3
DISELEWENGKAN ATAU DIJAGA?
“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu,
Tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”

— Nabi Yesaya (Yesaya 40:8)

E-mail berikut ini adalah kutipan pemikiran jutaan orang dari empat bagian dunia yang berbeda:

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Kami percaya Ayat-ayat ilahi tapi dalam bentuk yang asli.

 

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

>Jangan lupa kamu mempunyai perjanjian lama dan perjanjian baru yang kata-katanya sudah diubah. Dalam kitab suci Al-Quran kata-katanya sama sepanjang masa.

 

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Kitab Sucimu adalah kumpulan cerita yang diselewengkan, sudah ditulis kembali, ditambahi atau diedit dari bagian awal supaya cocok dengan keyakinanmu yang memuakkan.

 

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Saya menekankan bahwa Kitab Suci sudah diselewengkan sejak berabad-abad dan beribu -ribu tahun yang lalu dan sebagian besar dari Perjanjian Baru, kalau tidak mau disebut semuanya, adalah hasil bualan Nabi palsu bernama Paulus. Jadi, mengutip Kitab Suci kepada saya adalah tindakan yang sia-sia.

Apakah tuduhan tersebut benar? Apakah Allah yang tidak terbatas mengijinkan manusia yang terbatas untuk menyelewengkan dan memanipulasi Kitab Suci yang Dia ungkapkan kepada nabi-nabi-Nya dahulu kala?

UNGKAPAN PRIBADI BAGI UMAT MUSLIM

Disini saya ingin dengan hormat bicara langsung kepada pembaca yang beragama Muslim.

Seperti yang kamu ketahui Al-Qur’an telah dengan jelas menyatakan bahwa Ayat-ayat Kitab Suci - Taurat (Tawret), Mazmur (Zabur) dan Injil - diberikan oleh Allah sebagai petunjuk dan cahaya. (Sura 5:44-51) Al-Qur’an juga menyebutkan, “Kami [Allah] telah turunkan kepadamu [Muhammad] Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab [Kitab Suci] (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (Sura 5:48) Dan, “Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu, melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu, kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu [Kitab Suci], jika kamu tiada mengetahui.” (Sura 21:7) Al-Qur’an juga memperingkatkan: “orang-orang yang mendustakan Al Kitab dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah kami utus ... mereka dibakar dalam api.” (Sura 40:70-72)

Berulang-ulang 1 Al-Qur’an menyatakan bahwa kitab-kitab dalam Kitab Suci diwahyukan oleh Allah dan mereka yang menolaknya akan masuk neraka. Itu yang dikatakan Al-Qur’an.

Pernyataan-pernyataan dalam Al-Qur’an tersebut menciptakan dilema yang serius bagi umat Muslim dimanapun, karena Kitab Suci dan Al-Qur’an menyatakan dua pesan yang secara radikal berbeda mengenai karakter Allah dan tujuan dan rencana-Nya bagi manusia.

Karena itulah kebanyakan umat Muslim menyimpulkan bahwa Ayat-ayat dalam Kitab Suci sudah diselewengkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini membantu banyak orang memikirkan kesimpulan seperti itu.

PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG LEBIH DITUJUKAN KEPADA UMAT MUSLIM

  • Menurutmu apakah Allah mampu melindungi Kitab Suci-Nya sendiri?
  • Jika ya, apakah Dia mau melindunginya?
  • Jika kamu percaya bahwa Kitab Suci yang telah diwahyukan kepada para nabi telah diselewengkan:
  • Kapan diselewengkannya?
  • Dimana diselewengkannya?
  • Siapa yang menyelewengkannya? Jika menurutmu orang Kristen atau Yahudi yang menyelewengkan Kitab Suci, menurutmu mengapa mereka mau mengganggu kitab-kitab yang disucikan padahal banyak diantaranya yang rela mati untuk menjaganya? 2
  • Apa buktinya?
  • Mengapa Sang Maha Kuasa mengijinkan manusia yang terbatas menyelewengkan catatan dan wahyu-Nya bagi manusia?
  • Jika Allah mengijinkan manusia menyelewengkan kitab-kitab para nabi seperti Musa dan Daud, bagaimana kamu tahu kitab yang kamu percaya tidak mendapatkan penghinaan yang sama?

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan untuk membebani siapapun tapi karena adanya “tuduhan penyelewengan” yang dipercaya oleh banyak orang dan ada akibatnya yang kekal, ada satu pertanyaan lagi:

  • Menurutmu Ayat-ayat Kitab Suci diganggu sebelum atau sesudah Al-Qur’an dikirimkan?

Sebelum kamu terus membaca, ambil waktu sejenak untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan sebelum-atau-sesudah diatas. Kamu mungkin ingin mencatat jawabanmu.

SEBELUM?

Jika menurutmu tulisan-tulisan dalam Kitab Suci diubah sebelum Al-Qur’an ditulis - lalu mengapa Al-Qur’an menyatakan bahwa Ayat-ayat itu bukan sebagai tipuan tapi sebagai “petunjuk” bagi manusia dan bukan sebagai kegelapan tapi sebagai “cahaya”? Mengapa Al-Qur’an menyatakan, “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya?” (Sura 5:46-47) Dan mengapa Al-Qur’an menyatakan: “Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah?”(Sura 10:64)

Jika Ayat-ayat Kitab Suci dianggap tidak dapat dipercaya, mengapa Al-Qur’an memerintahkan:“Jika kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu?”(Sura 10:94) dan “bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar?” (Sura 3:93)

Sementara beberapa orang dituduh “memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab,” (Sura 3:78)  Kitab Suci sendiri tetap tidak diselewengkan dan tetap utuh.

SESUDAH?

Sebaliknya, jika kamu menganggap tulisan-tulisan Kitab Suci diselewengkan setelah Al-Qur’an ditulis - perlu ditunjukkan bahwa Kitab Suci yang beredar sekarang diterjemahkan dari naskah-naskah kuno yang mendahului keberadaan Al-Qur’an berabad-abad lamanya.

Ketika Al-Qur’an pertama kali dihafalkan, Kitab Suci sudah diedarkan di Eropa, Asia, dan Afrika dan sudah diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa Latin, Siria, Koptik, Gotik, Etiopia, dan Armenia. 3

Pikirkan hal ini. Bagaimana sekelompok manusia bisa menyisipkan “penyelewengan” kedalam buku yang sangat terkenal - buku yang diterjemahkan kedalam banyak bahasa, disalin ratusan ribu buah dan diedarkan ke seluruh dunia dengan cepat? Bayangkan usaha keras yang diperlukan untuk mengumpulkan cetakan berbahasa asli dan juga terjemahan-terjemahannya yang banyak - dan kemudian berusaha mengubahnya supaya semua terjemahannya yang ada sekarang tetap sama. Sungguh suatu tugas yang tidak mungkin.

Kesimpulannya sudah jelas:

  • Menyatakan bahwa Kitab Suci diselewengkan sebelum Al-Qur’an ditulis bertentangan dengan berlusin-lusin ayat Al-Qur’an. 4
  • Menyatakan bahwa Kitab Suci diselewengkan sesudah Al-Qur’an ditulis bertentangan dengan bukti sejarah dan bukti arkeologi yang didukung oleh ribuan naskah kuno.

Kesimpulan ini menghasilkan pertanyaan lain.

Dari mana datangnya ribuan naskah Kitab Suci dan terjemahannya berasal?

Dimana tulisan-tulisan asli-nya?

YANG ASLI DAN “TURUNAN”-NYA

Karena semua benda di dunia, termasuk buku, semakin pudar dan hancur, naskah asli (yang juga disebut autograf) Kitab Suci pun sudah tidak ada. Tapi di museum dan universitas di seluruh dunia terjaga dengan baik ribuan duplikat awal yang “diturunkan” dari aslinya yang ditulis oleh para nabi.

Semua dokumen Taurat, Injil, Sang Filsuf Aristoteles, Sang Ahli Sejarah Flavius Josephus maupun Al-Qur’an 5 yang asli sudah pudar dan hancur. Begitulah nasib buku-buku kuno. Hanya tersedia “turunan” aslinya.

Kebanyakan orang di Senegal percaya bahwa Kitab Suci sudah dipalsukan. Mereka tidak mempercayai Kitab Suci. Padahal mereka mempercayai griot. Griot adalah ahli sejarah lisan yang tugas utamanya adalah menghafal silsilah nenek moyang dan sejarah keluarga, kelompok dan desa secara lisan untuk diturunkan pada generasi berikutnya. Kemampuan griot dalam mempertahankan informasi keluarga secara rinci dan mengkomunikasikannya secara tepat sangatlah mengagumkan. Sebaik apapun seorang griot  dengan tepat dan rinci dalam menjalankan tugasnya, sedikit demi sedikit rincian dan informasi akan hilang seiring dengan berlalunya waktu. Menyimpan kebenaran tentang manusia dengan metode lisan tidak dapat mengalahkan ketepatan metode tulis.

Mengapa banyak orang cepat percaya pada kesaksian manusia tapi kurang percaya kesaksian tertulis Allah?

Apakah itu bijaksana?

“Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat ... barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah.” (1 Yohanes 5:9-10)

GULUNGAN NASKAH DAN AHLI KITAB

Kitab Suci ditulis jauh sebelum adanya kertas, percetakan dan komputer. Para nabi menulis Firman Allah pada gulungan naskah yang terbuat dari kulit hewan atau papirus. Gulungan naskah asli ini kemudian ditulis kembali oleh para ahli kitab. Ahli kitab adalah orang-orang profesional terhormat di jaman kuno yang bisa membaca, menulis, menyusun,dan membuat duplikat dokumen resmi. Beberapa ahli kitab menyalin tulisan Kitab Suci. Tujuannya adalah membuat duplikat dengan ketepatan yang sempurna. “Diakhir beberapa kitab, ahli kitab menuliskan jumlah total kata yang terdapat dalam buku tersebut dan memberi tahu kata mana yang tepat berada di bagian tengah, jadi ahli kitab berikutnya bisa menghitung dengan cara yang sama untuk memastikan mereka tidak menghilangkan satu hurufpun.” 6

Walaupun dengan penanganan yang sangat hati-hati tersebut, tetap terdapat beberapa perbedaan kecil dalam duplikat-duplikatnya: kata, frase atau paragraf yang hilang, atau penulisan angka yang salah. 7 Tapi tidak ada satupun kebenaran mendasar yang dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam naskah kuno tersebut.

Para cendekiawan tidak pernah mendapatkan kesulitan dengan adanya kesalahan kecil dalam menyalin catatan kuno, baik buku sekuler maupun tulisan suci. Bukti adanya perubahan-perubahan dalam tulisan-tulisan yang disalin dengan tulisan tangan menguatkan bahwa Kitab Suci tidak diganggu. Tidak seperti Al-Qur’an, dalam sejarah Kitab Suci tidak ada orang yang pernah berusaha membuat “duplikat yang sempurna” dan kemudian membakar naskah yang lain. 8

Allah sudah menjaga pesan-Nya bagi kita. Tapi bagaimana kita yakin bahwa Kitab Suci yang ada sekarang benar-benar sama dengan sabda-sabda yang ditulis oleh para nabi dan rasul?

GULUNGAN NASKAH LAUT MATI

Baru diketahui bahwa duplikat Kitab Perjanjian Lama yang paling tua (ditulis oleh para nabi antara tahun 1500 - 400 SM) bertanggalkan sekitar tahun 900 M. Karena adanya rentang waktu yang sangat panjang antara duplikat dengan yang asli, para kritik menyatakan bahwa karena tulisan-tulisan kuno itu telah dicatat berulang kali selama berabad-abad, sungguh mustahil untuk mengetahui apa yang benar-benar dicatat oleh para nabi. 9

Kemudian, Gulung Naskah Laut Mati ditemukan.

Tahun: 1947.

Tempat: Khirbet Qumran dekat Laut Mati.

Berita: Seorang anak gembala Bedouin sedang mencari kambingnya yang tersesat dan tanpa sengaja dia menemukan sebuah gua dan di dalamnya terdapat kendi-kendi keramik yang berisikan gulungan naskah kuno dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani.

Antara tahun 1947 dan 1956 lebih dari 225 naskah Kitab Suci telah ditemukan di sebelas gua. Para cendekiawan mencatat bahwa gulungan naskah tersebut ditulis antara tahun 250 SM dan 68 M. Hampir semua naskah tersebut berumur lebih dari 2.000 tahun. Sungguh temuan yang luar biasa!

Pada tahun 70 SM (pada saat Roma meratakan Yerusalem) gulungan naskah tersebut sudah disembunyikan di dalam gua-gua Qumran oleh sekelompok orang Yahudi yang dikenal sebagai Essen. Orang-orang tersebut memutuskan bahwa apapun yang terjadi terhadap mereka, catatan-catatan tersebut harus disisihkan untuk generasi berikutnya. Sementara orang-orang Yahudi dibunuh atau tersebar ke berbagai bangsa, Kitab Suci tetap disisihkan. Selama hampir 1.900 tahun perkamen papirus itu tetap tersembunyi dalam kendi-kendi keramik di daerah berudara kering di wilayah Laut Mati.

Ketika tersebar berita tentang penemuan dokumen-dokumen kuno tersebut, banyak orang berpikir bahwa akan terdapat banyak perbedaan-perbedaan penting dalam naskah-naskah terbaru yang berumur seribu tahun lebih muda itu. Mungkin dokumen-dokumen ini bisa memastikan pernyataan “Kitab Suci sudah diubah!”

Orang-orang yang skeptis harus kecewa karena hanya ditemukan beberapa perbedaan tidak penting dalam hal ejaan dan tata bahasa. Naskah-naskah kuno tersebut berisi kata-kata dan pesan yang sama dengan Kitab Suci yang ada sekarang.

Apa keputusan resmi dari para cendekiawan Gulungan Naskah Laut Merah tentang Kitab Suci yang sudah diganggu atau diselewengkan? “Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa tidak ada perubahan.” 10

BUKU YANG DIJAGA DENGAN SANGAT BAIK DALAM SEJARAH

Sedikitnya ada 24.000 naskah kuno Perjanjian Baru saja, termasuk 5.300 catatan dalam bahasa Yunani asli, 230 catatan bertanggalkan sebelum abad keenam. Hal ini menyatakan Perjanjian Baru merupakan catatan yang didokumentasikan dengan paling baik dalam sejarah.

Sebagai perbandingan, pikirkanlah catatan Sang Filsuf Yunani Aristoteles yang hidup antara tahun 384 sampai 322 SM. Aristoteles adalah salah satu pemikir yang sangat berpengaruh sepanjang masa. Tapi semua yang kita ketahui tentang filsuf ini dan pemikirannya hanya berasal dari sejumlah kecil naskah yang bertanggalkan paling awal pada tahun 1100 SM - rentang waktu 1.400 tahun dengan catatan aslinya. Tapi tidak ada seorangpun yang mempertanyakan keaslian pemikiran dan perkataan Aristoteles ataupun tentang penjagaannya.

Selain ribuan naskah-naskah Perjanjian Baru, para cendekiawan menemukan ribuan kutipan Perjanjian Baru dalam catatan yang bukan Kitab Suci, yang ditulis sebelum tahun 325 SM (tahun perkiraan naskah Perjanjian Baru lengkap tertua). Kutipan-kutipan tersebut sangat luas sehingga hampir keseluruhan Perjanjian Baru dapat disusun kembali hanya berdasarkan catatan-catatan itu saja. 11

Bukti-bukti menyatakan bahwa Perjanjian Baru merupakan tulisan antik yang dijaga dengan paling baik.

KITAB SUCI YANG BEDA?

Mungkin kamu pernah mendengar seseorang berkata, “Tapi ada begitu banyak Kitab Suci! Versi mana yang benar?”

Perlu dipahami perbedaan antara naskah Kitab Suci kuno dengan berbagai terjemahan naskah itu. Naskah itu dicatat ulang oleh ahli kitab - berabad-abad sebelum Al-Qur’an. Kitab Suci yang diterbitkan atau dicetak sekarang ini diterjemahkan dari tulisan kuno itu. 12 Baik keseluruhan ataupun sebagian, Kitab Suci sudah diterjemahkan dari bahasa aslinya (Ibrani, Aram, dan Yunani) kedalam lebih dari 2.400 bahasa yang berbeda.

Salah satu bahasa itu adalah bahasa Indonesia.

Kitab Suci tersedia dalam beberapa terjemahan bahasa Indonesia. Setiap terjemahan agak berbeda dalam hal pembacaannya, itulah yang terjadi ketika kata-kata diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain. Kata-kata yang dipakai oleh penerjemah bisa berlainan tapi jika diterjemahkan secara jujur, pesan dan artinya tetap sama.

Dalam buku ini Kitab Suci yang digunakan adalah Alkitab Terjemahan Baru. Tapi di beberapa bagian digunakan Alkitab Kabar Baik (BIS) yang kadang-kadang lebih mudah dimengerti.

Berikut ini contoh ayat yang sama dalam  dua terjemahan yang berbeda:

Alkitab Terjemahan Baru: “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:16)

Alkitab Kabar Baik (BIS): “Kalau kalian berpuasa, janganlah bermuka muram seperti orang yang suka berpura-pura. Mereka mengubah air mukanya supaya semua orang tahu bahwa mereka berpuasa. Ingatlah, itulah upah yang mereka sudah terima.” (Matius 6:16)

Walaupun kata-kata yang dipakai beda, tapi artinya tetap sama.

ALLAH LEBIH BESAR

Ironisnya, sepanjang hari mesjid-mesjid di seluruh dunia mengumandangkan sanggahan terbaik atas tuduhan bahwa Firman Allah tertulis telah diselewengkan.

Saya mendengarnya tadi pagi:

“Alla-hu Akbar! Allaaaaa-hu Akbar!”

(Allah lebih besar! Allah lebih besar!)

Ya, Allah lebih besar - lebih besar dari pada manusia dan lebih lama dari waktu beribu-ribu tahun. Allah yang benar dan hidup telah menjaga pesan-Nya bagi setiap generasi untuk menjadi berkat bagi semua bangsa dan demi reputasi-Nya sendiri,

Allah bukan hanya Pencipta dan Penopang dunia-Nya; Dia juga Pengarang dan Penjaga Firman-Nya.

“Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.” (Mazmur 119:89)

RINTANGAN YANG TIADA AKHIR

Memang enak jika semua orang yang bersiap melakukan penjelajahan telah berhasil mengatasi masalah yang menghalangi mereka untuk mendengarkan Firman Allah. Tapi pengalaman membuktikan kebalikkannya. Bagi kebanyakan orang, akan selalu ada rintangan yang lebih banyak dalam jalan kebenaran. 13 Baru-baru ini saya menerima e-mail:

Subject: Tanggapan Dari E-Mail

Terima kasih untuk jawabanmu. Saya ingat Allah pernah berkata: “Kita akan membuat manusia dalam rupa Kita.” Saya selalu bertanya-tanya siapakah ‘kita’. Bukankah ada banyak versi Kitab Suci? Yang mana yang benar? Bukankah ada terlalu banyak agama? Apakah Menara Kembar New York akan tetap ada jika tidak ada agama? Bukankah kekristenan bertanggung jawab atas banyaknya kematian? Dan mengapa kamu yakin dengan apa yang kamu percayai? Mengapa, mengapa, mengapa, mengapa? Kita bisa terus menerus menanyakan mitos dan menemukan jawabannya seperti yang dilakukan para pengkhotbah supaya uang terus mengalir. Dan siapa yang menciptakan Allah? Saya lupa. Terima kasih.

Kitab Allah memang memberikan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan diatas tapi bagi mereka yang ingin mengetahui kebenaran yang kekal harus berhenti berpusat pada pertanyaan mengapa seperti yang dituliskan dalam e-mail diatas dan mulai merefleksikan Firman Allah.

ALASAN SEBENARNYA MENGAPA MANUSIA MENOLAK KITAB SUCI

Kitab Suci mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa manusia menolak kebenaran Allah.

Ada tiga hal, yaitu:

1. HATI YANG BEBAL

Beberapa orang tidak pernah mau merenungkan Kitab Suci hanya karena mereka tidak mau mengenal Sang Pencipta.

Dalam menilai hati manusia (jiwa) Kitab Suci menyatakan: Orang bebal ...TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng ....”(Mazmur 14:1-3)

Penolakan manusia akan Kitab Suci tidak ada hubungannya dengan Ayat yang diselewengkan; tapi berhubungan dengan hati yang bebal.

Raja Salomo menulis: “Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyakdalih.”(Pengkhotbah 7:29)  Jika tergantung pada kecenderungan sifat alami, kita akan memilih jalan kita sendiri, menggunakan skema kita sendiri dan hidup mati dalam agama orang tua kita. Kita akan mencari alasan untuk tidak mengenal Allah. Tidak lama setelah kita mulai menjelajahi Kitab Suci, kita akan menemukan alasan mengapa kita seperti itu. Untuk sementara, ketahuilah bahwa untuk alasan yang baik Kitab Allah berulang kali mengingatkan: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Matius 13:9) 14

2. KEKHAWATIRAN DAN KEKAYAAN

Banyak orang yang gagal mengerti Pesan Allah karena mereka hanya berfokus pada waktu sekarang. “Kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.” (Matius 13:22)

Yesus orang Nazaret bercerita tentang seorang pria kaya yang sepanjang hidupnya tidak mempedulikan Ayat-ayat yang ditulis para nabi. Mungkin orang ini mencoba menenangkan hati nuraninya dengan menyatakan bahwa Ayat-ayat itu tidak dapat dipercaya. Akhirnya, manusia itu pun mati dan mendapatkan dirinya di neraka. Untuk memperingatkan orang-orang yang belum mati, Allah mengijinkan orang itu untuk berbicara sebentar dengan Nabi Abraham yang ada di Taman Firdaus. Sang pria meminta setetes air untuk menyegarkan lidahnya tapi dia tidak mendapatkannya. Ketika pria ini menyadari bahwa dia tidak akan mempunyai harapan selamanya, dia memohon Abraham untuk mengirimkan seseorang yang bangkit dari kematian untuk memperingatkan kelima saudaranya yang masih hidup, “agar mereka jangan masuk kelak ke dalam penderitaan ini!”

Jawaban Abraham sudah jelas.

“Tetapi kata Abraham: ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.’

Jawab orang itu: ‘Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.’

Kata Abraham kepadanya: ‘Jika mereka tidak mendengar kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’” (Lukas 16:27-31)

Allah sudah menyatakan bahwa Firman-Nya yang tertulis adalah bukti kebenaran yang menguatkan bukan tanda ajaib atau mujizat. Allah sudah menyediakan dan menjaga Ayat-ayat yang ditulis para nabi-Nya bagi kita dan Dia ingin kita “mendengarnya.”

3. TAKUT KEPADA MANUSIA

Ada orang yang tidak mau mempelajari Kitab Suci karena mereka takut akan reaksi orang lain.

Seorang tetangga berkata kepada saya, “Kalau bukan demi keluarga saya, saya akan membaca Kitab Suci!” Padahal Kitab Suci berkata, Takut kepada manusia mendatangkan jerat tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.” (Amsal 29:25)

Bagaimana denganmu? Apakah kamu takut apa yang akan dipikirkan, dikatakan atau dilakukan keluarga dan teman-temanmu jika mereka melihat kamu membaca tulisan-tulisan para nabi yang mereka hormati?

Janganlah takut. “Siapa yang percaya kepada TUHAN, dilindungi.”

Dari sudut pandang Allah tidak ada alasan kuat untuk tidak mempedulikan pesan-pesan-Nya.


1. Contoh-contoh lain dalam Al-Qur’an yang memberi tahu umat Muslim bahwa Ayat-ayat dalam Kitab Suci diwahyukan oleh Allah: Sura 2:87-91, 101,136, 285; 3:3-4; 4:47,54,136,163; 5:43-48,68; 6:92; 10:94; 20:133; 21:105; 28:43; 29:46; 32:23; 40:53-54,70-72; 45:16; 46:12; 57:27, dan lain-lain.

2. Selama berabad-abad Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama sudah dijaga dengan penuh kewaspadaan oleh kelompok agama Yahudi. Bayangkan. Apakah mereka akan membiarkan siapapun mengubah Kitab Suci mereka padahal mereka bersedia mati membela Kitab Sucinya? Tidak ada kasus lain dalam sejarah dimana satu kelompok agama (Kristen) mendasarkan imannya pada kitab (Perjanjian Lama) yang dihormati dan dijaga oleh kelompok agama lain (Yahudi Ortodoks). Bukankah kenyataan ini saja bisa membuktikan bahwa tidak ada yang bisa mengubah Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama?

3. Metzger, Bruce M. and Michael D. Coogan. The Oxford Companion to the Bible. NY: Oxford University Press, 1993, hal. 754.

4. Lihat catatan akhir nomor 37.

5. Kita belum mempunyai dokumen Al-Qur’an atau Islami yang sudah dibuktikan sebelum tahun 750 M (100 tahun setelah kematian Muhammad). http://debate.org.uk/topics/history/bib-qur/qurmanu.htm

6. Metzger and Coogan, hal. 683.

7. Dalam naskah kuno ada satu contoh perbedaan yang jelas. Dalam Perjanjian Lama kitab 2 Raja-raja, kita membaca: “Yoyakhin berumur delapan belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem..” (2 Raja-raja 24:8) Tapi dalam kitab 2 Tawarikh disebutkan: “Yoyakhin berumur delapan tahun ketika dia mulai menjadi raja” (2 Tawarikh 36:9 MILT - Modified Indonesian Literal Translation – www.alkitab.mobi/milt/) Bagaimana cara menjelaskan perbedaan tersebut? Beberapa cendekiawan mengatakan bahwa ketika Yoyakhin berumur 8 tahun ayahnya membawanya kedalam kemitraan dalam pemerintahan dan ketika dia berumur 18 tahun dia mulai memerintah seiring dengan kematian ayahnya, yang mungkin saja terjadi. Tapi penjelasan yang lebih memungkinkan adalah bahwa perbedaan angka ini hanyalah hasil kesalahan penulisan oleh ahli kitab di abad awal yang menulis angka “8” padahal seharusnya “18.” Jika seperti itu kenyataannya, angka yang salah itu akan terus ditulis seperti itu dalam semua naskah yang “diturunkan” dari salinan yang ditulis oleh ahli kitab. Apapun yang terjadi, perbedaan seperti itu tidak mempengaruhi atau mengubah pesan Allah bagi kita. Seringkali, dengan banyaknya naskah Kitab Suci kuno yang tersedia, para cendekiawan dapat menentukan terjemahan yang tepat dengan membandingkan beberapa tulisan.

8. Di dalam tulisan Hadith dicatat: “Kemudian Uthman menyuruh Zaid bin Thabit, ‘Abdullah bin Az-Zubair, Sa’id bin Al-’As dan ‘Abdur Rahman bin Hari-bin Hisham untuk menulis ulang naskah dalam salinan yang sempurna. Mereka melakukannya dan setelah banyak salinan dibuat, Uthman mengembalikan naskah asli kepada Hafsa. Uthman mengirim satu naskah salinan yang baru dibuat ke setiap provinsi Muslim dan kemudian dia menyuruh semua bahan dari Al-Qur’an lain, entah itu naskah yang lengkap atau sebagian, dibakar.” (Hadith, Sahih Bukhari, VI, No. 510) (Hadith [“Ungkapan”] adalah tulisan kuno yang ditulis oleh istri-istri dan kenalan-kenalan Muhammad. Umat Muslim mendasarkan kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan mereka menurut Hadith.)

9. Bahkan sebelum diketemukannya Gulungan Naskah Laut Mati, yang membuktikan bahwa Kitab Suci tidak berubah, seseorang hanya perlu membandingkan Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang ada sekarang ini dengan Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani yang sudah diselesaikan pada tahun 270 SM) Septuaginta membuktikan pernyataan bahwa Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama tidak diselewengkan dan dijaga.

10. Abegg, Martin Jr., Peter Flint and Eugene Ulrich. The Dead Sea Scrolls Bible. San Francisco: Harper, 1999, hal. xvi.

11. McDowell, Josh. A Ready Defense. Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1993, hal. 42-48. www.debate.org.uk/topics/history/bib-qur/bibmanu.htm

12. Ayat-ayat dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dari tulisan-tulisan utama berbahasa Yunani (Tulisan Mayoritas, Textus Receptus, Tulisan Alexandria). Ketika perbedaan-perbedaan “penting” terdapat dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, kebanyakan terjemahan Kitab Suci mencantumkan tulisan di bagian samping yang menunjukkan perbedaan tersebut. Ayat terpanjang yang dipertanyakan adalah Markus 16:9-20 dan Yohanes 7:53–8:11, masing-masing berisi 12 ayat. Ayat-ayat ini tidak ada dalam beberapa naskah tertua yang berhasil diselamatkan (Tulisan Alexandria), tapi ayat-ayat ini ditemukan dalam ratusan naskah lain (Tulisan Majority). Ingatlah bahwa yang lebih tua tidak selalu berarti yang lebih tepat karena bermacam-macam tulisan diturunkan dari bermacam-macam salinan kuno. Mungkin penyalin sedang teralihkan pikirannya sehingga dia tanpa sengaja menghilangkan beberapa bagian. Apapun yang terjadi, semua kebenaran yang diajarkan dalam ayat-ayat yang hilang ini diajarkan juga di bagian lain dalam Kitab Suci. Pesan Allah tetap tidak terpengaruh. Apakah bijaksana menolak pesan Allah karena beberapa salinan kuno telah menghilangkan beberapa bagian – bagian yang tidak mengubah pesan Allah sama sekali?

13. Dalam beberapa dekade terakhir buku-buku sudah diterbitkan dan film-film sudah dibuat yang diperkirakan akan menyebabkan keraguan pada Kitab Suci. Beberapa kritikus Kitab Suci menunjukkan hal yang bertolak belakang dengan “injil cadangan” itu. “Kitab Injil cadangan” itu dibuat lama setelah jaman Mesias dan tidak diteguhkan dengan bukti sejarah.

14. Pernyataan ini juga terdapat dalam Matius 11:15; 13:43; Markus 4:9,23; 7:16; Lukas 8:8; 14:35; Wahyu 2:7,11,29; 3:6,13,22;13:9.