11 |
KEDATANGAN KEJAHATAN |
“Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya. Pujilah TUHAN, hai malaikat-malaikat-Nya ... dengan mendengarkan suara firman-Nya. Pujilah TUHAN, hai segala tentara-Nya ... yang melakukan kehendak-Nya. Pujilah TUHAN, hai segala buatan-Nya di segala tempat kekuasaan-Nya ...!” — Raja Daud (Mazmur 103:2, 20-22) |
Sebelum Allah menciptakan manusia, Dia menciptakan roh penghuni yang banyak jumlahnya yang disebut malaikat. Allah menciptakan mereka untuk kesukaan dan puja puji-Nya. Mereka adalah “tentara sorgawi-Nya” yang dirancang untuk mengenal, melayani, menikmati, dan memuja Sang Pencipta dan Pemilik selamanya. Allah tidak menciptakan malaikat seperti binatang yang bergerak hanya berdasarkan naluri. Seperti manusia, Allah juga memberi malaikat tanggung jawab moral untuk memilih sendiri apakah mereka mau mematuhi firman-Nya, melakukan kehendak-Nya, dan memuji nama-Nya atau tidak.
SALAH SATU YANG BERSINAR
Mahluk roh yang paling berkuasa dan diberi hak istimewa bernama Lucifer, yang berarti yang bersinar. 1 Malaikat yang bersinar ini digambarkan sebagai “kesempurnaan, penuh hikmat dan maha indah.” (Yehezkiel 28:12)
Walaupun Allah tidak mengungkapkan semua rinciannya, kita tahu bahwa melalui mahluk malaikat yang luar biasa inilah kejahatan dan ketidaksempurnaan pertama kali masuk ke dalam alam semesta.
Allah berkata kepada Lucifer,
“Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu! ... Engkau sombong karena kecantikanmu ... Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu:
‘Aku hendak naik ke langit, | |||||
‘Aku hendak naik ke langit, | |||||
Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, | |||||
Aku hendak duduk ... jauh di sebelah utara, | |||||
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, | |||||
Aku hendak menyamai Yang Maha Tinggi.’” | |||||
(Yehezkiel 28:15, 17; Yesaya 14:13-14) |
Lucifer tidak memuji dan mematuhi Allah tapi lima kali dia berkata, “Aku hendak!” Dia ingin “menyamai Yang Maha Tinggi.”
Dibutakan oleh keindahan dan kecerdasannya sendiri dan melupakan SIAPA yang memberinya segala yang dimilikinya, mahluk malaikat ini menipu dirinya sendiri dengan berpikir bahwa dia lebih bijaksana dari pada Allah. Dia ingin malaikat-malaikat memujanya, bukan Sang Pencipta yang lebih berharga untuk dipuja.
Lucifer juga membujuk sepertiga malaikat-malaikat surga untuk bergabung dalam pemberontakannya. 2
Yang bersinar berencana menjatuhkan kekuasaan Allah dan duduk dalam tahta surga.
Dosa telah memasuki alam semesta Allah.
APAKAH DOSA?
Kitab Suci menjelaskannya bagi kita.
- “Dosa ialah pelanggaran.” (1 Yohanes 3:4)
- “Semua kejahatan adalah dosa.” (1 Yohanes 5:17)
- Dosa adalah “tahu ... berbuat baik tetapi ... tidak melakukannya.” (Yakobus 4:17)
- Dosa menghasilkan “segala keinginan yang tamak.” (Roma 7:8 BIS)
- Dosa adalah "kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23)
“Kemuliaan Allah” mengacu pada kemurnian dan kesempurnaan tanpa cela Allah. “Kehilangan” berarti gagal mengenai “titik tengah” target kebaikan yang sempurna.
Dosa adalah kegagalan untuk hidup dalam keselarasan dengan sifat alami Allah yang kudus dan kehendak-Nya.
Dalam bentuk asli dosa adalah ketika mahluk yang kekal, baik malaikat maupun manusia, memilih untuk memegahkan dirinya sendiri dan mengambil “jalannya sendiri” (Yesaya 53:6) padahal seharusnya memuja dan mengikuti jalan Allah.
Berpikir dan bertindak terpisah dari Allah adalah dosa. Itulah jalan yang dipilih Lucifer dan malaikat-malaikat yang bersimpati kepadanya. Mereka tidak bergantung pada Sang Pencipta, tapi berbangga hati dan mengikuti jalan mereka sendiri.
“Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.” (Amsal 16:5)
Kekejian adalah kata yang kuat, yang berarti “obyek yang menjijikkan, tindakan yang dibenci, pencemaran atau pemujaan.” Allah membenci kesombongan diri sendiri. Itu adalah dosa.
Membiarkan dosa berdiam dalam keberadaan-Nya lebih memualkan Allah dari pada bangkai babi yang membusuk di rumahmu bagimu. Sebuah dosa tidak bisa diterima Allah sama seperti saya tidak mungkin menerima setetes racun dalam teh saya. Mengapa kita tidak bisa menerima bangkai busuk dalam rumah kita atau setetes racun dalam teh kita?
Hal-hal seperti itu berlawanan dengan sifat alami kita.
Dosa berlawanan dengan sifat alami Allah.
“Bukankah Engkau, ya TUHAN dari dahulu Allahku, Yang Maha kudus? ... Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman.” (Habakkuk 1:12-13)
SATAN, SETAN, DAN NERAKA
Karena Lucifer ingin mencuri kemuliaan Allah dan merebut wewenang-Nya, Allah mengusirnya dari tempatnya di surga tertinggi, bersama malaikat-malaikat yang berpihak kepadanya. Nama Lucifer diganti menjadi Satan, yang berarti “lawan.” Dia juga disebut iblis, yang berarti “penuduh”. Malaikat-malaikat yang jatuh dikenal sebagai setan-setan, yang berarti “yang mengetahu”.
Iblis dan setan-setannya mengenal siapa Allah dan mereka gemetar di hadapan-Nya tapi mereka melakukan segala hal untuk dapat mengalahkan-Nya.
Tapi mereka tidak akan menang.
Kitab Suci bernubuat bahwa pada hari yang telah ditentukan Satan dan setan-setannya akan dilempar kedalam “api yang kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Matius 25:41) “Api kekal” adalah tempat yang nyata dimana Allah akan selamanya mengurung semua yang tidak sesuai dengan sifat alami Allah yang kudus.
Salah satu kata dalam Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani yang digunakan untuk menggambarkan tempat penghukuman bagi mereka yang bergabung dengan Satan adalah “neraka”. 3 Kata ini secara harafiah berarti “tempat pembakaran sampah”.
Tidak jauh dari tempat saya dan istri saya membesarkan anak-anak kami di Senegal ada tempat pembakaran dimana orang-orang membuang sampah dan barang buangan mereka. Tempat pembakaran itu sering membara karena orang-orang yang tinggal didekatnya akan berusaha membakar sampah yang bau. Apapun yang dianggap tidak berharga akan dilemparkan kedalam api.
Neraka adalah “tempat pembakaran sampah” milik Allah dimana orang-orang yang sudah mati tubuhnya dan sudah mati dalam dosa sedang ditahan. Suatu hari nanti Satan, setan-setan, dan penghuni neraka akan dilemparkan kedalam tempat penghukuman terakhir yang disebut lautan api dan belerang. 4
Dosa tidak akan selamanya mencemari alam semesta Allah.
TUJUAN SATAN
Iblis dan setan-setan belum ada di lautan api. Sekarang mereka sedang bekerja di dunia kita. Kitab Suci menggambarkan Satan sebagai “penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (Efesus 2:2)
Perlu dipahami bahwa walaupun Satan berkuasa, dia tidak maha kuasa. Dia adalah mahluk ciptaan yang telah jatuh. Iblis bukan tandingan TUHAN. Satan disebut “ilah abad ini.” Tujuannya adalah mencegah manusia mengenal satu Allah yang benar dan mencegah manusia memenuhi tujuan yang telah Allah tentukan bagi mereka.
“Jika Injil yang kami beritakan [kabar baik keselamatan Allah] masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil.” (2 Korintus 4:3-4)
Apa tujuan Satan? Dia ingin membutakan pikiran manusia dan menjauhkan mereka sehingga mereka tidak mendengar dan tidak mempercayai pesan Allah. Dia berperang dengan Allah. Peperangan ini tidak akan dimenangkan Satan tapi dia melakukan segalanya untuk menjatuhkan manusia sebanyak-banyaknya. Dan dia berharap kamu termasuk didalamnya.
Karena Satan tahu Adam dan Hawa telah diciptakan bagi kemuliaan dan kesukaan Allah, dia berencana menghancurkan hubungan Allah dan manusia. Tentu saja TUHAN Allah yang “mengetahui rahasia hati”(Mazmur 44:21), mengetahui semua rencana iblis dan apa yang akan terjadi.
Allah mempunyai rencana sendiri.
SATU PERINTAH
Allah memberi manusia kebebasan memilih untuk mengasihi, memuja, dan mematuhi Sang Pencipta atau tidak. Kasih sejati tidak dapat dipaksakan atau diatur sebelumnya. Kasih melibatkan pikiran, hati, dan keinginan manusia. Memang benar Allah adalah Raja Tertinggi di alam semesta-Nya dan Dia juga memberikan tanggung jawab kepada manusia dalam mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang berdampak kekal.
Bahkan sebelum Allah menciptakan sang perempuan, Allah telah memberi perintah kepada sang laki-laki. Karena Adam akan menjadi kepala bagi umat manusia, Allah memberinya ujian.
“Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”(Kejadian 2:16-17)
Perhatikan perintah Allah yang sederhana. Adam boleh dengan bebas mengambil semua buah-buahan yang lezat dari semua pohon-pohon di taman, kecuali satu. Allah memberi tahu Adam apa yang akan terjadi jika dia melanggar. “Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Melewati batasan itu berarti melanggar, istilah lain dari dosa. Sama seperti dalam kasus Lucifer, pemberontakan manusia terhadap TUHAN alam semesta akan menghasilkan akibat yang kekal.
Walaupun manusia pertama itu sempurna, dia belum dewasa dengan sempurna. Melalui satu perintah ini, manusia diberi kesempatan untuk bertumbuh dalam hubungannya dengan Sang Pencipta. Allah ingin Adam memilih untuk mematuhi-Nya dari hati yang penuh rasa syukur dan kasih. Mengingat semua yang telah Allah lakukan baginya, pastilah akan cukup mudah.
Pikirkan! Allah telah memberikan tubuh, jiwa, dan roh kepada Adam. Dia telah memberkatinya dengan hak istimewa yaitu memiliki sifat alami Sang Pencipta yang kudus dan penuh kasih. Dia menempatkannya di dalam taman yang mulia dan menyediakan segala keuntungan yang bisa dibayangkan untuk membuat kehidupannya benar-benar penuh suka cita dan kepuasan. Allah juga memberinya kebebasan dan kapasitas untuk membuat pilihan yang bertanggung jawab. Dia memberikan seorang istri yang penuh kasih dan memberi mereka tanggung jawab untuk mengawasi dan memelihara bumi ciptaan-Nya. Yang terbaik adalah TUHAN sendiri yang datang ke taman untuk berjalan-jalan dan berbicara kepada Adam dan Hawa. Allah memberi mereka kesempatan untuk mengenal Sang Pencipta dan Pemilik. Sungguh dunia yang sempurna.
Kemudian, seekor ular muncul
“TENTULAH ALLAH BERFIRMAN?”
Kejadian yang paling tragis dan berakibat luas dalam sejarah manusia dicatat dalam Kitab Kejadian pasal tiga.
Suatu hari Adam dan Hawa sedang berada di dekat pohon terlarang, Satan muncul di hadapan mereka dalam bentuk seekor ular. Kita tahu bahwa ular itu Satan karena dalam Kitab Suci ular itu digambarkan sebagai “si ular tua yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia.” (Wahyu 12:9)
Seperti Allah yang mempunyai rencana bagi manusia, Satan juga.
“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu, ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’” (Kejadian 3:1)
Satan memilih untuk bicara kepada sang perempuan bukan kepada sang laki-laki. Apakah kamu baca hal pertama yang dia katakan kepada Hawa?
“Tentulah Allah berfirman ...?”
Satan ingin Hawa tidak mempercayai firman Allah. Dia ingin sang perempuan mempertanyakan kebijaksanaan dan wewenang Allah. Dia menantang Hawa untuk melawan Sang Pencipta seperti yang telah dilakukannya, Sang Lucifer. Sampai hari ini iblis melawan kebenaran karena kebenaran telah mempermalukan dan melucutinya. Seperti cahaya yang menghilangkan kegelapan, Firman Allah juga menghilangkan kebohongan Satan.
Satan juga menyerang karakter Allah dengan mendorong Hawa untuk meragukan kebaikan Allah.
“Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”
Satan mengubah firman Allah supaya seolah-olah Sang Pencipta yang baik hati, yang telah memberi manusia kehidupan dan hak untuk dengan bebas memakan semua jenis buah-buahan kecuali satu, ingin menjauhkan manusia dari kebaikan tertinggi.
“SEKALI-KALI KAMU TIDAK AKAN MATI!”
“Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-p;ohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’” (Kejadian 3:2-5)
Iblis bukan hanya ingin Hawa meragukan firman dan kebaikan Allah, dia juga ingin Hawa meragukan kebajikan Allah, seolah-olah Allah tidak benar-benar memberikan hukuman kematian jika Hawa mencicipi buah terlarang.
Allah telah dengan jelas menyatakan:
“Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati!” (Kejadian 2:17)
Satan menyangkalnya dengan berkata, “Kamu tidak akan mati!”
Metode dasar Satan tidak berubah. Dia terus merubah dan menyangkal pesan Allah. Dia ingin kita meragukan Firman, kebaikan, dan kebajikan Allah.
Satan ingin kita berpikir bahwa Sang Pencipta tidak dapat dipercaya, bahwa Dia bukanlah seperti yang dinyatakan-Nya.
IBLIS YANG SANGAT BERAGAMA
Iblis sangat suka agama. Karena itulah ada lebih dari sepuluh ribu agama di dunia ini. Perhatikan bagaimana Satan berpura-pura berbicara mengatasnamakan Allah dengan memberi tahu Hawa, “Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka.”
Satan senang menyamar menjadi Sang Maha Kuasa. Dia ahli menggabungkan kebenaran Allah dengan kebohongannya. Dia adalah ahli dalam menggabungkan hal-hal yang tidak mungkin, peniru, dan pemalsu. Sistem kepercayaan yang paling aneh di dunia ini pun mempunyai petunjuk kebenaran. Itulah yang membuat kepercayaan itu dapat dipercaya. Sekali lagi, pepatah dalam bahasa Arab menyatakannya dengan jelas: “Waspadalah! Para pembohong menyatakan kebenaran.”
Dalam usaha pertamanya untuk memulai agama palsu, Satan berkata kepada Hawa, “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kemudian Satan memberi tahu Hawa, “Kamu akan menjadi seperti Allah,” dia mengucapkan kebohongan, karena yang berdosa tidak menjadi seperti Allah tapi seperti Satan yang ingin merebut wewenang Allah. Tapi kemudian Satan berkata, “Kamu akan tahu tentang yang baik dan yang jahat,” dia mengatakan kebenaran tapi dia tidak memberi tahu manusia tentang kepahitan, penderitaan, dan kematian yang mengiringi pengetahuan itu.
Perhatikan Satan hanya menggunakan istilah umum Allah ketika dia berkata tentang TUHAN. Satan cukup senang jika kamu mempercayai satu Allah, selama kamu menganggap Allah itu berada di tempat yang jauh dan tidak bisa dikenal.
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar!” (Yakobus 2:19).
Si iblis dan setan-setannya menganut kepercayaan monoteis yang gemetar dihadapan Allah yang Maha Kuasa. Hal ini akan diungkapkan dengan kejelasan yang mengejutkan dalam beberapa bab selanjutnya. Satan dan malaikat-malaikatnya tahu bahwa hanya ada satu Allah yang benar dan mereka sangat membenci-Nya!
Mereka tidak mau kamu mengenal, mengasihi, memuja, dan mematuhi Sang Pencipta dan Pemilik.
PILIHAN
Saatnya telah tiba bagi Adam dan Hawa untuk memilih antara firman Allah yang penuh kasih atau perkataan musuh utama mereka.
Rumus kemenangan sudah jelas: Percayalah pada kebijaksanaan Sang Pencipta. Sangat sederhana! Yang harus dilakukan Adam dan Hawa adalah mengutip Firman yang diwahyukan Allah dan tanpa cela: “TUHAN Allah memerintahkan kami: ‘tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya.’ Kami tidak akan memakannya! Titik.”
Jika Adam dan Hawa berpegang teguh pada firman Allah yang tidak berubah, godaan tersebut akan hilang. Tapi mereka tidak melakukannya.
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.” (Kejadian 3:6)
Sang perempuan memakannya. Sang laki-lakipun memakannya.
Mereka tidak tunduk pada firman dan kehendak Sang Pencipta yang kudus dan penuh kasih tapi mereka tunduk pada musuh Allah. Mereka melanggar masuk ke dalam wilayah terlarang.
Ketika Adam mencoba buah terlarang itu, seketika itu pulalah akibatnya.
“Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi tahap TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” (Kejadian 3:7-8)
Perhatikan perubahannya. Mereka tidak bersukacita ketika Tuhan datang mengunjungi tapi mereka dipenuhi rasa takut dan malu.
Apa yang menyebabkan mahluk yang berhubungan dengan intim ini ingin lari dari Tuhan yang penuh kasih? Apa yang membuat mereka berpikir bahwa mereka bisa bersembunyi dari Sang Pencipta yang Maha Melihat? Mengapa orang tua pertama kita merasa perlu menutupi tubuh mereka dengan dedaunan?
Mereka telah berdosa.
1. “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur [Lucifer], putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” (Yesaya 14:12) Dalam ayat ini nama “Lucifer”, yang berarti “Pembawa Terang”, tidak ada dalam tulisan Ibrani. Ini adalah terjemahan Latin dari kata helel dalam bahasa Ibrani, yang berarti “yang bersinar.” Yesaya 14 dan Yehezkiel 28 menyediakan contoh hukum dengan tafsiran ganda. Di permukaan, ayat ini menunjuk pada raja-raja di dunia. Yesaya menunjuk “raja Babel,” dan Yehezkiel menulis tentang “penguasa Tire.” Tapi kedua ayat itu membuat pernyataan yang tidak bisa berlaku bagi manusia biasa. Ketika mempelajari dengan singkat ayat-ayat lain (Lukas 10:18; Ayub 1:6-12; Wahyu 12:10; 1 Petrus 5:8; dan lain-lain.), menjadi jelas bahwa ayat-ayat ini menjelaskan tentang kejatuhan Satan – penghasut dan yang mempengaruhi raja-raja jahat ini.
2. Wahyu 12:4
3. Matius 10:28; 23:33; Markus 9:43-48
4. Wahyu 20:10-15