbuat dosa.
“Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.” (1 Yohanes 3:5)
Di umur-Nya yang ketiga puluh secara resmi Dia memulai pekerjaan-Nya di dunia. 4 Peperangan antara Allah dan Satan akan segera memuncak. Satan tahu bahwa Anak Allah telah datang untuk meremukkannya tapi dia tidak tahu bagaimana cara Yesus melakukannya.
Seperti Satan telah menggoda manusia sempurna pertama untuk melanggar Perintah Allah, sekarang dia juga mencoba untuk menggoda Manusia Sempurna kedua untuk bertindak berlawanan dengan Perintah Allah.
“Yesus ... dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: ‘Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.’
Jawab Yesus kepadanya: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.’” (Lukas 4:1-4)
Perhatikan bagaimana Satan tidak berusaha membuat Yesus melakukan sesuatu yang “jahat”. Sang iblis hanya ingin Manusia tak berdosa ini (yang telah menjajah wilayah-”nya”) untuk bertindak sendiri, tidak bergantung kepada Allah Bapa di surga karena, seperti yang sudah kita bahas dalam bab 11, berpikir atau bertindak sendiri, tidak bergantung kepada Allah adalah dosa.
Maksudnya adalah: Jika Mesias melakukan sebuah dosa, Dia tidak akan dapat memenuhi misi-Nya untuk menyelamatkan umat Adam yang terkutuk dari hukum dosa dan hukum maut.
Seperti manusia, yang berhutang banyak tidak pantas membayarkan hutang orang lain, maka seorang pendosapun tidak bisa menebus dosa pendosa lain. Tapi Anak Allah, yang telah menjadi Anak Manusia, 5. tidak mempunyai hutang dosa sendiri. Dia bisa melewati kematian karena Dia bebas dari dosa tapi nanti kita tahu bahwa itu bukan rencana Allah.
Sementara itu Satan berulang kali berusaha memikat Yesus untuk berbuat dosa dengan membuat-Nya bertindak sendiri, tidak bergantung pada rencana Allah yang sempurna. Tapi setiap kali pula Yesus menjawab iblis dengan mengutip Kitab Suci. 6
“Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: ‘Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.’
Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’” (Lukas 4:5-8)
Seperti Allah yang telah memberikan Adam kuasa atas ciptaan, sekarang Satan menawarkan Yesus “kuasa” yang telah direbutnya ketika Adam memilih untuk mengikutnya. 7
Tidak seperti Adam, Yesus tidak mematuhi Satan.
Firman Allah telah menjadi manusia.
PENGIKUT-PENGIKUT YESUS
Tak lama setelah Yesus memulai tugas-Nya secara resmi, Dia memilih dua belas orang untuk menemani-Nya kemanapun Dia pergi. Ada juga perempuan-perempuan yang mengikuti-Nya. Laki-laki dan perempuan ini menjadi saksi mata atas apa yang dilakukan dan dikatakan Yesus.
“Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit ... Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (Lukas 8:1-3)
Yesus memberikan rasa hormat yang sama kepada laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Kitab Injil dipenuhi cerita tentang Yesus memperlakukan wanita dengan hormat dan kebaikan yang melebihi budaya Yahudi dan Roma pada masa itu.
Yesus memandang setiap manusia di bumi sebagai manusia yang berharga tak terbatas tapi Dia tidak pernah memaksa seseorang untuk mendengar, mempercayai, atau mengikuti-Nya. Dia senang menghabiskan waktu bersama orang-orang yang pikiran dan hatinya diarahkan untuk mendengar dan menerima kebenaran, tidak peduli berapa yang harus mereka keluarkan untuk itu.
PERTANYAAN KUNCI
Banyak orang biasa mengikuti Yesus tapi para pemimpin agama Yahudi tidak.
Suatu hari Yesus menanyakan hal penting kepada mereka:
“Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” (Matius 22:42)
Mereka menjawab dengan berkata bahwa Mesias adalah keturunan Raja Daud. Yesus mengingatkan mereka bahwa Daud telah menubuatkan bahwa Juru Selamat yang dijanjikan adalah anak Daud dan Anak Allah. 8
Sebelumnya, Yesus menanyakan pertanyaan yang sama kepada murid-murid-Nya:
“‘Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?’
Jawab mereka: ‘Ada yang mengatakan ... salah seorang dari para nabi.’
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’
Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’
Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon ... sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.’” (Matius 16:13-17)
Cepat atau lambat kita semua harus menjawab pertanyaan yang sama:
Apa pendapatmu tentang Yesus? Anak siapakah Dia?
YANG DIKATAKAN ORANG-ORANG
Bagi orang Barat Yesus tidak lebih dari kata umpatan.
Orang lain berkata Dia adalah guru moral yang hebat. Hanya itu.
Orang Yahudi ortodoks bahkan menolak mengucapkan nama Yesus dan hanya menyebutnya “orang itu”.
Orang Hindu melihat Yesus sebagai salah satu tokoh ilahi diantara dewa dewi mereka yang banyak jumlahnya.
Tetangga Muslim saya berkata: “Kami menghormati Yesus sebagai seorang nabi yang hebat tapi dia bukan Anak Allah.” Seperti yang dinyatakan dalam e-mail berikut:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Saya tinggal di Arab Saudi …Kami percaya bahwa Yesus hanyalah seorang nabi dan bukan anak Allah. Yesus tidak dibunuh. Dia akan kembali dan semua orang akan melihat dia memilih pihak yang mana. Saya harap ini terjadi ketika kamu masih hidup supaya kamu bisa mengikuti agama kami yang indah dan melihat terang yang sesungguhnya. |
Seorang Malaysia menulis:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Saya percaya Allah adalah Sang Tunggal dan tidak pernah menjadi atau terlihat sebagai manusia ... Jika ada orang yang berpikir Allah ada dalam bentuk manusia, maka dia adalah penghujat. |
Pandangan-pandangan ini berasal dari pernyataan Al-Qur’an tentang Yesus.
APA YANG DIKATAKAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an terus menerus menyatakan bahwa Yesus “hanyalah seorang rasul.”(Sura 4:171-173; 5:75; 2:136) Tapi kitab yang dipakai kaum Muslim juga menyatakan bahwa Yesus adalah nabi yang unik di antara nabi-nabi lain karena Dia tidak mempunyai ayah biologis, menyebut Dia Isa putera Maryam. (Sura 19:34) Al-Qur’an menyebutkan dosa para nabi tapi tidak pernah menambahkan kata dosa pada Yesus. Dia disebut “Anak suci.” 9. Al-Qur’an juga menyatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya nabi yang mempunyai kuasa untuk menciptakan kehidupan, mencelikkan mata yang buta, menyembuhkan penyakit lepra, dan membangkitkan orang mati. 10 Dan hanya kepada Yesuslah Al-Qur’an memberikan gelar agung Al Masih (Mesias), Ruh Allah (Jiwa atau Roh Allah), dan Kalimat Allah (Firman Allah). 11
Melihat pernyataan dalam Al-Qur’an tentang keunikan Yesus ini maka perlu dicatat bahwa penggambaran Al-Qur’an tentang “Mesias, Yesus anak Maria” sangat jauh berbeda dari penggambaran Kitab Suci. Misalnya, ayat dalam Al-Qur’an yang sama yang memberi Yesus gelar di atas menyebutkan pula: “Al Masih, ‘Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya disampaikan-Nya kepada Maryam, dan roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ‘tiga’, berhentilah. Lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.” (Sura 4:171)
Di Senegal anak-anak dan orang dewasa tidak hanya dengan cepat berkata: “Yesus bukan Anak Allah! Allah tidak mempunyai anak!”, mereka juga menyatakan dengan yakin: “Yesus tidak disalibkan!”
Dari mana mereka berpikir bahwa Yesus tidak disalibkan?
Ide ini berasal dari Al-Qur’an juga yang menyatakan: “Tuduhan mereka [Orang Yahudi] terhadap Maryam dengan kedustaan besar, dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi, Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Sura 4:156-158)
APA YANG DIKATAKAN DALAM KITAB SUCI
Berabad-abad sebelum Al-Qur’an ditulis, empat puluh nabi dan rasul yang menulis Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Kitab Suci menuliskan gambaran yang berbeda tentang Mesias dan misi-Nya.
Mengenai gelar Yesus sebagai “Anak Allah,” Yohanes, yang berjalan dan berbicara dengan Yesus selama lebih dari tiga tahun, bersaksi tentang Dia:
“Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murd-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:30-31)
Rasul Yohanes menulis juga:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan ... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:1-3, 14)
Bertahun-tahun yang lalu, seorang teman Muslim memberi tahu saya, “Al-Qur’an memberi Yesus gelar Kalimat Allah (Firman Allah) dan RuhAllah (Jiwa Allah). Jika Yesus adalah Firman dan Jiwa Allah maka Dia adalah Allah!”
Kemudian beberapa orang menuduh teman saya melakukan penghujatan dan shirk (Bahasa Arab: menyatakan bahwa seseorang adalah sama dengan Allah) 12 Tetapi dia tidak sendirian! Yesus dituduh para pemimpin agama Yahudi dengan cara yang sama.
Yesus berkata:
“‘Aku dan Bapa adalah satu.’
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.
Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’
Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.’” (Yohanes 10:30-33)
Orang Yahudi menuduh Yesus melakukan hal yang sama dengan Lucifer yang berusaha: merebut posisi agung dan unik yang hanya dimiliki oleh Allah saja. Mereka menuduh Yesus menjadikan diri-Nya sendiri sebagai Allah.
Tapi mereka terbalik.
INKARNASI, BUKAN PEMUJAAN
Yesus atau para nabi tidak mengajarkan bahwa seorang manusia akan menjadi Allah tapi Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa Allah akan menjadi manusia.
Misalnya, 700 tahun sebelum Mesias dilahirkan, nabi Yesaya menulis:
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar ... Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yesaya 9:1, 5) 13
Tentang kedatangan Mesias, Yesaya juga menulis:
“Pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: ‘Lihat, itulah Allahmu!’” (Yesaya 40:9).
Sejak awal rencana Allah mencakup inkarnasi (Allah mengambil rupa manusia) dan bukan pemujaan (manusia membuat dirinya menjadi allah). Manusia menjadi Allah merupakan penghujatan tapi mengaku bahwa Firman yang kekal menjadi manusia merupakan penerimaan rencana Allah.
DI ATAS KERTAS DAN BERTEMU MUKA
Jika kamu ingin tahu tentang seseorang dengan baik, metode mana yang terbaik?
- Membatasi komunikasimu hanya melalui surat.
- Atau setelah bertukar surat selama beberapa waktu, bertemu dengan orang itu secara langsung, dan meluangkan waktu bersama.
Walaupun sabda-sabda Allah sangat luar biasa, Allah yang pernah berjalan dan berbicara dengan Adam dan Hawa dan mempunyai rencana bagi keturunan mereka untuk mengenal-Nya secara pribadi, tidak pernah bermaksud untuk membatasi komunikasi-Nya hanya melalui kertas. Sejak awal Dia berencana untuk bertemu muka dengan kita, berkomunikasi langsung. TUHAN, yang selama berabad-abad menyuruh para nabi-Nya mencatat Firman-Nya dalam gulungan papirus dan kulit binatang, berjanji akan menunjukkan diri-Nya kepada umat manusia dalam kulit manusia. Allah tidak hanya berencana memberi kita Firman-Nya dalam bentuk buku, Dia juga menyediakan Firman-Nya dalam bentuk tubuh.
“Ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata ‘... Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.’” (Ibrani 10:5) 14
“Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.’” (1 Timotius 3:16)
LEBIH RENDAH DARIPADA KEMULIAAN-NYA?
Tanpa mempedulikan pernyataan Allah yang berulang kali mengatakan rencana-Nya untuk diam dalam bentuk manusia, saya dengar orang berkata: “Jika Allah menjadi manusia, Dia akan jauh dari kemuliaan-Nya!”
Walaupun konsep inkarnasi mengejutkan, apakah benar berada di bawah kemuliaan Allah? Ataukah inkarnasi adalah bagian penting dari sifat alami dan rencana Allah untuk membangun kembali hubungan yang dekat dengan manusia yang diciptakan-Nya bagi-Nya?
Dalam hidup kita seringkali merasa sangat dekat dengan seseorang yang pernah mengalami apa yang pernah kita alami. Yang paling layak memberi kita penghiburan dan pertolongan adalah mereka yang telah melalui pencobaan dan kesedihan yang sama. Pencipta kita adalah Penghibur Yang Terutama.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka ... Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai ... Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrani 2:14, 18; 4:15)
Sejak awal Allah sudah berencana mengambil tubuh manusia yang terbatas dan yang memerlukan penghiburan, mempunyai kuku jari yang kotor, merasa kelaparan, terluka dan mengalami apa yang kita alami. Mereka yang mengajarkan sebaliknya bukan hanya menolak para nabi dan rencana Allah; mereka juga menolak sifat alami dan karakter Allah. Mereka tidak menerima wahyu Allah tentang diri-Nya sendiri sebagai Pencipta yang setia dan penuh kasih yang ingin dikenal orang-orang-Nya secara pribadi, mereka juga menyatakan bahwa Dia tidak dapat diramalkan dan tidak dapat dikenal.
Tidak mau turun ke tingkatan manusia untuk melayani dan memberkati mereka bukanlah sesuatu yang “mulia”. Tidak pernah ada dalam sejarah Pencipta kita membenci pemikiran untuk turun ke bawah, ke tingkat kita. Itu sudah menjadi rencana dan keinginan-Nya. 15
“Yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2 Korintus 8:9)
Bagi kamu dan sayalah Sang Firman Kekal mengunjungi planet kita - untuk bertatap muka. Sang Pencipta alam semesta, yang “kaya” dalam kemuliaan dan hormat, “menjadi miskin,” mengambil tempat seorang hamba sehingga kita bisa menjadi kaya, bukan dalam hal uang dan materi tapi dalam segala jenis berkat seperti pengampunan, kebenaran, kehidupan kekal, dan hati yang dipenuhi kasih, suka cita, damai, dan keinginan suci-Nya.
KEAGUNGAN YANG DIMAKSUD
Banyak orang berpikir bahwa Allah terlalu agung untuk datang ke dalam dunia dalam bentuk manusia yang mempunyai tubuh dan darah. Apakah mereka berpikir begitu karena pengertian mereka tentang keagungan berbeda dengan pengertian Allah tentang keagungan?
Yesus memberikan pernyataan tentang keagungan yang sebenarnya ketika Dia memberi tahu murid-murid-Nya:
“Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:42-45)
Manusia teragung adalah mereka yang paling merendahkan dirinya dan melayani orang lain dengan sebaik-baiknya. 16
Itulah yang dilakukan Pencipta kita bagi kita.
TUAN ATAS ANGIN DAN GELOMBANG
Suatu hari Yesus sedang bersama murid-murid-Nya dalam perahu di Danau Galilea.
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditembus gelombang, tetapi Yesus tidur.
Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: ‘Tuhan, tolonglah, kita binasa.’
Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
Dan heranlah orang-orang itu, katanya: ‘Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?’” (Matius 8:24-27)
Bagaimana kamu menjawab pertanyaan murid-murid itu?
“ORANG APAKAH DIA INI?”
Sudah jelas Yesus adalah manusia. Dia sedang tidur di dalam perahu; Dia mengenal rasa lelah, lapar, dan haus. Tapi kemudian Dia berdiri dan menghardik badai. Seketika itu pula angin ribut berhenti dan danau yang mengamuk menjadi tenang.
Tidak aneh para murid bertanya: “Orang apakah Dia ini?”
Seribu tahun sebelumnya, pemazmur sudah menulis:
“Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? ... Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.” (Mazmur 89:9-10)
“Orang apakah Dia Ini?” Kitab Injil memberi tahu juga tentang Yesus berjalan di atas air. 17 Sekali lagi murid-murid Yesus “sangat tercengang dan bingung.” (Markus 6:51) Tapi Yesus tidak berjalan di atas air untuk membuat orang-orang tercengang; Dia melakukannya untuk membuat mereka mengerti siapa Dia.
Dua ribu tahun sebelumnya, tentang Allah nabi Ayub berkata:
“Seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut.” (Ayub 9:8)
“Orang apakah Dia ini?” Allah mengundang kita untuk menyambungkan titik-titik dan mengerti siapa Yesus dahulu dan sekarang.
Tragisnya, kebanyakan orang tidak melakukannya.
“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.” (Yohanes 1:10)
“Orang apakah Dia ini?” Yesus sendiri yang menjawab pertanyaan ini ketika Dia sedang berbicara dengan kumpulan orang-orang beragama yang marah.
“AKU TELAH ADA”
“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: ‘Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup ... Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.’
Kata orang-orang Yahudi kepadanya: Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?’
Jawab Yesus: ... ‘Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.’
Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ‘Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?’
Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’
Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.’ (Yohanes 8:12, 51-53, 56-59)
Mengapa orang Yahudi berusaha melempari Yesus dengan batu? Karena Dia berkata: “Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya” dan: “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Bukan hanya Yesus menyatakan kuasa-Nya atas maut dan keberadaan-Nya sebelum Abraham (yang mati 1900 tahun lebih awal), Dia juga menggunakan nama pribadi Allah, “Aku telah ada”. 18
Pendengar Yesus mengerti apa maksud-Nya. Karena itulah mereka menuduh Dia melakukan penghujatan dan mengambil batu untuk melempari-Nya.
MENYEMBAH ALLAH SAJA
Dengan terus menerus Yesus mengajar bahwa hanya Allah saja yang pantas kita sembah. Karena itulah Yesus berkata, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10) Tapi Kitab Injil menulis sedikitnya sepuluh kejadian dimana orang-orang membungkuk kepada Yesus dan menyembah-Nya.
Suatu hari “datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia, 19 dan berkata: ‘Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.’ Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’” (Matius 8:2-3) Apakah Yesus memarahi penderita kusta itu karena menyembah-Nya?
Tidak, Dia hanya menyentuhnya dan menyembuhkannya.
Setelah Yesus bangkit dari mati, seorang murid bernama Tomas jatuh tersungkur di hadapan Yesus dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Apakah Yesus menegurnya karena penghujatan?
Tidak, Yesus hanya berkata, “Tomas, karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”(Yohanes 20:28-29)
Apa yang kita pelajari dari cerita di atas mengenai siapakah Yesus?
KAMU YANG MEMUTUSKAN
Keputusan kita untuk percaya tentang Yesus adalah pilihan pribadi kita tapi jangan ada yang mempunyai pendapat yang bertolak belakang tentang Yesus. Jika Yesus adalah “nabi agung,” seperti yang dikatakan oleh tetangga-tetangga saya, maka Dia juga seperti yang dinyatakan-Nya: Firman yang kekal dan Anak Allah. Menyatakan bahwa Yesus “tidak lebih dari seorang nabi,” berarti menyangkal kesaksian Yesus dan sabda para nabi. 20
C.S. Lewis, orang yang tadinya skeptis dan salah satu orang pintar hebat di abad kedua puluh, menulis tentang Yesus seperti berikut:
“Saya berusaha mencegah orang mengatakan hal yang sangat bodoh yang sering dikatakan orang tentang Dia: ‘Saya siap menerima Yesus sebagai guru moral yang hebat tapi saya tidak menerima pernyataan-Nya bahwa Dia adalah Allah.’ Itulah yang tidak boleh kita katakan. Manusia yang hanya manusia dan berkata hal yang Yesus katakan bukanlah guru moral yang hebat. Kalau tidak gila, orang itu adalah Iblis Neraka. Kamu harus membuat pilihan. Pilih bahwa manusia ini yang sejak dulu sampai sekarang adalah Anak Allah atau bahwa dia adalah orang gila atau yang lebih buruk. Kamu bisa mengabaikan Dia dengan dalih bahwa Dia adalah orang bodoh, kamu bisa meludahi-Nya dan membunuh-Nya sebagai setan; atau tersungkur di kaki-Nya dan memanggil-Nya Tuhan dan Allah. Tapi jangan kita menelan bulat argumen kosong bahwa Dia adalah guru yang hebat. Dia tidak memberi pilihan itu kepada kita. Dia tidak bermaksud melakukannya.” 21
“BERITAHU KAMI DENGAN JELAS”
Seringkali seseorang berkata kepada saya: “Tunjukkan dalam Kitab Suci dimana Yesus berkata, “Aku adalah Allah!” Pemimpin agama di jaman Yesus pun memaksa-Nya membuat pernyataan yang sama.
Yesus berkata, ‘Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat ... Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: ‘Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terung terang kepada kami.’
Yesus menjawab mereka, ‘Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku ... Aku dan Bapa adalah satu.’
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.
Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’
Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.’ (Yohanes 10:9, 24-25, 30-33)
Mengapa kumpulan orang beragama mau melempari Dia dengan batu?
Karena Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” Menurut mereka pernyataan Yesus tentang kesatuan-Nya dengan Bapa adalah penghujatan. Tapi orang Yahudi yang sama ini dengan teratur menyatakan iman mereka kepada Allah dengan mengatakan, “Adonai Eloheynu Adonai echad, “ yang berarti: “Tuhan Allah kami, Tuhan adalah satu[bentuk jamak dari kesatuan].” Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang sejak dulu selalu satu dengan Allah. 22 Karena itulah orang Yahudi menuduh-Nya melakukan penghujatan.
Yesus tidak pernah memamerkan keberadaan-Nya yang kekal sebagai Firman dan Anak Allah. Dia tidak berkeliling sambil berkata, “Aku adalah Allah! Aku adalah Allah!” Yang dilakukan-Nya adalah Dia tinggal di dalam dunia seperti manusia lain - dalam kerendahan hati dan mau tunduk kepada Allah.
Yesus adalah satu-satunya Manusia yang dapat berkata: “Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 6:38) Kemuliaan kehidupan Yesus adalah bahwa Dia, Anak Allah yang ditinggikan, telah merendahkan diri-Nya sendiri untuk menjadi Anak Manusia.
Yesus Tuhan memilih untuk memberitahukan siapa Dia dalam cara yang rendah hati tapi penuh kuasa.
Suatu ketika seorang muda yang kaya datang kepada Yesus dan memanggilnya, “Guru yang Baik.” Jadi Yesus bertanya kepadanya, “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.”(Lukas 18:19) 23 Orang kaya ini tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah tapi Yesus - bentuk nyata dari kebaikan ilahi - mengundangnya untuk menggabungkan potongan-potongan puzzle dan mengerti siapa Dia.
Dia juga ingin kita mengerti. 24
MENDUKUNG PERKATAAN DENGAN PERBUATAN
Begitu banyaknya keajaiban agung yang telah Yesus kerjakan, menunjukkan kekuasaan-Nya atas setiap elemen ciptaan yang jatuh dalam kutukan dosa. Dia tahu pikiran manusia, mengampuni dosa, memperbanyak ikan dan roti bagi ribuan orang, menenangkan angin ribut, dan mengusir roh jahat. Dengan perkataan atau sentuhan Dia menyembuhkan orang sakit dan menyembuhkan yang tidak bisa berjalan, mencelikkan mata yang buta, menyembuhkan yang tidak bisa mendengar, dan membangkitkan orang mati. Seperti yang sudah dinubuatkan para nabi, Mesias adalah “Tangan TUHAN” di dunia. 25
Bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat, kemuliaan keagungan Yesus bersinar dari setiap serat keberadaan-Nya. Perbuatannya memastikan perkataan-Nya. Misalnya seperti yang sudah kita baca, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Kehidupan”. Dan bagaimana cara-Nya membuktikan pernyataan ini? Dia membuktikannya dengan memerintahkan orang mati untuk hidup kembali.
Suatu ketika Yesus Tuhan berada di kuburan Lazarus, seorang pria yang SUDAH mati empat hari sebelumnya. Mayat Lazarus sudah dikubur di dalam makam gua. Yesus memberi tahu saudara perempuan Lazarus untuk berhenti menangis dan berkata bahwa saudaranya akan hidup lagi.
Saudarinya berkata kepada Yesus, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”
Jawab Yesus, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yohanes 11:24-25)
Untuk memastikan pernyataan-Nya,
“Berserulah Ia dengan suara keras, ‘Lazarus, marilah keluar!’ Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh.”
Kata Yesus kepada mereka, ‘Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.’
Banyak di antara orang-orang Yahudi ... yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. ... Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. ... Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi ... percaya kepada Yesus.” (Yohanes 11:43-46, 53; 12:10-11) 26
Betapa kerasnya hati manusia!
HATI YANG KERAS
Melihat pernyataan Yesus dan semakin terkenalnya Yesus, para pemimpin agama dan politik Yahudi merasa iri dan mereka bergabung dengan keinginan yang semakin membesar: Yesus harus dibungkam! Mereka merasa putus asa mencari alasan, apapun itu, untuk menuduh-Nya sehingga Dia bisa dihukum mati. Tapi bagaimana kamu bisa menuduh orang yang paling sempurna?
Pada hari Sabat ketika Yesus sedang mengajar di sinagoga ...
“Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka [pemimpin agama] mengamati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ‘Mari, berdirilah di tengah!’ Kemudian kata-Nya kepada mereka: ‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?’
Tetapi mereka itu diam saja.
Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’
Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
Lalu keluarlah orang-orang Farisi [kelompok rohania] dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian [kelompok politik] untuk membunuh Dia.
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang ... mengikuti-Nya. ... Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya.
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’” (Markus 3:1-11)
PANDANGAN SETAN
Setan-setan tahu siapa Sang Penyembuh ini karena itulah mereka memanggil Dia dengan sebutan yang benar, meneriakkan, “Kamu adalah Anak Allah!”
Malaikat-malaikat yang jatuh ke dalam dosa ini sudah sangat tahu sejarah Yesus sebelumnya.
Seribu tahun sebelumnya mereka menyaksikan kuasa-Nya yang luar biasa dan kebijakan-Nya yang tak terukur ketika Dia menciptakan langit dan bumi. Mereka gemetar ketika mereka ingat hari ketika Dia marah dan mengusir mereka dari surga karena mereka memilih untuk mengikuti Satan dalam pemberontakannya. 27 Dan sekarang Dia ada di dunia, hidup di antara manusia!
Tulisannya ada di dinding.
Wewenang tuannya hancur.
Kutukan dosa mulai berbalik.
Anak yang Kekal, sebagai Keturunan perempuan, telah menyerang kekuasaan mereka. Lalu setan-setan itu “jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’” Sementara itu, pemimpin agama “bersekongkol ... melawan-Nya, untuk menghancurkan-Nya.”
Ketika saya selesai memberitahukan cerita ini kepada para tamu, salah satu dari mereka berkata, “Luar biasa! Setan-setan lebih menghormati Yesus daripada pemimpin agama!"
Luar biasa tapi benar.
1. Dikutip dari Jayyusi, Salma Khadra. Tales of Juha. Interlink Books. Northampton, MA, 2007, hal. 19.
2. Berikut ini adalah beberapa penulis sejarah yang bukan penulis Kitab Suci yang membuat referensi tentang Yesus dari Nazaret: Tacitus, ahli sejarah Roma (AD 55-120) [Tacitus 15:44]; Josephus, ahli sejarah Yahudi (AD 37-101) [Antiquities 18:3]; Talmud, penjelasan tentang nabi dalam Kitab Taurat [The Babylonian Talmud. Sanhedrin, 43a]; seorang Yunani bernama Lucian [The Death of Pereguire, hal. 11-13 dalam The Works of Samasota, diterjemahkan oleh H.W. Fowler and F.G. Fowler, 4 jilid. Oxford: Clarendon Press, 1949; Suetonius (AD 69-122), sekretaris kepala bagi Raja Hadrian [Claudias, 25]. Catatan: J. Oswald Sanders menulis: “Menganggap Kitab Suci milik orang Kristen sebagai hasil bayangan manusia belaka dan tidak ada kenyataan sejarah, maka literatur yang ada di dalam kitab injil merupakan keajaiban besar Kristus yang yang ada dalam sejarah. Ernest Renan menyatakan bahwa diperlukan seorang Yesus untuk menciptakan seorang Yesus. J.J. Rousseau menganggap lebih memungkinkan bahwa Yesus memang hidup dari pada sejumlah orang sepakat merekayasakan sejarah seperti itu” (Sanders, J. Oswald. The Incomparable Christ. Moody Press. Chicago, 1971, hal. 57).
3. Matius 13:55-56. Yesus tumbuh di Nazaret (Matius 2:22-23; Lukas 2:51-52), bekerja sebagai tukang kayu bersama ayah resmi-Nya, Yusuf (Markus 6:3). Keberadaan Yesus yang sederhana menyinggung orang-orang yang menginginkan seorang pahlawan yang berhasil menaklukkan sesuatu, bukan seorang Pelayan sederhana.
4. “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf…” (Lukas 3:23).
5. Yesus sering menunjuk diri-Nya sendiri sebagai “Anak Manusia”, sebuah arti gelar Mesias, “Anak Umat Manusia” (Yunani: Anthropos). Suatu gelar yang luar biasa! Suka atau tidak, kita semua adalah “anak (keturunan) umat manusia”. Tapi Anak Allah yang dipuja memilih untuk menjadi Anak Manusia dan menyamakan-Nya dengan umat manusia. Gelar ini menekankan keilahian Yesus dan kemanusiaan-Nya karena hal ini menunjukkan campur tangan Allah pribadi dalam umat manusia. Baca Daniel 7:13-14; Matius 8:20; Lukas 5:24; 22:69-70; Yohanes 5:27; 13:31; Wahyu 1:13-18; 14:14.
6. Contoh, ayat Perjanjian Lama yang Yesus kutip (dalam Lukas 4:4) adalah dari Kitab Taurat Musa: Ulangan 8:3.
7. Karena dosa manusia, Satan sudah pasti menjadi “penguasa dunia ini” dan “penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” (Yohanes 12:31; Efesus 2:2). Anak Allah telah datang untuk memulihkan kuasa manusia yang hilang karena dosa tapi Dia tidak melakukannya menurut cara Satan. Dia melakukannya menurut cara Allah.
8. Mazmur 110 dan Mazmur 2; Matius 21:41-46
9. Al-Qur’an 19:19; berlawanan dengan 48:2; 47:19
10. Al-Qur’an 19:19; 3:45-51; 5:110-112; 19:19
11. Al-Qur’an 4:171
12. Dosa tertinggi dalam Islam adalah “shirk” (kata dalam bahasa Arab yang berarti rekanan). Shirk adalah dosa yang menganggap sesuatu atau seseorang setara dengan Allah.
13. Perhatikan gelar yang dinyatakan bagi Mesias yang dijanjikan:
Ajaib = Gelar yang hanya disandang oleh Allah saja. Artinya “Diluar yang biasa.”
Penasihat = Mesias menjadi Perwujudan Kebijaksanaan.
Allah yang Perkasa = Allah Sendiri mengambil rupa manusia.
Bapa yang Kekal = Dia akan menjadi Pemilik Kekekalan.
Raja Damai = Bagi orang yang percaya kepada-Nya akan diberikan: damai sejahtera dengan Allah (Roma 5:1), memperdamaikan keduanya (Efesus 2:14-18), memelihara hati (Filipi 4:7), dan yang tertinggi, damai sejahtera di seluruh dunia (lihat bab 29).
14. Nabi Daud menubuatkan kedatangan TUHAN sendiri akan datang ke dunia: “Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku” (Mazmur 40:8). Maleakhi menubuatkan bahwa Allah akan mengirimkan seorang pendahulu untuk mempersiapkan manusia bagi kedatangan “TUHAN” (Maleakhi 3:1).
15. Apakah kemuliaan Allah menjadi lebih rendah ketika Ia turun ke tingkatan kita? Bayangkan kamu dan temanmu sedang berbicara tentang pemimpin spiritual terhormat – kita namakan mereka Omar dan Aaron. Temanmu berkata, “Aaron bermain mobil-mobilan tapi Omar tidak.” Karena kamu sangat menghormati Aaron, kamu menjawab, “Tidak pernah! Tidak mungkin Aaron bermain mobil-mobilan!” Pertama kali, tanggapan seperti itu terdengar masuk akal dan benar. Kemudian cerita terungkap bahwa Omar dan Aaron yang mempunyai anak-anak yang masih kecil yang menginginkan ayah-ayah mereka untuk duduk di atas lantai dan bermain mobil-mobilan bersama-sama. Apa yang kita pelajari jika Aaron dengan senang hati meluangkan waktu bersama anaknya dengan bermain bersama, sementara Omar menolak karena ia berpikir perbuatan itu merendahkan kehormatannya? Siapakah ayah, manusia, pemimpin yang lebih baik, Omar atau Aaron? Sama seperti ketika orang berkata, “Jika Yang Maha Agung datang ke dunia dalam rupa manusia, itu akan merendahkan kemuliaan-Nya,” mungkin mereka bermaksud baik, tapi mereka tidak mengagungkan kemuliaan Allah dengan perkataannya itu tapi sebaliknya, mereka merusaknya.
16. Yohanes 13 mengatakan bahwa Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya – pekerjaan seorang pelayan! Dengan membaca Kitab Injil kita bertemu dengan Pelayan tertinggi: Tuhan sendiri.
17. Matius 14; Markus 6; Yohanes 6
18. Jika Yesus hanya ingin mengatakan bahwa Dia ada sebelum Abraham, Ia akan berkata, “Sebelum Abraham ada, Aku dulu ada “(Before Abraham was, I was.), tapi sebaliknya Ia berkata “Sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.” (“Before Abraham was, I am.) Lihat bab sembilian tentang YHWH (Keluaran 3:14).
19. Kata “menyembah” yang digunakan untuk menyembah Yesus sama dengan kata yang dipakai untuk menyembah Allah. (Bandingkan Matius 8:2 dengan Wahyu 7:11. Dalam keduanya ayat tersebut, kata “menyembah” berasal dari proskneo dalam bahasa Yunani yang berarti meaning “mengambil posisi tiarap untuk menyembah, memuja”).
20. Jika kamu masih bersikukuh dengan pendapat yang belum terbukti kebenarannya bahwa Kitab Suci sudah diubah, baca lagi bab 3, yang berjudul: “Diselewengkan atau Dijaga?”
21. Lewis. C.S. Mere Christianity. NY: Macmillan-Collier, 1960, hal. 55-56.
22. Untuk meninjau ulang kesatuan Allah yang majemuk, baca lagi bab sembilan.
23. Banyak orang yang terkecoh dalam cerita tentang Yesus dan seorang penguasa kaya. Orang kaya itu berlari menghampiri Yesus dan bertanya, “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Matius 19:16; Markus 10:17; Lukas 10:25) Bagi kerumunan orang banyak, pertanyaan pemuda itu terlihat bagus padahal tidak bagi Tuhan. Yesus tahu bahwa pemuda yang beragama ini belum mengerti kebenaran mendasar tentang kesucian Allah yang tak terbatas dan keadaan manusia yang berdosa. Pemuda yang merasa benar ini membayangkan bahwa dia bisa mendapatkan jalan menuju taman firdaus; jika dia bisa cukup baik. Ia seperti seorang anak kecil yang memberikan segenggam koin tembaga kotor kepada orang terkaya di dunia dan bertanya kepadanya, “Berapa yang harus saya berikan kepadamu supaya saya bisa mewarisi kekayaanmu?” Apa jawaban Yesus kepada pemuda itu? Ia mengarahkannya pada Kitab Taurat dan Sepuluh Perintah untuk memperlihatkan bahwa ia tidak akan pernah, dengan kekuatannya sendiri, memuaskan standard kebenaran Allah yang sempurna. Tidak ada “kehidupan kekal” bagi orang yang berpikir bahwa mereka dapat memperolehnya dengan melakukan “perbuatan baik.”
24. Yesus juga berkata: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. … Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. … Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kamiidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?…Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri” (Yohanes 14:1,6,9-11).
25. Yesaya 53:1; Yohanes 12:28; Lukas 1:51; Lihat juga: Yesaya 40:10-11; 51:5; 52:10; 59:16; 63:5; Yeremia 32:17.
26. Allah memberikan kuasa kepada dua orang nabi (Elia dan Elisa) untuk membangkitkan orang mati tapi tidak ada nabi yang mengatakan bahwa ia adalah Sumber Kehidupan. Hanya Yesus yang bisa berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup.”
27. Sebelum Mesias datang ke dunia, Ia berada di surga. Ia ada di sana ketika Lucifer diusir keluar. Karena itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Lukas 10:18).