2 |
MENGATASI RINTANGAN |
“Sebelum kamu menyadarinya, ketidakpedulian akan membunuhmu.” — Peribahasa Wolof |
Hampir tiga ribu tahun yang lalu Allah berkata, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah.” (Hosea 4:6) Sampai hari ini kebanyakan orang, termasuk mereka yang mempunyai gelar sarjana, hidup dan mati dengan tidak peduli pada apa yang sudah ditulis oleh para nabi dalam Kitab Suci.
Dengan menilai keantikan dan pengaruh Kitab Suci, dapatkah seseorang bisa benar-benar disebut “berpendidikan” jika dia tidak mengerti apa yang Kitab Suci katakan?
Populasi dunia sudah menghasilkan ribuan agama dan sudah pula menghasilkan ribuan alasan untuk tidak peduli pada Kitab Suci. Dalam bab ini dan bab selanjutnya kita akan mengulas sepuluh alasan tersebut. Dan saat kita memulai perjalanan, kita akan menemukan dan mengatasi rintangan-rintangan lain yang lebih banyak.
SEPULUH “ALASAN” MENGAPA ORANG MENOLAK KITAB SUCI:
1. “MITOS”
Banyak bangsa di Barat dan Eropa yang menyatakan bahwa Kitab Suci hanyalah kumpulan mitos menarik dan ungkapan indah yang diciptakan manusia. Banyak yang berpegang pada pendapat ini tanpa pernah secara objektif meneliti Kitab Suci.
Dalam sebuah karya klasik fiksi karangan Sir Arthur Conan Doyle, The Celebrated Cases of Sherlock Holmes, rekan sang detektif, Dr. Watson menanyai Holmes tentang sebuah kasus kriminal:
“Apa kesimpulanmu?”
“Saya belum punya cukup data, “ jawab Holmes. “Membuat teori sebelum mempunyai cukup data merupakan kesalahan yang fatal. Tanpa sadar seseorang akan mulai membalikkan fakta untuk mendukung teori dan bukannya teori mendukung fakta.“ 1
Banyak orang melakukan “kesalahan fatal” terhadap Kitab Suci. Mereka menarik kesimpulan tanpa data yang cukup dan membalikkan fakta untuk mendukung teori yang tidak akan mengganggu pandangan hidup dan gaya hidup mereka.
2. “TERLALU BANYAK TAFSIRAN”
Beberapa orang tidak membaca Kitab Suci karena mereka mendengar satu kelompok berkata, ”Kitab Suci mengatakan ini!” dan kelompok lain membantah, “Tidak, bukan itu yang dimaksud! Maksudnya adalah ini!” Tidaklah aneh kalau ada anggapan bahwa Kitab Suci itu sulit dimengerti.
Kitab Suci membebaskan adanya pandangan yang berbeda dalam beberapa aspek kehidupan tertentu, 2 tapi tidak boleh ada tafsiran yang berbeda jika menyangkut hal yang berakibat abadi. Kitab dan pesan Allah dapat dimengerti jika kita mengamati apa yang dikatakannya.
Sang legendaris Sherlock Holmes berkata kepada Watson, “Kamu melihat tapi kamu tidak mengamati. Perbedaannya jelas. Misalnya, apakah kamu sudah sering melihat tangga yang mengarah dari pintu depan ke ruangan ini?”
“Sering.”
“Seberapa sering?” tanya Holmes.
“Beberapa ratus kali,” jawab Watson.
“Kalau begitu, ada berapa anak tangga?”
“Berapa banyak! Saya tidak tahu.”
“Begitu yah! Kalau begitu kamu tidak mengamati! Tapi kamu sudah melihat. Itulah maksud saya. Saya tahu ada tujuh belas anak tangga karena saya sudah melihat dan mengamatinya.” 3
Sama halnya dengan banyak orang melihat berbagai macam pernyataan dalam Kitab Suci tapi hanya sedikit yang mengamati maksud sebenarnya. Karena itu tidaklah aneh JIKA orang menghasilkan tafsiran yang berbeda-beda.
Berikut ini pertanyaan yang menjelaskan: Apakah saya ingin mengerti pesan Allah? Apakah saya sudah siap mencari kebenaran Allah dengan hasrat dan ketelitian yang sama seperti ketika saya mencari harta karun? Raja Salomo menulis: “Jika engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan ... mendapat pengenalan akan Allah.” (Amsal 2:3-5)
3. “ORANG-ORANG KRISTEN”
Banyak orang menolak Kitab Suci karena kejahatan yang dilakukan orang-orang yang menyatakan dirinya mengikuti Kitab Suci. “Bagaimana dengan Perang Salib dimana ‘orang bukan Kristen’ dibantai atas nama salib?” tanya mereka. “Bagaimana dengan pengadilan Gereja Katolik Roma yang dibentuk untuk menemukan penyimpangan agama? Bagaimana dengan ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang jaman sekarang yang menyatakan dirinya percaya pada Kitab Suci?” Yang sebenarnya adalah setiap orang, yang menyandang nama Kristen (yang berarti Seperti Kristus) tapi gagal memperlihatkan kasih dan belas kasih Kristus, menjadi bukti hidup yang bertolak belakang dengan apa yang dicontohkan dan diajarkan Kristus Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:43-44)
Yang lain bertanya, “Bagaimana dengan orang Kristen yang menjalani hidup dalam ketidakjujuran, mabuk-mabukkan, dan bermoral rendah?” Sekali lagi, orang yang hidup dengan moralitas yang tidak bersih telah menjalani kehidupan dengan tidak patuh pada Kitab Suci yang menyatakan: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan.” (1 Korintus 6:9-11) “Dibenarkan” berarti “dinyatakan layak."Disaat kita menjelajahi Kitab Suci nanti, kita akan menemukan bagaimana pendosa dapat diampuni dan dinyatakan layak oleh Allah.
Tapi masih ada juga yang bertanya, “Tapi bagaimana dengan orang Kristen yang menyembah berhala dan berdoa kepada Maria dan para orang kudus?” Singkat kata, mereka mengikuti tradisi gereja mereka dan tidak mengikuti ajaran Firman Allah yang menyatakan: “Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah Tuhan, Allahmu.” (Imamat 26:1) Menyembah berhala, memuja kewenangan manusia diatas kewenangan Allah, berdoa secara mekanis tanpa mengenal satu-satunya Allah merupakan bentuk-bentuk penyembahan berhala. Banyak orang bingung karena mereka menyamakan Kristen denganKatolik. Nyatanya adalah tidak sama. Kristen dan Protestan juga beda. Jika keluar masuk gedung gereja membuat seseorang menjadi Kristen, maka tidak akan jauh berbeda dengan orang yang menjadi seekor kuda karena keluar masuk istal.
4. “ORANG MUNAFIK”
Alasan lain tidak membaca Kitab Suci adalah “karena orang-orang munafik.” Sayangnya, banyak orang, yang menyatakan percaya pada Kitab Suci, mengucapkan hal yang berbeda dari yang dilakukannya. Mereka memutarbalikkan pesan Kitab Suci dan menggunakan nama Allah bagi kepentingan mereka sendiri. Banyak pengkhotbah terlihat memanjakan diri sendiri dan tidak bermoral. Beberapa menyatakan bahwa jika kamu memberi mereka uang, kamu akan diberkati dengan kesehatan dan kekayaan! Kitab Suci memperlihatkan bahwa penipu semacam itu adalah “percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.Jauhilah mereka itu.” (1 Timotius 6:5; 2 Timotius 3:5)
Di jaman-Nya Yesus berkata kepada para pemimpin agama yang dangkal:
“Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:7-9)
Dan kepada murid-murid-Nya Yesus berkata,
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” (Matius 6:5)
Karena setiap kita melakukan beberapa bentuk kemunafikan (berpura-pura tidak menjadi diri sendiri), apakah kita akan membiarkan orang munafik lain mencegah kita mengenal Pencipta kita dan mencegah Firman-Nya yang benar mengubah kita menjadi orang-orang yang diinginkan-Nya?
5. “RASIS”
Beberapa orang menolak Kitab Suci karena menurut mereka Kitab Suci lebih memihak sekelompok orang tertentu. Sementara kebanyakan dari kita harus memohon pengampunan karena telah berlaku rasis atau etnosentris (lebih menyukai kelompok etnik sendiri), Kitab Suci menyatakan dengan jelas: “Allah tidak membedakan orang.” (Kisah Para Rasul 10:34)
Misalnya, apakah kamu tahu Nabi Musa menikahi seorang perempuan Etiopia? 4 Apakah kamu sudah membaca cerita tentang bagaimana Allah, melalui Nabi Elisa, menyembuhkan Panglima pasukan Siria dari penyakit lepra karena dia merendahkan dirinya di hadapan Allah? 5 Atau cerita tentang Allah yang memerintah Nabi Yunus yang adalah seorang Yahudi untuk menyatakan pesan pertobatan dan keselamatan ke kota Niniwe (Irak)? Yunus membenci orang Niniwe dan ingin Allah menghancurkan mereka tapi Allah mengasihi orang Niniwe dan mengampuni mereka. 6 Apakah kamu tahu peran penting Persia (Iran) dalam cerita bagaimana Allah menyediakan keselamatan bagi dunia? 7 Apakah kamu sudah mempertimbangkan penjelasan Yesus yang menakjubkan dimana Dia menceritakan pesan tentang kehidupan kekal kepada seorang wanita Samaria yang berdosa - walau orang Yahudi menolak orang Samaria dan menganggap mereka sebagai “orang yang berdosa?" 8
Dunia kita terjangkiti rasisme tapi Pencipta kita tidak. Di mata-Nya hanya ada satu ras - umat manusia.
“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsadan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia... walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada.” (Kisah Para Rasul 17:24-28)
Pernyataan tentang Allah telah menciptakan semua manusia “dari satu orang” telah dipastikan oleh ilmu pengetahuan modern yang menyatakan: “Kemiripan antar kode genetis atau genom manusia di seluruh dunia adalah 99,9%. Presentase sisanya adalah DNA yang bertanggung jawab atas perbedaan setiap individu - warna mata atau resiko terjangkit penyakit, misalnya.” 9
Sang Pencipta dan Pemilik “langit dan bumi” yang “tidak jauh dari kita masing-masing” mempedulikan setiap kamu dan saya dan Dia mau supaya kita “mencari Dia” dan mengerti pesan-Nya. Dia sudah mengatur setiap rincian kelahiran kita. Dia mengasihi semua orang dari setiap bangsa, bahasa, budaya, dan warna serta mengundang mereka untuk memanggil nama-Nya dengan bahasa hati mereka.
6. “ALLAH YANG ADA DALAM KITAB SUCI MENYETUJUI PEMBUNUHAN”
E-mailini datang dari seorang ateis (atau dia lebih suka disebut humanis sekuler):
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Kitab Suci berkata, “Aku, Tuhan, adalah Allah yang penuh dengan belas kasihan yang tidak mudah marah dan yang memperlihatkan kasih dan kesetiaan yang besar.” Sungguh kata-kata yang manis untuk memuji diri sendiri tapi kata-katanya tidak sebanding dengan perbuatannya. Allah sepertinya tidak begitu penuh kasih ketika dia mengijinkan hampir seperempat juta orang mati pada bulan Desember 2004 di Asia Tenggara akibat tsunami... Dalam cerita bangsa Israel masuk ke Kanaan, Allah yang ada dalam Kitab Suci menyetujui pembunuhan atas laki-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi yang tidak berdosa dan hidup dalam damai. Mengapa saya, yang hanya manusia biasa, mempunyai belas kasih yang lebih besar daripada dia yang disebut "pencipta"? Saya tidak akan pernah mengijinkan adanya perseteruan, kebencian, perang, pembunuhan, malapetaka, kemiskinan, kelaparan, sakit penyakit, duka, dan kesedihan yang mengambil alih planet kita ini jika saya mempunyai kuasa untuk mencegahnya. Saya akan menghentikannya sekarang juga hanya dengan menjentikkan jari! |
Banyak yang bertanya, “Jika Allah baik dan berkuasa, mengapa Dia tidak menghentikan yang jahat?” Ada juga yang bertanya, “Jika Allah baik dan berkuasa, mengapa Dia tidak menghentikan saya ketika saya melakukan perbuatan jahat?” Kita ingin Allah menghukum kejahatan tapi kita tidak ingin Dia menghukum kita.
Melihat ketidakkonsistenan ini, kami mengakui bahwa teman kita yang humanis ini telah memberikan tantangan yang berat. Tidak ada jawaban yang sederhana tapi ada jawaban yang memuaskan. Disaat kita menjelajahi Kitab Suci nanti, disaat kita mengenal karakter Allah dan konsekuensi dosa yang melebar kemana-mana, jawaban Allah akan menjadi jelas. Sementara ini ada tiga prinsip untuk mencegah kita menghakimi Pencipta kita karena Dia telah mengijinkan dan bahkan menjalankan bencana yang telah merenggut nyawa laki-laki, perempuan, anak-anak, dan bayi:
1) Manusia hanya melihat sebagian tapi Allah melihat keseluruhan.
Yang disebut orang sebagai tragedi “tidak adil” dimana korban “tak berdosa” mati “sebelum waktunya," Allah melihat dari sudut pandang keabadian. Dia menyatakan bahwa keberadaan manusia yang sementara di bumi ini hanyalah bagian awal dari kejadian utamanya. 10 Kehidupan lebih rumit daripada yang terlihat. Misalnya, bayangkan janin yang ada dalam kandungan ibunya. Jika dia sanggup berakal, dia mungkin akan bertanya kepada Allah - berdasarkan pandangannya yang terbatas: “Apa yang sudah dilakukan saya dan bayi-bayi yang belum dilahirkan lainnya sehingga kami harus terkurung dalam kantong embrio ini? Kami mendengar anak-anak tertawa dan bermain di luar sana sedangkan kami terkurung dalam dunia air yang gelap ini! Tidak adil! Mengapa saya, yang hanya sebuah janin, mempunyai belas kasih yang lebih besar daripada sang Pencipta?”
Sudah jelas bayi-bayi yang belum lahir tidak akan menantang Pencipta mereka seperti ini, tapi orang dewasa melakukannya. “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “Mengapakah engkau membentuk aku demikian?”(Roma 9:20)
2) Apa yang salah bagi manusia, tidak selalu salah bagi Allah.
Sebagai Sumber dan Penjaga kehidupan, Dia juga mempunyai hak untuk mengakhirinya. Nabi Ayub, yang kehilangan semua harta bendanya dan kesepuluh anaknya dalam bencana yang berurutan, menyatakan: “‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” (Ayub 1:21-22)
Perjalanan kita selanjutnya akan memperlihatkan apa yang ada di balik layar dari rancangan Allah yang aneh tapi bijaksana. 11 Kita akan bertemu dengan Penguasa alam semesta yang Agung yang tidak memaksa manusia untuk mengasihi dan mematuhi-Nya. Kita juga akan menemukan mengapa dunia sekarang dalam keadaan yang menyedihkan.
3) Pada akhirnya Allah akan menjalankan keadilan yang sempurna bagi semua orang.
Disaat kita berusaha untuk mengerti kejadian di masa lalu dan sekarang, ingatlah bahwa sang Pencipta manusia mempunyai semua data setiap jiwa, sedangkan kita tidak. Allah bekerja, bukan berdasarkan standard moral kita, tapi berdasarkan standard moral-Nya. Kita tidak memberitahu-Nya apa yang benar dan salah; tapi Dia yang memberitahu kita. Walaupun Allah mengijinkan manusia untuk mengambil pilihan yang salah yang dapat berpengaruh buruk atas orang lain, Dia tidak mengabaikan kejahatan. Hari Penghakiman sudah dekat ketika Allah akan menghakimi setiap laki-laki, perempuan, dan anak-anak berdasarkan standard kelayakan-Nya. Batasan kasih dan keadilan-Nya sudah pasti. 12 “Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”(Yesaya 30:18)
Jika kamu, seperti para koresponden e-mail, menganggap diri mempunyai “belas kasih yang lebih besar daripada Pencipta[mu],” teruslah membaca buku ini. Allah mengungkapkan rahasia-Nya kepada mereka yang cukup rendah hati dan sabar untuk mendengar-Nya.
“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya...” (Ulangan 29:29)
7. “KITAB ALLAH TIDAK AKAN MENULIS TENTANG...”
Beberapa orang membuat pernyataan pembenaran diri ketika melepaskan Kitab Suci dengan berkata, “Jika Kitab Suci terinspirasi oleh Allah, didalamnya tidak akan ada cerita yang memuakkan tentang orang-orang yang melakukan perzinahan, hubungan percintaan saudara sekandung, pemusnahan suatu bangsa, pengkhianatan, penyembahan berhala, dan sejenisnya.” Berdasarkan konsep mereka tentang inspirasi dan wahyu, Kitab Allah seharusnya hanya berisi perkataan-perkataan langsung dari Allah.
Tapi karena Kitab Suci dimaksudkan untuk memperkenalkan manusia kepada Penciptanya dan sejarah-Nya, apakah mengejutkan jika Kitab Suci mencatat tidak hanya perkataan dan perbuatan Allah tapi juga tentang dosa dan kekurangan manusia? Apakah Allah tidak berhak mengungkapkan kemuliaan, kesucian, keadilan, pengampunan, dan kesetiaan-Nya dibalik kegagalan manusia? Apakah kita pantas mendikte Sang Maha Agung tentang apa yang boleh dan tidak boleh Dia ungkapkan tentang diri-Nya dan pesan-Nya?
“Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: ‘Bukan dia yang membuat aku;’ dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya, ‘Ia tidak tahu apa-apa?’” (Yesaya 29:16)
Kitab Suci mencatat banyak kejadian sejarah yang Allah ijinkan tapi tidak disetujui-Nya. Allah yang benar dan hidup suka mengubah keadaan yang buruk menjadi sesuatu yang baik. Mungkin kamu pernah membaca cerita tentang Yusuf, anak Yakub yang kesebelas. (Kejadian 37-50) Kesepuluh kakak-kakak Yusuf membenci dan memperlakukan Yusuf dengan buruk dan menjualnya untuk menjadi budak bagi orang Ismael. Yusuf dimasukkan ke dalam penjara dengan tidak adil tapi melalui kemalangan itulah Yusuf mendapatkan kedudukan di Mesir dan menyelamatkan saudara-saudaranya, orang Mesir, dan negara-negara sekitarnya dari kelaparan. Kemudian ketika saudara-saudaranya mengubah hati mereka, Yusuf memberi tahu mereka: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20)
8. “PENUH DENGAN PERTENTANGAN”
Banyak orang bersikukuh bahwa Kitab Suci penuh dengan pertentangan tapi hanya sedikit yang mau meluangkan waktu untuk mempelajarinya secara obyektif. Apakah adil mengutuk Kitab Suci berdasarkan pendapat orang lain? Apakah sebuah buku penting bisa dimengerti hanya dengan membaca sepenggal kalimat di sana sini? Apakah sebuah buku yang bagus hanya dibaca untuk dicari kesalahan cetak huruf dan ketidakkonsistenannya? Mudah-mudahan tidak. Tapi itulah yang dilakukan banyak orang ketika mereka membaca Kitab Suci.
Bertahun-tahun yang lalu saya menerima e-mail yang berisi sebuah daftar panjang kesalahan dan pertentangan yang diperkirakan ada dalam Kitab Suci yang disalin si penulis dari beberapa situs jejaring.
Seperti ini isinya:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Kitab Sucimu bertentangan. Misalnya: • Di hari yang pertama Allah menciptakan terang kemudian memisahkan terang dari gelap. (Kejadian 1:3-5) Matahari, yang memisahkan siang dan malam, tidak diciptakan sebelum hari keempat. (Kejadian 1:14-19) • Adam seharusnya mati di hari ketika dia memakan buah terlarang (Kejadian 2:17). Adam hidup sampai 930 tahun. (Kejadian 5:5) • Yesus tidak menghakimi. (Yohanes 3:17; 8:15; 12:47) Yesus menghakimi. (Yohanes 5:22,27-30; 9:39; Kisah Para Rasul 10:42; 2 Korintus 5:10) • dan lain-lain. Sekarang saya ingin mengajukan pertanyaan: Apakah agamamu memperbolehkan saya mengajukan pertanyaan dan menggunakan otak saya sebelum menerima agamamu atau apakah saya diminta untuk menutup mata dan menghentikan otak saya untuk membuat pertanyaan? Karena saya bertanya kepada diri sendiri apakah mungkin Allah membuat begitu banyak kesalahan dalam Kitab-Nya dan secara alami saya menjawab TIDAK!? [sic] |
Ya, Allah yang pernah berkata, “Marilah, baiklah kita berpekara!” (Yesaya 1:18), Dia juga ingin saya “mengajukan pertanyaan dan menggunakan otak saya”. Allah mengundang setiap kita untuk merefleksikan Firman-Nya bagi diri kita masing-masing. Bukan dengan menyalin daftar “pertentangan” yang ditulis orang lain. Salomo berkata,
“Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.” (Amsal 14:15)
Penyelesaian masalah “pertentangan” yang dinyatakan akan didapat ketika kita menjelajahi Kitab Suci. 13Tapi sementara ini kita semua bisa sepakat bahwa: Hidup terlalu singkat dan keabadian terlalu panjang bagi kita untuk tidak dengan jujur meneliti sendiri.
Jika kamu sudah pernah makan buah mangga yang lezat dan ranum, kamu tahu tidak akan pernah bisa menggambarkan rasanya kepada seseorang. Dia harus memakannya. Sama seperti menerima apa yang orang lain katakan kepadamu tentang Firman Allah tidaklah cukup. Kamu harus merasakannya sendiri.
“Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu.” (Mazmur 34:8)
Setiap orang yang menjadi murid Kitab Suci akan mendapatkan keuntungan kekal -”sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” (2 Timotius 2:15) Tidak memperhatikan konteks (keseluruhan bagian dari kalimat yang dituduhkan bertentangan) merupakan cara yang salah dalam menangani Firman Kebenaran.
Sebagai gambaran, ada pernyataan dalam Kitab Suci yang memerintahkan kita untuk tidak menghakimi tapi ada perintah lain yang memerintahkan kita untuk menghakimi. 14Apakah ayat-ayat itu saling bertentangan? Tidak, ayat-ayat itu saling mendukung. Disatu sisi Kitab Allah memerintahkan saya, sebagai mahluk yang terbatas pengetahuannya, untuk tidak menghakimi (mengutuk) motif atau tindakan orang lain untuk melayakkan diri sendiri dan mencari kesalahan orang lain. Disisi lain saya diperintahkan untuk menghakimi (membedakan) yang benar dari yang salah dan membedakan kebenaran dari kesalahan berdasarkan apa yang tertulis dalam Kitab Suci.
Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan pertentangan dalam Kitab Suci?
Secara pribadi saya sudah menemukan pemecahan masalah yang memuaskan dari segala “pertentangan” tersebut. Saya juga menemukan bahwa sebelum manusia ingin mengerti Kitab Suci, mereka akan menemukan “pertentangan” baru ketika “pertentangan” yang sebelumnya sudah terjelaskan. 15
Apakah kamu ingin mengerti pesan Allah? Kalau begitu, jangan mencari ide kamu dalam Kitab Allah tapi carilah ide-Nya. Pelajari setiap kitab yang ada dalam Kitab Suci. Jangan berusaha terlalu keras untuk mengartikan apa yang kamu baca. Biarkan ayat-ayat itu mengartikannya sendiri. Ayat-ayat, yang ditulis oleh para nabi selama ribuan tahun, merupakan penjelasan yang terbaik. 16
“Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.” (Daniel 2:22)
9. “SAYA TIDAK PERCAYA PERJANJIAN BARU”
Beberapa waktu yang lalu, saya menerima e-maildari seorang perempuan:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Saya tidak percaya perjanjian baru. Saya hanya mempercayai perjanjian yang asli. Saya tidak percaya perkataan Allah dapat diedit dan ditulis kembali pada waktu yang lebih baru. [sic] |
Seperti orang lain, penulis e-mail itu tidak mengerti mengapa dalam Kitab Allah ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kedua bagian mendasar dari Kitab Suci ini bukan berarti Firman Allah sudah “diedit dan ditulis kembali” tapi karena rencana Allah bagi manusia, yang sebelumnya diramalkan, sudah dan sedang digenapi.
Kejadian-kejadian dalam sejarah mengacu pada waktu kejadian. Misalnya, kelahiran nabi Abraham diperkirakan sekitar 2000 SM tapi penghancuran Menara Kembar New York terjadi pada 2001 M. 17 Sejarah dunia dibagi kedalam dua bagian. Kitab Allah juga begitu.
Dalam Kitab Suci ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. “Perjanjian” adalah kata lain dari dokumen resmi, kontrak,atau perjanjian - persetujuan antara dua kelompok. 18Sementara ini, kita lihat sepintas kedua bagian dari Kitab Suci itu. Disaat kita menjelajahi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru nanti, tujuan dan kuasa kedua bagian ini akan menjadi jelas.
Bagian I: Perjanjian Lama. Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Yahudi dan Aram, didalamnya terdapat “Kitab Hukum Musa [yang disebut juga Taurat] dan kitab Para Nabi dan kitab Mazmur.” (Lukas 24:44) Sabda-sabda ini, yang disampaikan Allah kepada sekitar tiga puluh nabi selama lebih dari seribu tahun, mencatat campur tangan Allah dalam sejarah manusia - dari penciptaan Adam sampai masa Kekuasaan Persia (kira-kira 400 SM).
Perjanjian Lama menubuatkan ratusan kejadian bersejarah yang akan terjadi sampai akhir jaman yang saat itu belum terjadi. 19
Perjanjian Lama menjelaskan perjanjian Allah dengan manusia sebelum kelahiran Kristus Yesus (Sebelum Masehi). Kristus adalah bahasa Yunani dari kata Mesias yang berasal dari bahasa Yahudiyang berarti “Yang Diurapi” atau “Yang Terpilih”. Dengan meramalkan kejadian kunci yang akan terjadi, ayat-ayat ini menunjuk masa depan ketika Mesias datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan akibat dosa. Perjanjian lama juga memuat janji penting ini:
“Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah Firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru ....” (Yeremia 31:31)
Bagian II: Perjanjian Baru. Ayat-ayat dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan kadang disebut Injil (bahasa Arab yang berarti “Kabar Baik”). Perjanjian Baru, yang dicatat paling sedikit oleh delapan orang selama abad pertama Masehi, mencatat kedatangan Mesias yang pertama ke dunia. Didalamnya juga terdapat penjelasan ilahi dari ayat-ayat dalam Perjanjian Lama dan menubuatkan bagaimana sejarah dunia akan berakhir. Semua nubuatnya sesuai secara sempurna dengan yang ditemukan didalam Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru menggambarkan penawaran Allah kepada manusia dengan datangnya Mesias (Masehi). Ayat-ayat ini menunjuk masa lalu yang memperlihatkan penggenapan ratusan kejadian penting dalam sejarah yang sudah dinubuatkan oleh para nabi.
Seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru juga menunjuk pada masa depan ketika Mesias datang kembali ke dunia. Dengan tujuan yang baik Mesias berkata, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat [Perjanjian Lama] atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17)
Tidak ada pertentangan antara Perjanjian Lama dan Baru. Seperti biji yang tumbuh menjadi benih dan kemudian menjadi sebuah pohon dewasa, seperti itulah rencana abadi Allah bagi manusia berakar dalam Perjanjian Lama dan tumbuh menjadi dewasa dalam Perjanjian Baru. Setiap bagian dari Kitab Allah mengacu pada pesan yang Allah ingin kita mengerti.
Perempuan yang menulis e-mail tadi benar bahwa “perkataan dari Allah tidak dapat diedit dan ditulis kembali pada waktu yang lebih baru.”Tapi dia tidak mengerti bahwa “perkataan dari Allah” dapat dan akan “digenapi”.
Sampai disini kita sudah melihat sembilan rintangan yang menyebabkan manusia tidak mau membaca dan mempercayai Kitab Suci. Tapi penyanggahan yang paling sering saya dengar dari teman-teman Muslim belum disebutkan. Ahmed sudah menyatakannya dalam e-mail:
Subject: Tanggapan Dari E-Mail | |
Yang saya percayai dan ketahui adalah Kitab Suci merupakan kitab yang paling palsu dan bohong sekarang ini karena semua kitabnya sudah dimanipulasi … |
Apakah Ahmed benar? Apakah Ayat-ayat asli sudah diubah?
Di bagian selanjutnya terpapar jawabannya.
1. Doyle, Sir Arthur Conan. Treasury of World Masterpieces: The Celebrated Cases of Sherlock Holmes. R.R. Donnelley and Sons Company, 1981, hal. 17. (Pertama kali diterbitkan di Great Britain pada tahun 1891.)
2. Roma 14:1-15:7; Matius 7:1-5
3. Doyle, hal. 16
4. Bilangan 12
5. 2 Raja-raja 5
6. Yunus 4
7. Lihat kitab: Daniel, Ezra dan Ester dalam Kitab Suci
8. Yohanes 4
9. “The Greatest Journey,” National Geographic Magazine, Mar. 2006, hal. 62.
10. Mazmur 90:1-12; Markus 8:36; 2 Korintus 4:16-18; Roma 8:18; Yakobus 4:13-15
11. Dalam sejarah manusia, Allah mengijinkan dan/atau mengirimkan bermacam-macam bencana ke atas bumi. Pada jaman Nuh, setelah seratus tahun bersabar dan memberikan peringatan, Allah mengirimkan bencana banjir ke seluruh dunia dan hanya delapan orang yang selamat (Kejadian 6-8). (Banyak orang menganggap banjir ini sebagai mitos walaupun catatan geologi dan fosil sudah membuktikan kebalikannya.) Pada jaman Abraham, hanya tiga jiwa selamat dari api yang turun ke Sorom dan Gomora. Pada jaman Musa dan setelahnya Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menghancurkan bangsa Kanaan (Yosua 1–10). Pertarungan ini dilaksanakan berdasarkan perintah yang jelas dari Allah dan seringkali ada campur tangan ajaib dari surga, seperti tembok Yerikho yang rubuh ke arah luar (sudah dipastikan oleh ahli arkeologi) setelah bangsa Israel berjalan mengelilingi kota selama tujuh hari berturut-turut. Allah menunggu ratusan tahun sebelum menghakimi bangsa-bangsa ini, memberi mereka waktu untuk bertobat dan pindah dari penyembahan berhala, bermoral buruk, dan pengorbanan manusia (Kejadian 15:16; Keluaran 12:40), tapi mereka mengabaikan saksi orang-orang pilihan Allah seperti Abraham, Yusuf, dan Musa. Hanya beberapa orang Kanaan bertobat dan percaya kepada satu Allah yang benar yang telah mengirimkan sepuluh tulah ajaib pada Mesir dan membuka jalan di Laut Merah. Ketika Allah menggunakan orang-orang kepunyaan-Nya di jaman dulu untuk melaksanakan penghukuman-Nya, Dia tetap bersikap adil dan tidak memihak siapapun. Misalnya, Kitab Taurat mencatat pertama kali Allah menghukum bangsa Israel (karena penyembahan berhala dan perzinahan) dengan tulah dan ada 24.000 orang Israel yang meninggal (Bilangan 25-31). Setelah Allah menghakimi orang Israel, barulah Ia mengirim mereka untuk melaksanakan penghakiman-Nya di antara bangsa yang jahat dan menyeleweng. Jangan salah berasumsi bahwa bangsa-bangsa ini tidak bersalah. Kitab Suci mengatakan bahwa mereka sudah menyeleweng dengan sangat menjijikan sehingga “negeri itu memuntahkan penduduknya.” (Imamat 18:25) Kebaikan dan kesabaran Allah sungguh luar biasa tapi amarah-Nya juga luar biasa dan penghakiman-nya bukan main-main.
12. Satu alasan mengapa Allah tidak langsung menghukum kejahatan adalah Ia memberi waktu kepada pendosa untuk bertobat dan menerima persyaratan keselamatan-Nya: “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:8-9)
13. Bab 8, 12, 28, dan 29 dalam SATU ALLAH SATU PESAN menyediakan jawaban atas tiga pertentangan ini.
14. Matius 7:1-20; Bandingkan Roma 14 dan 1 Korintus 6.
15. Beberapa situs jejaring masih mencantumkan sebuah daftar panjang “101 Clear Contradictions in the Bible,” walaupun sudah bertahun-tahun sudah ada artikel lain yang mencantumkan: “101 Cleared-up ‘Contradictions’ in the Bible.” www.debate.org.uk/topics/apolog/contrads.htm
16. Ada dua peraturan dalam mengartikan ayat Kitab Suci dengan benar:
1) Baca keseluruhan bagian dimana ayat tertentu berada
2) Bandingkan Kitab Suci dengan Kitab Suci
Misalnya, dalam Ulangan (kitab kelima dalam Kitab Suci) Musa memberi tahu anak-anak Israel tentang nubuat ini: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ulangan 18:15) Apa maksud Musa ketika dia berkata kepada bangsa Israel bahwa Allah akan membangkitkan seorang Nabi “dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu”? Ada yang berkata bahwa Musa sedang berbicara tentang bangsa Ismail, ada juga yang berkata bangsa Israel. Jika dilihat keseluruhan bagian maka akan terdapat jawabannya (misalnya, Ulangan 17:15,20; 18:2,5, dan lain-lain.). Siapakah “Nabi” yang Allah janjikan akan “dibangkitkan"? Banyak yang berusaha mencocokkan nubuat ini dengan dasar pembentukan agama mereka, tafsiran yang tepat dinyatakan selanjutnya dalam Kitab Suci . Baca Yohanes 5:43-47, Yohanes 6:14, dan Kisah Para Rasul 3:22-26.
17. SM = Sebelum Masehi / M = Masehi. Sekarang dalam bahasa Inggris banyak yang menggunakan singkatan BCE (Before Common Era) dan CE (Common Era) yang menghilangkan kata “Christ (Kristus) dan Domini (Tuhan)” (SM = BC Before Christ - Sebelum Kristus - dan M = AD Anno Domini - Dalam Tahun Tuhan Kita) dalam singkatannya, walaupun batas pemisah dalam sejarah tetap kelahiran Kristus.
18. Jika kamu pernah meminjam uang dari bank, kamu akan diminta untuk menandatangani sebuah pernyataan – sebuah dokumen resmi. Dalam perjanjian, pihak bank harus menyediakan sejumlah uang yang telah ditentukan; dan kamu harus membayar pinjaman selama jangka waktu tertentu. Jika kamu tidak bisa memenuhi kewajiban, kamu akan mendapatkan akibat yang tidak mengenakkan. Sama seperti Pencipta kita yang telah memberikan perjanjian melalui Kitab Suci kepada umat manusia – janji yang memungkinkan manusia, seperti kamu dan saya, menikmati berkat-berkat kekal-Nya. “Perjanjian” antara Allah dan manusia merupakan keunikan Ayat-ayat dalam Kitab Suci.
19. Kita akan merenungkan tanda ilahi dalam Kitab Suci di bab 5. Salah satu contoh besar, dimana Allah memberikan suatu sejarah sebelum terjadinya, terdapat dalam kitab Daniel pasal 7-12. Daniel menggambarkan sejarah kekaisaran dunia dari tahun 400 SM sampai masa Kristus dan terus menggambarkan kejadian-kejadian yang belum terjadi. Daniel menulis kejadian-kejadian itu antara tahun 600 dan 530 SM.